𝐏𝐑𝐎𝐋𝐎𝐆.

19.2K 724 10
                                    

hallo readers!! aku dateng bawa cerita baru lagii!! yang udah baca pasti tau soalnya ini aku repost ulang, aku publish ulang karn perubahan pikiran aku sendiri hiks hiks.

stay votmen okei? jangan lupa follow juga jik berkenan!

happy reading aunty uncle Rigel!!

.
.

.
.

Matahari sudah berada di atas membentuk bulat sempurna, pertanda untuk manusia bangun dan melaksanakan semua kegiatannya masing-masing. Di sebuah panti asuhan, di mana anak anak yang sudah tidak mempunyai orang tua, atau malah yang mempunyai orang tua tetapi di titipkan atau di buang di panti.

Semua anak-anak panti sudah bangun mereka lanjut mandi dan sarapan bersama, tapi itu tidak berlaku di bayi malang ini, dirinya harus mencari makan sendiri entah itu di dapur atau di suatu tempat karna dirinya yang selalu di kucilkan dan tidak di sukai oleh banyaknya anak di panti asuhan ini, tanpa alasan mereka seperti itu, juga dirinya harus mandi sendiri, padahal melihat umurnya dia belum layak di perlakukan seperti itu.

Bayi itu bangun ketika semuanya sudah selesai sarapan dan mandi, dia tidak di bangunkan seperti yang lain maka dari itu dirinya bangun dengan sukarela atau se keinginannya sendiri. Kaki kecil nan gemuknya berjalan dengan perlahan menuju ke kamar mandi yang tak jauh dari kamarnya.

Melepaskan baju dengan susah payah, tangan kecilnya tidak bisa meraih baju yang hampir terlepas dari badannya. Baju bayi itu juga sudah tidak layak pakai, banyak yang sobek juga kumuh. Dia hanya memiliki baju itu dan celana empat biji saja.

" ugh.. susah " gumamnya, dengan pelan dirinya melepaskan semuanya, mengambil gayung yang ada di bawah, berjinjit kecil guna meraih air yang ada di dalam ember, bayi kecil itu tenggelam di luar ember karna melihat perbandingan badannya juga ember yang besar. Embernya besar dan tinggi sedangkan badannya kecil dan pendek.

" Cape.. Tapi halus bisa! " Bayi itu bersorak untuk dirinya sendiri. Bayi polos yang tidak tau apa-apa selain meniru orang lain, apa yang di lakukan orang lain dia simpan dalam otaknya kemudian menirunua jika dirinya dalam posisi seperti itu.

Acara mandi selesai, bayi itu memakai kembali baju yang dia simpan pada tempat kering di depan pintu kamar mandi, melihat dia masih kecil dan tidak bisa mencuci alhasil menggunakan kembali baju-bajunya tanpa di cuci. Badannya tak cukup kuat jika harus mencuci melihat caranya mandi saja masih seperti itu. Yang terpenting tekana air itu sudah di anggap mandi oleh bayi kecil ini.

" lapel.. " Perutnya keroncongan setelah mandi. Entah bayi itu akan meminta ke siapa atau mencari makan sendiri si dapur, mencari sisa makan anak-anak yang lainnya.

Kaki kecilnya berjalan menuju ke ruang tamu, di sana para pengurus panti sedang duduk dengan jamuan yang mereka buat sendiri, canda tawa terdengar di telinga bayi ini. Kaki gemuknya menghampiri para pengurus panti yang sedang duduk dengan santai melihat televisi.

" kakak, ibu.. Igel lapel " Mata bulat itu menatap mereka dengan penuh permohonan. Dirinya lapar dirinya hanya ingin makan sedikit saja.

" ikut kakak dulu nanti baru boleh makan? Gimana? " tawarnya dengan nada yang halus, bahkan sehalus benang sutra di bagi sepuluh.

Igel, atau sebut saja Rigel (igel). Bayi kecil itu tidak bisa mengucapkan kata R karna sejak di panti dirinya tidak diajarkan apapun itu, bahkan berbicara saja dirinya bisa sendiri tanpa harus di bimbingan seperti anak-anak lainnya.

.

Sesampainya mere di lampu merah jalan raya, Rigel di dudukan di samping lampu merah. Di pinggir trotoar. Dengan membawa toples besar untuk tempat uang. Dia mengemis.

Pengurus paket yang membawanya duduk di sebagai warung yang tak jauh dari Rigel, menunggu Rigel seles dengan acara mengemis yang dia buat.

Berpuluh-puluh menit kemudian, pengasuh panti mendekat ke arah Rigel. Melihat anak bayi yang sedang duduk di trotoar dengan cuaca yang sangat panas, bahkan pengurus panti itu datang dengan menutupi bagian atas kepalanya supaya tidak panas. Tapi Rigel.. Duduk dengan anteng dan tangan yang membawa toples.

" ayo Rigel, kita balik " Pengurus panti meraih tangan kecil Rigel supaya bayi itu berdiri.

Rigel dengan kaki kecilnya setia mengikuti pengurus panti. Mereka berhenti di salah satu warung yang sedikit jauh dari awal pengurus panti tadi, warung tersebut pun sudah menjadi langganan pengurus panti ini. Rigel hanya mampu menundukkan kepalanya karna pusing yang menyerang kepalanya.

" ini buat kamu " Pengurus panti menyodorkan sebuah roti, mata Rigel seketika membinar. itu roti kesukaan Rigel. Rigel dengan senang hati menerima roti itu dan mulai memakannya, dirinya tidak tahu jika roti tadi sudah ada jamur yang menempel, bahkan tadi ibu warung memberikan gratis untuk roti itu.

Mereka berjalan pulang ke panti, selepas sampai Rigel langsung menuju kamar. Perutnya sangat sakit Rigel tidak tahu harus berbuat apa sekarang, hanya meringkuk dan memegangi perutnya yang teramat sakit.

Pintu terbuka tetapi Rigel tidak menyadari karna dirinya masih meringkuk kesakitan, seorang anak kecil yang lebih tua dari Rigel, mendekat ke arahnya.

Dirinya menatap Rigel dengan remeh, kemudian kaki kecil maju lalu menendang badan Rigel berkali-kali hingga Rigel menangis dalam diam, apa daya juga dia menangis dengan keras juga tidak ada yang peduli sama sekali, selesai membuat kericuhan di dalam kamar dirinya keluar dengan muka cerahnya. Iblis kecil.



































hallowww!! votmen ay!

𝐑𝐢𝐠𝐞𝐥 𝐅𝐨𝐫𝐚 𝐆.✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang