Chapter 7

2.9K 250 41
                                    

capek banget udah revisi tapi gak ke simpen, juancok.

Bukan BL

°

°

°

Dua Minggu setelah kematian Javas, hari itu juga Halilintar langsung mengganti guru private Solar.

Mereka juga sempat kebingungan tentang siapa pelaku yang telah membunuh Javas, tetapi biarlah, yang penting lelaki bajingan itu sudah mati.

Selama dua Minggu juga Solar tidak melakukan homeschooling, tentu karena sakit, sisanya untuk memulihkan mentalnya yang mungkin sedikit terganggu karena ulah Javas.

Dan saat ini pula semua penghuni mansion Anderson itu sedang mencari keberadaan si bungsu yang entah kemana, hari sudah sore tetapi Solar tidak ada di kamarnya.

Padahal mereka baru pulang kerja dan pulang sekolah yang biasanya disambut oleh si bungsu.

"Gimana? Masih belum ketemu?" Tanya si sulung kala semuanya sudah kembali berkumpul.

"Gak ada,"

"Gak ketemu, kak,"

Halilintar mendesah mendengar penuturan Taufan dan Gempa.

"Dibelakang gak ada? Di kebun Gebi? Atau kandang ayam Rora?" Tanya nya lagi.

"Gak ada juga, udah gue cek," Ujar Blaze.

"Udah dulu, kalian bersih-bersih gih. Nanti kita lanjut cari Anya, gak mungkin dia berani keluar sendiri, aku yakin Anya masih di mansion ini," Tutur Gempa, semuanya hanya bisa mengangguk dan berpisah menuju kamar masing-masing.

Ice melangkahkan kakinya menuju kamar dengan malas, tetapi setelah masuk kamar ia membawa tungkainya ke kamar mandi.

Tak membutuhkan waktu lama, kini Ice sudah terlihat lebih segar dengan memakai hoodie berwarna cyan dan celana training panjang.

Matanya melihat hari yang sudah senja dari balik jendela, niatnya ingin menutup jendela itu namun ada sesuatu yang menarik perhatiannya.

Ice keluar dari kamarnya, ia melihat sekeliling mansion yang tampak sepi, sepertinya penghuni lain masih berada di kamar masing-masing.

Sampai ditempat tujuannya, Ice melihat sosok yang ia dan lainnya cari sedang tidur dengan posisi duduk di kursi dekat kolam. Dengan buku terbuka dan tangan yang menjadi tumpuan kepalanya, sepertinya anak itu ketiduran.

Ice mendekatinya, menarik satu kursi untuk ia duduki disamping Solar- orang yang dicari-cari.

Ice menopang dagunya dengan tangan kiri, tangan kanannya ia gunakan untuk melepas kacamata yang dipakai Solar.

[Karena genrenya slice of life, visor nya diganti kacamata minus]

Solar nampak tak terganggu dengan itu, Ice menatap wajah damai Solar saat tidur. Tak ada niat untuk membangunnya, biarkan dia menikmati indahnya ciptaan Tuhan.

Cukup lama Ice memandangi wajah Solar, sampai si empu bangun dari tidurnya. Kelopak mata itu terbuka, netra silver nya berkontak langsung dengan netra aquamarine didepannya.

SUNSHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang