2

1K 68 113
                                    

Sherina sudah membuka selimutnya dan hendak beranjak bangun ketika Sadam tiba-tiba menariknya. Membuatnya tiba-tiba terlentang di kasur sementara tubuh besar suaminya itu kini berada diatasnya.

"Sadam." Sherina memperingatkan.

Tapi Sadam justru tertawa gemas ketika istrinya itu berusaha membebaskan diri. "Ayolah, Neeng. Semalem kan kita nggak ngapa-ngapain langsung tidur."

"Ya tapi udah jam segini, yang. Nggak enak sama ibu sama mami."

"Mereka pasti ngerti. Ya? Bentar aja nggak lama-lama. Sejam doank. 45 menit. 30 menit." Sadam mencoba berbisnis ketika Sherina terus saja menolaknya.

Sherina menghela nafas membuat Sadam berbinar menyadari bahwa negosiasinya hampir berhasil. Dan tiba-tiba saja Sherina melepaskan cengkeraman tangan Sadam yang dari tadi menahan kedua tangannya. Perempuan itu langsung saja melingkarkan kedua tangannya dan menarik wajah tampan itu mendekat. "25 menit nggak kurang nggak lebih. Deal?"

Sadam tampak berbinar ketika dia mengangguk bersemangat. Membuat Sherina ikut tertawa geli sebelum menyatukan bibir mereka dengan cepat. Tapi ketika Sadam sudah bergerak ke leher istrinya sebuah ketukan beruntun terdengar dari luar.

"Om Sadam!" Raja terdengar tak sabar ketika dia menggedor pintu kamar itu. "Om Sadam, bukain pintunya mau ambil hp bunda ketinggalan di dalem!"

"Kaos abu-abu punya Kak Nando sekalian, Om! Kata Mami Sonya semalem ditaroh di kursi Deket jendela." Kali ini Junior yang bicara. "Oh, hp mama juga didalem katanya tadi. Di kursi juga sama kayak kaosnya kak Nando."

Sadam sudah berniat mengabaikannya ketika Sherina menatapnya tak setuju. Pria itu menghembuskan nafasnya dengan keras sementara istri barunya tertawa pelan menanggapi gangguan itu. Dia langsung meraih barang-barang yang dimaksud kemudian membuka pintu itu tanpa bisa menyembunyikan kekesalannya.

Raja dan Junior menyeringai jenaka melihat wajah kesal om nya. Tanpa ada rasa menyesal, kedua remaja itu bahkan berniat masuk ke kamar Sadam.

"Eh mau ngapain?" Sadam menggunakan tubuhnya menutupi celah pintu.

"Tante Sher mana, Om?" Junior berusaha mencari celah untuk masuk.

"Masih tidur. Kenapa sih?"

"Ada pesen buat Tante Sher dari kakek Darmawan." Kali ini giliran Raja berbicara.

Sadam masih berusaha mencegah kedua remaja itu menerobos masuk." Iya apa pesennya? Nanti om Sadam yang nyampein."

"Oh nggak bisa, Om." Junior tampak serius. "Kata bunda Kay kalau dititipin pesen sama orang tua harus disampaikan langsung ke orangnya. Biar nggak dosa. Iya kan, Ja?" Anak laki-laki 17 tahun itu meminta dukungan sepupunya. Membuat Raja mengangguk mantap seolah apa yang disampaikan Junior tadi adalah hal paling masuk akal.

Sadam menghela nafas frustasi. Ya Tuhan sejak kapan bocah-bocah ini jadi begitu menyebalkan? Pria itu hendak berargumen menyamakan sudut pandang mereka ketika dia merasakan sebuah sentuhan lembut di lengannya.

"Ya, Jun?" Sherina tersenyum menatap anak kedua Kinar itu. "Kakek bilang apa?"

"Kata kakek suruh bilang ke Tante Sher suruh sampein ke Om Sadam kalau kakek sama Papa Fahmi jalan duluan keliling perkebunan."

Butuh sepersekian detik untuk Sadam dan Sherina mencerna isi pesan itu.

"Tunggu. Itu bukannya pesennya buat om ya?" Sadam akhirnya menyadarinya ketika junior dan Raja sudah lebih dulu lari meninggalkan mereka. Pria itu hendak mengejar kedua keponakan nakalnya tersebut ketika Sherina menahannya sambil tertawa geli.

Sadam masih menggerutu ketika Raja diam-diam kembali sambil meraih ponsel dan kaus abu-abu itu dari tangan omnya. Remaja 16 tahun itu secepat kilat lari ketika dia berteriak, "Om Sadam! Kata Oma suruh bilang ke om suruh bilangin Tante Sher kalau ditunggu buat sarapan di bawah!" Kata Junior diiringi tawa yang semakin lama semakin terdengar menjauh.

Berhenti di Kamu 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang