Chap.1

29 2 0
                                    

Happy reading, guys!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading, guys!

.....

12 Oktober 2023

Kalender itu tak salah, suasana pun tampak tidak berubah sama sekali.

Dan detik ini, ia termenung.

Kejadian masa dulu itu kian membekas, susah dilupakan. Berharap jika semuanya adalah bunga tidur. Namun, kenapa begitu sangat nyata?

17 tahun hidup, rasanya hampa seolah tidak ada semangat untuk hidup. Istilah hidup enggan, mati pun tak mau. Itulah yang menggambarkan dirinya. Sebelas tahun, ia tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah.

Keluarganya hancur, terlalu rusak untuk bersatu.

Kedua orang tuanya memilih untuk berpisah. Apakah Tuhan tidak memberi akhir yang lebih untukku? Tak cukup kah ia dibuat menderita selama ini? Cukup, ini sangat memuakkan.

"Rumah tanpa lampu aja gelap, apalagi anak perempuan tanpa peran ayah. Haha, miris banget hidup gue."

Tapi tunggu, bukannya dari dulu nasibnya memang seperti ini? Tak memiliki kenyamanan dalam hidup.

....

Andakara terganti oleh sang Arutala. Suara ketukan pintu kamarnya membuyarkan acara melamunnya, ia baru saja membersihkan tubuhnya pasca mengerjakan tugas sekolahnya.

"Nona, sudah waktunya makan malam," ujar seorang maid dari balik pintu kamarnya.

"Hm, pergilah," sahutnya dari dalam kamar.

Ia segera merapikan diri sebelum turun ke ruang makan. Diruang makan sendiri tidak ada siapapun, kecuali dirinya dan maid yang menyiapkan makanan.

Hak asuhnya berada di tangan ibunya, tentu ia tinggal bersama sang ibu. 

Namun, ibunya lebih mementingkan pekerjaan daripada anaknya sendiri. Alasannya tidak pernah berubah yaitu bekerja demi dirinya, ia tahu. Tapi tak bisakah meluangkan waktu sedikit saja untuknya?

"Bibi, tolong temani aku makan, jika perlu makanlah bersama ku. Aku cukup muak makan sendiri terus-menerus tanpa ada yang menemani."

"Tapi non-"

"Ini perintah," tekannya.

Tidak ada suara apapun selain dentingan suara sendok dan piring, pertanda bahwa mereka berdua tengah makan bersama dengan khidmat.

Setelah selesai makan, Arel beranjak menuju kamarnya, langkahnya terhenti ketika sang maid memberinya sebuah paper bag.

"Non, tadi saya nemu ini di depan pintu, di kertasnya ada namanya Non Arel," kata sang maid seraya menyerahkan paper bag.

Dirasa telah melaksanakan amanahnya, ia langsung membereskan meja makan.

Dia adalah Narsih sebagai satu-satunya maid dirumahnya yang telah bekerja sejak ibunya memilih untuk pindah rumah. Narsih menganggap Arel layaknya anak sendiri.

Shards Of The Heart (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang