prolog

211 31 10
                                    

Xiao Zhan kabur dari rumah. Pemuda manis nan cantik yang sebenarnya sudah berusia 25 tahun namun terlihat seperti anak SMA itu memutuskan kabur dari rumah karena tidak mau dijodohkan. Ia kabur dengan hanya membawa sebuah tas Gucci mewahnya yang hanya bisa diisi dengan sepotong roti unyil , sebuah ponsel dan lipbalm. Tas kecil nan mungil yang kemudian berpindah tangan pada pelaku jambret yang entah sekarang berada di mana.

Kehilangan tas mewah dan ponsel I-Phone series terbaru membuat otak Xiao Zhan membeku seketika. Bukan karena apa, tapi ia sepenuhnya bergantung pada ponselnya karena semua uangnya ada di ponsel itu. Ia yang hanya membawa dua benda itu dengan begitu percaya diri berpikir bisa bertahan hidup sendiri. Namun belum sehari melarikan diri nyatanya ia sudah terlihat seperti gelandangan. Ia yang kini duduk di ayunan taman di sebelah TK itu hanya bisa mengayunkan dirinya sambil termenung.

Xiao Zhan menatap kosong langit yang nampak mendung dan mulai menggelap. Otaknya menolak untuk diajak berpikir keras. Tangannya merogoh saku celananya dan dengan senyum penuh harapan menemukan selembar kertas---yang ternyata hanya struk belanja yang bahkan sudah memudar.

"Persetan dengan cashless!" Kaki panjang Xiao Zhan menginjak-injak tanah dengan emosi yang kemudian membuat dirinya yang semula duduk di atas ayunan itu terjatuh dengan tidak elegan.

"AARRRGHHHH!" teriak Xiao Zhan frustasi.

Walau pantatnya sintal, rasanya tetap saja sakit. Saking emosinya, ia ingin sekali makan kimbap dan sushi juga sashimi lalu minumnya susu murni nasional. Kenapa? Karena apapun makanannya, minumnya susu murni nasional.

Bicara tentang makanan, perutnya sudah keroncongan sedari tadi. Tapi ia tidak tahu harus bagaimana. Tidak memegang uang sama sekali, apa ia harus menjual diri untuk sepiring sushi?
Xiao Zhan bangun sambil  membersihkan pantatnya yang berpasir. Pemuda cantik itu melangkah dengan gontai ke rumah-rumahan yang menyatu dengan perosotan.

Langit semakin gelap, perut Xiao Zhan semakin keroncongan. Ia mendudukkan dirinya di dalam rumah-rumahan dan dengan dramatisir memeluk dirinya yang terasa mengenaskan.

Tiba-tiba hujan turun dengan deras membuat udara semakin dingin dan perut Xiao Zhan berbunyi dengan nyaring.

"Sayang, sabar ya, kita tunggu pangeranku datang menjemput dan menyelamatkan kita," ujar Xiao Zhan sembari mengelus perutnya berusaha menenangkan cacing-cacing di perutnya yang berdemo meminta pertanggungjawaban.
Semakin deras, hujan tanpa henti seolah pertanda, cinta tak di sini lagi---

JDERR

Petir tiba-tiba menyambar membuat Xiao Zhan terkejut bukan main. Tanpa sadar ia berusaha berdiri dengan cepat yang membuat kepalanya terbentur  atap rumah-rumahan.
"Aww!"

"Kucing?"
Sebuah suara berat dan agak serak terdengar sayup-sayup diantara suara hujan.
"Seperti ada kucing?"

Xiao Zhan mengelus kepalanya sambil mengintip di balik rumah-rumahan dan melihat sesosok pemuda dengan jas hujan ponco warna hijau tengah celingukan. Tak jauh darinya ada sebuah motor bebek tua terparkir dengan beberapa barang-barang yang diselimuti kain plastik.

'Apa tukang ojek ini pangeranku? Yang benar saja?'  keluh Xiao Zhan. Pemuda cantik itu memanyunkan bibirnya kesal.

"Ah, sepertinya hanya halusinasiku saja," ucap sosok pemuda berjas hujan itu. Pemuda itu kemudian menaiki motornya dan bersiap-siap pergi.

'Ah apa boleh buat! Daripada tidak sama sekali!' pikir Xiao Zhan. Pemuda cantik itu berdeham untuk membersihkan tenggorokannya lalu mulai mengeong dengan keras,
"MEEOOOOOWWW"

Mendengar suara itu, pemuda berjas hujan lantas turun dari motornya dan kembali celingukan. "Bukan kucing, ternyata suara bebek?" ujarnya tak habis pikir, "Bagaimana bisa ada bebek di dekat sini?"

'Kalau bebek, akan kutangkap dan kujadikan makan malam..khukhukhu...' pikir pemuda berjas hujan itu. Ia semakin bersemangat mencari sumber suara si bebek.

Xiao Zhan yang sedari tadi membeku karena shock suara merdunya disamakan dengan bebek kini terbakar emosi.

Dengan gegabah, Tuan muda itu mengeluarkan kepalanya dari tempat persembunyiannya lalu berteriak, "YAAAK! APANYA YANG BEBEK, HA?"

Pemuda berjas hujan yang semula celingukan itu kini menggosok-gosok matanya lalu bertanya pada dirinya sendiri karena keheranan.

"Bidadari? Tapi kan belum ada pelangi?"

Xiao Zhan yang tidak bisa mendengar apa yang pemuda berjas itu bicarakan hanya merasa kesal dan terlanjur tersinggung disamakan dengan bebek. Ia melangkahkan kaki panjangnya keluar dari rumah-rumahan, berniat untuk mendatangi pemuda berjas hujan yang sudah menghinanya. Namun karena hujan, permukaan menjadi begitu licin. Belum sepenuhnya keluar, Xiao Zhan sudah terpeleset.

"GYAAAAAA...."

GEDUBRAK

"Hati-hati!" teriak si pemuda berjas hujan dengan telat.

Terlambat, sang bidadari sudah jatuh terpeleset dan kepalanya membentur perosotan dan kemudian pingsan.

Melihat sang bidadari tidak kunjung bergerak, pemuda berjas hujan memberanikan diri mendekatinya.

"Lho? Kenapa malah tidur? Bangun oi!"

"Apa dia sebenarnya bukan bidadari? Tapi putri tidur?" tanya pemuda itu pada hujan yang semakin deras.

Wrebekk...Wrebekk...

Pemuda berjas hujan itu melirik katak yang berada tidak jauh dari kakinya. "Lho, ada katak. Apa kau pangeran katak?"

"Apa kau mau coba mencium putri tidur ini?" tanyanya lagi.

Wrebekk...

"Cih! Ini jatahku!" ujar pemuda berjas itu.

Andai saja Xiao Zhan tidak pingsan, pasti dia sudah mencak-mencak. Karena hujan semakin deras dan melihat bidadari itu sudah basah kuyup, tidak ada pilihan lain, pemuda berjas hujan ponco hijau itu pun memutuskan untuk......meninggalkannya begitu saja.

Tentu saja tidak! Pemuda berjas hujan ponco itu pun memutuskan untuk membawa sang bidadari pulang ke rumahnya.



TBC

The Runaway PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang