4

518 48 459
                                    

"Neng?" Untuk kesekian kalinya Sadam mengetuk pintu kamar mandi yang tertutup itu. Tapi lagi-lagi hanya keheningan yang menyapanya. "Sayang? Aku masuk ya ini?" Katanya lagi memastikan saat memutar knop pintu itu.

"Sayang?" Sadam sekali lagi memanggil istrinya ketika membuka pintu perlahan. Pria itu mengernyit bingung ketika melihat Sherina masih sibuk menatap dirinya dari kaca besar di hadapannya. "Kamu ngapain?"

Bukannya menjawab perempuan itu justru menatap sebal pantulan suaminya di kaca. Ia kemudian sibuk mengeluarkan sesuatu dari tas kecil yang ada di depannya. "Gara-gara kamu nih."

"Hah?" Sadam semakin bingung.

"Ya ini." Sherina menunjuk beberapa bercak keunguan yang menghiasi lehernya. Perempuan itu lantas mengoleskan alas bedak disana. Mengabaikan suaminya yang terlihat mengulum senyum di depan pintu.

"Kenapa pakai ditutupin siih?" Sadam akhirnya beranjak dari pintu. Pria itu menyandarkan tubuhnya pada meja wastafel marmer itu.

"Malu tau kalau diliatin orang." Sherina menatap kesal sebelum kembali menatap lehernya di cermin. Memastikan bahwa semua bercak itu sudah tertutup sempurna.

Setelah yakin bahwa penampilannya sudah terlihat normal, perempuan itu kemudian kembali membereskan tas make upnya tersebut.

"Udah?" Sadam tersenyum melihat istrinya itu masih terlihat kesal.

"Udah." Perempuan itu masih terdengar kesal ketika kini ia sudah selesai dengan riasannya. "Jadinya harus pake make up padahal cuma turun sarapan doang."

Sadam tertawa saat menggandeng istrinya itu keluar kamar. "Ya kan tadi aku nanya kenapa harus ditutupin segala. Biar aja sih orang liat. Biar ada tandanya kalau kamu tuh udah ada yang punya." Goda Sadam membuatnya hampir saja mendapat cubitan gemas di perut.

"Yang!!" Sadam menatap memperingatkan ketika ia berhasil menahan tangan itu.

Tapi Sherina yang tidak terima usahanya gagal lantas mencoba kembali. Dan lagi-lagi Sadam berhasil menghindarinya. Rasa kesal yang awalnya dirasakan perempuan itu berubah menjadi rasa geli ketika mereka berdua terus seperti itu.

Sempat berusaha wajar ketika berpapasan dengan petugas kebersihan kamar, Sadam sekali lagi bergegas menuju lift menghindari tangan jahil istrinya tersebut. Sambil tertawa geli, pria itu lantas menempelkan jari telunjuk ke bibirnya mengisyaratkan istrinya itu untuk berhenti.

Sherina akhirnya menyerah. Ia kemudian berdehem sekali mencoba menetralkan suara dan ekspresi wajahnya ketika suaminya itu menekan tombol lift.

Butuh beberapa saat sampai akhirnya pintu baja itu terbuka. Dan ketika Sherina baru selangkah hendak masuk, Sadam tiba-tiba saja menarik istrinya membuat perempuan itu hampir terantuk kakinya sendiri.

"Sadam!" Sherina sudah menatap galak ketika tiba-tiba suaminya itu mengurung tubuhnya tepat saat pintu tersebut tertutup. Benda itu perlahan bergerak turun saat Sherina mendapati suaminya sedang menatapnya dalam. Membuatnya perlahan mengalihkan pandangannya.

"Dam." Sherina berusaha mendorong pelan tubuh besar yang kini sedang menghimpitnya di sudut ruang sempit itu.

Sadam berdecak. "Harus banget manggilnya kayak gitu?" Godanya.

Sherina menatap mata itu sekilas sebelum kembali menunduk menghindar. "Ya, tapi jangan gini doong. Maluu."

"Malu sama siapa sih? Kan cuma kita berdua disini?" Sadam semakin mendekatkan tubuhnya sambil mengulum senyum.

"Ada CCTV, Sayang." Sherina berusaha terdengar merajuk sambil terus mencoba menjauhkan tubuh Sadam darinya. Dengan setengah hati.

Sadam melirik lampu merah yang berkedip di salah satu sudut yang berseberangan dengan mereka. Tapi bukannya menghentikan aksinya, Sadam justru semakin ingin menggoda Sherina. Bagaimana tidak? Wajah merona itu terlihat menggemaskan jika dilihat dari jarak sedekat ini.

Berhenti di Kamu 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang