Jemima Luce Hariz

25 4 0
                                    

"Aku bukan teman yang baik, tapi aku akan menjadi ibu terbaik buatmu Jem"

-Lini Aqueena-

Illy POV

Aku memasuki pintu putih dengan hiasan "Illy Athira" yang menggantung didepannya. kamar yang sudah lama aku tinggalkan masih terlihat rapi dan bersih. Tidak ada yang berubah sejak kali terakhir aku tinggalkan.

Kuletakkan koperku di sofa dan merebahkan badanku ke kasur. hari ini lumayan melelahkan dan membuat badanku agak penat.

Tak terasa mataku terlelap dan mulai tertidur.

Lini POV

"Iya Li ini aku udah di bandara sama Jema. kamu udah di luar?" tanyaku pada orang yang sedang tersambung melalui telepon.

Saat ini aku dan putri kecilku sedang ke bandara untuk menjemput Ali yang baru saja kembali dari Jepang setelah setahun menetap disana.

Setelah sambungan telepon terputus aku melihat kearah Jema yang sudah tidak berada di tempatnya. Aku melihat sekeliling tempat ini tapi disini sangat ramai dan tak terlihat dimana putri kecilku. 

"Bunaaa" terdengar teriakan anak kecil yang langsung saja memelukku dari belakang

Aku membalikkan badanku, terlihat gadis kecil yang sejak tadi aku cari.

"Jeeem, ya ampun kamu kemana aja buna cariin dari tadi" kataku sambil mengatur nafasku yang sesak sejak tadi.

"Jem tadi buang sampah buna, maaf ya" jawabnya sambil menunjuk tong sampah.

Rupanya dia pergi membuang sampah jajanan yang sudah habis dia makan. Kebiasaan Jema yang tidak bisa kotor. Si paling bersih seperti ayahnya.

Jema adalah putri kecilku, Jemima Luce Hariz. Anak kesayangan ku, satu satunya penguat ku didunia saat ini.

"Ayaaah" Teriak Jema lalu berlari menghampiri lelaki tampan yang sudah setahun tak iya temui.

lelaki itu merentangkan tangannya dan memeluk Jema mengangkatnya kedalam gendongannya.

"Ayah, jem kangen" kata jema melepas rindu pada ayahnya.

"Uuuu anak ayah, ayah juga kangen jem. Makin cantik anak ayah" Ali memeluk jema semakin erat.

Aku hanya memperhatikan keromantisan antara ayah dan anak ini. Melepas kerinduan setelah setahun tidak bertemu.

Ali pergi saat jema masih berusia dua tahun, tetapi mereka tetap berkomunikasi melalui video call yang membuat Jema tetap mengenal ayahnya.

"Halo Li, gimana kabarnya?" Sapaku pada ali sembari mencium tangannya.

"Alhamdulillah baik Lin, lo gimana? tanya ali padaku

"Yah seperti yang lo lihat" jawabku padanya sambil menunjukkan diriku padanya

"Ayo langsung pulang aja, pak Supri udah nunggu di mobil" Sambungku sambil menarik koper Ali.

"Ayo" Katanya mengikutiku sambil menggendong Jema.

Kami berjalan menuju mobil yang sudah disiapkan pak Supri di depan Bandara. Aku sekilas melihat tante Sofia masuk kedalam mobil. Tante sofia adalah bunda Illy, sahabatku saat SMA. Sekilas aku melihat wanita yang sangat mirip dengan Illy yang sudah lebih dulu masuk kedalam mobil.

Baru saja aku akan menghampiri mereka, tetapi mobil itu sudah berjalan terlebih dahulu. Sebenarnya aku sangat ingin bertemu dengan Illy, rasa bersalahku kepadanya masih selalu menghantuiku.

Saat melihat Jema, wajah Illy selalu saja terlintas. kejadian 3,5 tahun yang lalu masih menjadi mimpi buruk untuk diriku.

Bukan keinginanku untuk menikahi kekasih sahabat baikku, tapi memang kesalahan yang sudah kami lakukan harus kami pertanggung jawabkan. Aku memang bukan teman yang baik bagi Illy, tapi aku akan berusaha menjadi ibu yang baik untuk Jema.

"Lin ayo masuk, lo ngapain melamun disitu" ucapan ali membuyarkan lamunanku

"Eh iya Li, gue kayak liat seseorang. tapi mungkin cuma mirip aja" jawabku lalu memasuki mobil.

"Jem gamau duduk sama buna aja?" tanyaku pada Jema yang sudah nyaman berada dipelukan ayahnya.

"nggak mau buna, Jem mau sama ayah aja" jawabnya

"Kasian ayahnya capek, kamu sama buna aja sini" kataku mengulurkan tanganku padanya

"Nggak mau buna, ayah Jem boleh sama ayah ajakan?" tanya nya kepada Ali

"Iya sayang nggak papa, udah Lin gapapa sama gue aja" kata Ali

"Yaudah tapi jangan lasak lasak yaa, kasian ayahnya" kataku pada Jema yang dibalas anggukan menggemaskan dari anak itu.

Tak perlu waktu lama kami semua sampai dirumah, Bunda sudah menunggu kami didepan rumah.

"Aliii ya ampun nak bunda kangen banget sama kamu" katanya menghampiri kami yang baru saja turun dari mobil

"Assalamualaikum bunda" kata Ali sembari menyalami ibunya.

"Walaikumsalam, aduh Lin ini anaknya kok Ali yang gendong kan dia capek dari perjalanan jauh. Kamu ini memang nggak becus" katanya yang mengambil Jema dari gendongan ali sembari menatapku sinis.

Bunda memang masih belum bisa menerima aku sebagai menantunya. Aku dirumah ini masih menjadi orang asing, hanya dianggap perempuan rendahan yang hamil diluar nikah. 

"Iya bunda maaf, tadi Jemanya yang gamau lepas dari ali" kataku yang mengambil Jema dari pelukan bunda

"Iya gapapa bun, Ali juga kangen sama Jema" kata Ali membelaku

"Ya sudah ayo kita masuk, Lin siapin makanan buat Ali ya" suruh bunda padaku dan berlalu masuk sambil menggandeng Ali.

"Oh iya Li, bunda denger denger katanya Ily sudah kembali ke Indonesia. Dia sudah menyelesaikan studynya di paris dan kembali menetap disini." Samar terdengar bunda membahas tentang Ily, orang yang sangat bunda harapkan menikah dengan Ali.

Ily pulang ke Indonesia, berarti apa yang kulihat di bandara itu benar adanya. Hatiku lumayan perih saat mendengar bunda dengan semangatnya mengabarkan itu kepada Ali. Apa sesulit itu untuk menghargai perasaanku sedikit saja.

"Jem kamu main dulu ya sama mbak, Buna mau nyiapin makanan buat Ayah" kataku pada Jema yang dibalas anggukan dan jempol olehnya. aku tersenyum dan mengelus pucuk kepalanya sayang.

Aku menyiapkan maknan di meja, sudah tehidang nasi lengkap dengan lauknya. Aku melangkahkan kaki untuk memanggil Ali kekamarnya.

Ku ketuk pintu berwarna coklat itu.

"Ali makanannya udah siap, ayo makan dulu lo pasti lapar" kataku memanggilnya

Kalian pasti heran mengapa aku mengetuk kamar suamiku sendiri. Ya kami memang suami istri, tapi itu hanya status saja untuk kepentingan Jema. Tetapi kami tidak menjalani keseharian sebagai suami istri, kamar kami terpisah dan berbicara hanya seperlunya saja.

"Iya Lin" jawab Ali dari dalam kamar.

Ali keluar dengan keadaan segar, sepertinya dia sudah mandi dan berganti pakaian menggunakan pakaian santai. aku mengikutinya dari belakang.

"Udah Lin gapapa, gue makan sendiri aja. Lo balik aja ke Jema" katanya

"Oh iya Li, kalau gitu gue ke Jema dulu ya" kataku berpamitan kepadanya.

Ini semua memang tidak mudah untukku jalani, tapi semua harus ku hadapi demi Jema anak semata wayangku,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senandika (Batin Sahabat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang