Cerita tentang NENG nya SADAM dan YAYANG nya SHERINA
DISCLAIMER :
This is a work of fiction. Unless otherwise indicated, all the names, characters, businesses, places, events and incidents in this story are either the product of the author's imagina...
"Yang, ini nanti kita ke hotelnya gimana?" Sherina memastikan ketika mereka melangkah keluar dari pintu kedatangan.
"Tuh." Dengan matanya Sadam menunjuk ke arah seorang pria yang tengah membawa sebuah selebaran berukuran sedang bertuliskan nama mereka.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sherina tak bisa menyembunyikan senyumnya ketika dia membaca tulisan itu. Dia? Mrs. Sadam Ardiwilaga? Ya Tuhan kenapa panggilan itu terasa merdu di telinganya? Kenapa Sherina sangat menyukainya? Oh, Haruskah dia sekarang menggunakannya sebagai nama resmi di setiap liputannya? Nanti dia akan mencoba membujuk Pak Ilyas untuk itu.
"Bapak dan Ibu Ardiwilaga?" Pria itu memastikan ketika Sherina dan Sadam sudah berdiri di depannya. "Perkenalkan saya Agung dari The Apurva Kempinski yang ditugaskan untuk menjemput bapak dan ibu."
Sadam mengangguk saat dia mengulurkan tangan sambil tersenyum. Sadam kemudian meletakkan tangannya di pinggang Sherina saat memperkenalkan perempuan itu sebagai istrinya. Percayalah, Sadam benar-benar menunggu saat ini. Saat ketika dia akhirnya bisa dengan bangga memperkenalkan Sherina M. Darmawan sebagai istrinya. Tunggu. Atau mungkin sudah saatnya mengganti nama belakang Sherina menjadi Sherina Ardiwilaga? Oh, Sadam sepertinya perlu membicarakan hal ini dengan temannya yang bekerja di dinas kependudukan nanti.
"Ya?" Sadam berhenti melamun ketika dia merasa Sherina menepuk pelan lengannya. "Kenapa, Neng?"
"Ayo." Sherina menngernyit heran ketika Sadam hanya menatapnya sambil tersenyum.
"Oh. Oh, oke."
" Kopernya biar saya bawakan." Pria yang menjemput mereka itu terlihat sopan ketika dia meminta koper besar di tangan Sadam. Dia lantas memandu Sadam dan Sherina ke tempat mobil mereka di parkir.
Mereka baru setengah jalan menuju tempat parkir ketika Sherina ingat bahwa ponselnya masih dalam mode pesawat. Perempuan itu baru saja menyalakan sinyal ponselnya ketika dia melihat nama ibu mertuanya tiba-tiba muncul di layar. "Sayang, mami nelepon." Sherina menunjukkan HP nya. Membuat Sadam seketika ingat ponselnya yang tadi dia titipkan pada istrinya itu.
"HP aku, Neng?" Katanya menerima ponsel Sherina dan menjawab panggilan masuk itu sementara istrinya mencari ponsel Sadam di dalam tas di pundaknya. "Ya, Mi?" Sadam menjawab panggilan video itu.
"Loh koq yayang yang angkat?" Suara lembut Bu Ardiwilaga menyapa telinga mereka.
"Jadi sekarang anaknya mami Sherina nih ceritanya? Bukan Sadam?" Sadam pura-pura kesal membuat maminya tertawa.
"Nggak gitu, Yayaang. Tapi ini kan mami video call nya ke hp sherina." Bu Ardiwilaga berbicara di sela tawanya yang tertinggal. "Lagian kamu tuh masak sama istri sendiri cemburu. Khan Sherina istri kamu berarti anak mami juga donk."
Sadam tersenyum. "Iya, iyaa, Mi. Nih orangnya." Katanya menyerahkan ponsel itu kembali ke istrinya sementara dia menerima ponselnya sendiri.
"Ya, Mi?" Sherina tersenyum menyapa mertuanya itu.