CRA : 1

2.1K 161 6
                                    

"Ah... ini bukan aku. Maksud ku... tubuh ini bukan milikku," kalimat itulah yang pertama kali terlontar dari mulut ku setelah terbangun. Tubuh ku tidak sekecil ini, dan juga itu terlalu kurus.

Sebenarnya aku tidak terlalu terkejut. Yeah, bisa di bilang sedikit terkejut. Karena yang aku ingat, aku sedang bekerja lembur di kantor terkutuk itu. Menurut ingatan ku, aku tiba-tiba merasakan mata ku terasa amat berat dan kesulitan bernafas.

Kesimpulannya aku meninggal karena kelelahan. Cukup tragis bagi seorang pekerja keras seperti ku. Kerja lembur tanpa kenaikan gaji, Si SIALAN itu sangat pelit. -_-

"Yukino? Ehm, nama tubuh yang ku rasuki ternyata sama dengan ku."

"Yukino Matteo menjadi Yukino Raine. Sejujurnya aku lebih suka nama lama ku," aku cemberut dan bergumam sendiri.

Yukino Raine, 18 tahun. Dalam ingatan yang muncul di benak ku, dia adalah anak yang bermasalah. Tidak disukai seluruh keluarganya (Astaga, bagian ini menyusahkan ku, dasar anak sialan! *merujuk ke Yukino asli.).

"Brengsek! Transmigrasi sialan??!" aku mengumpat tanpa sadar dan di sambut sebuah suara dari arah pintu yang mengejutkan ku.

"Sepertinya menyenangkan mengucapkan kalimat umpatan."

"???"

Ah, apakah dia saudara dari Yukino asli?

"..."

Waj— ekspresinya terlihat tidak menyenangkan. Yah, tidak heran sih, Yukino beban ini sangat Problematic, apakah karena dia (Yukino asli) sebagai anak sulung, makanya sedikit ngelunjak dan seenaknya(?)

"Wajah manis-mu tidak cocok untuk berkata kasar, Kakak."

"..."

Apa sih, yang kamu bicarakan?

Kakak? Sepertinya dia adik ku— ralat, dia adiknya Yukino asli. Jika di lihat-lihat, wajah ku dengannya memang mirip.

"Berhenti menyusahkan ku. Cepat turun untuk makan, orang-orang rumah sudah terlalu lama menunggumu."

"Oh." Entahlah, hanya kalimat itu yang keluar dari mulut ku. Sebenarnya aku cukup kesal. Siapa yang menyuruh kalian untuk menunggu ku? Maksud ku, makan lah tanpa aku, itu bisa, 'kan?

"Tunggu apalagi?" suaranya terdengar menjengkelkan.

"Duluan saja." aku menyahut dengan nada ketus dan tanpa sadar bergumam, "Tanpa aku pun, kalian dibawah sana tetap bisa makan. Bas... tard...!"

"Heh.^^"

"..."

Oh... sepertinya dia mendengar gumaman-ku barusan. Well, aku bodo amat sih... 

Aku hanya mengekorinya saat turun ke lantai bawah menuju ruang makan. Kagum sejenak, rumah ini terlihat sangat megah dan mewah!

Haishh... Jiwa miskin dan katrok-ku meronta-ronta naik kerpermukaan. Dan juga, kami turun menggunakan lift, ciri-ciri rumah orang kaya.

Jika begini, aku jadi teringat dengan Kost-an tempat tinggal ku yang sangat kecil dan minimalis *cukup nyaman untuk ku tinggali.

"Woy beban! Cepatlah sedikit!"

"..."

'Seberapa beban sih si pemilik tubuh asli ini??'

Aku memasang ekspresi datar karena kesal. Ugh, tangan-ku menjerit ingin menghajar orang yang berjalan di depan ku ini.

"Terlalu lama."

"??"

Lagi dan lagi, aku mendengar suara dingin yang menjengkelkan. Entah kenapa, kesabaran ku semakin tipis saja rasanya.

[BL] Can't Run Away!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang