Jennie bergeser di tempat tidurnya, dia tidak tahu bagaimana dia sampai di sana, atau bagaimana dia sekarang mengenakan salah satu kaos oversize dan celana pendeknya, hal terakhir yang dia ingat adalah dia telah bercinta dengan ayah tirinya beberapa jam yang lalu.
Sial!
Saat mengingat hal itu, Jennie segera duduk di tempat tidur lalu mengacak-acak rambutnya sambil mengumpat.
Jennie pikir itu hanya salah satu mimpi panasnya, tapi rasa sakit di pinggulnya menegaskan bahwa semuanya nyata. Sekarang, apa yang akan dia katakan jika dia bertemu dengan Lisa? Jennie sebelumnya bahkan sampai memohon untuk kemaluannya.
Pikirannya sedang kacau saat itu sehingga dia membiarkan dirinya terbawa oleh momen dan hormon. Namun yang jelas, hal seperti itu tidak akan pernah terulang lagi. Selain itu, ayah tirinya yang brengsek seharusnya menghentikannya untuk ikut bermain.
"Brengsek," kata Jennie sambil berbaring lagi secara dramatis. Dia mengambil ponselnya untuk memeriksa waktu, dan saat itu hampir jam tujuh malam. Setelah kejadian itu pasti dia sangat lelah sehingga tidur hampir sepanjang sore.
Ketika Jennie lelah mengumpat, dia bangun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi, dia melepas pakaian yang dia kenakan, dan tiba-tiba dia merasakan pipinya terbakar ketika mengingat semua yang telah dia lakukan dengan Lisa.
Jennie tidak mau mengakuinya. Tapi itu adalah seks terbaik sepanjang hidupnya. Matanya terbuka lebar karena terkejut saat melihat di pantulan cerminnya bekas dan cupang yang ada di seluruh dada dan lehernya yang membuat gelombang kegembiraan seketika menyerbu tubuhnya.
Jennie kemudian mandi dan membiarkan air hangat mengalir ke seluruh tubuhnya dan membuat otot-ototnya mengendur, sementara dia membiarkan keningnya menempel di dinding kamar mandi.
Jennie tidak bisa menjelaskan bagaimana dia bisa sampai ke titik itu. Mulai dari berfantasi tentang suami dari ibunya sampai benar-benar melakukan bersamanya. Dia tahu itu salah tapi tubuhnya terus meminta lebih pada Lisa.
Ketika Jennie keluar dari kamar mandi, dia mengenakan pakaian yang nyaman dan meninggalkan kamarnya, dia perlu mengklarifikasi semuanya dengan Lisa, dia perlu memberitahu Lisa bahwa apa yang telah mereka lakukan hanyalah sebuah kesalahan dan itu tidak akan terjadi lagi. Dia ingin keduanya diam seolah-olah hal itu tidak pernah terjadi.
Jennie akan langsung menuju kamar Lisa, mungkin saja dia masih ada disana dan sedang memikirkan hal yang sama. Bahwa semuanya adalah sebuah kesalahan. Jennie tidak tahu apakah dia bisa menatap mata hazelnya setelah meminta lebih banyak pada Lisa agar wanita itu menidurinya dengan keras.
Jennie mengetuk pintu tetapi tidak ada yang menjawab, dia mengerutkan kening, mungkin Lisa sedang tidur jadi dia mengetuk sedikit lebih keras, tetapi tidak ada yang menjawab, dia kemudian membuka pintu dan menemukan ruangan kosong.
Jennie mendengar gumaman dan tawa dari bawah, kakinya bergerak menuruni tangga dengan cepat dan hatinya tenggelam ketika dia melihat pemandangan di depannya.
"Oh Sayang, baguslah kalau kau sudah bangun." Ibunya sedang duduk di pangkuan Lisa di sofa ruang tamu sementara pertandingan baseball sedang disiarkan di TV.
"Kau mau bergabung dengan kami? Tim berbaju putih dengan garis biru menang.""Sayang, sudah kubilang nama tim itu Toronto Blue Jays." Lisa tertawa, matanya tidak beranjak dari televisi.
Dasar brengsek! pikir Jennie.
"Tidak, aku turun untuk memberitahu jika malam ini aku akan tidur di rumah Hojung." Itu bohong, tapi entah kenapa Jennie membutuhkan perhatian Lisa.
Tubuh Lisa menegang saat mendengar nama pacar Jennie yang bodoh itu, dia tidak ingin ada orang lain yang menyentuhnya, namun dia tak bisa berbuat apa-apa saat Istrinya berada di pangkuannya sehingga dia juga tidak bisa mengajak Jennie berbicara tentang apa yang telah terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP DADDY (G!P)
Romance[Warning!!! 21+ Content] "Kau setuju dengan ini kan?" Jennie kemudian teringat kalau orang yang ditidurinya adalah suami Ibunya. Sial! dia tahu itu salah tapi ternyata Lisa juga menginginkan hal ini dan mereka sudah memulainya. Jennie tidak mau ber...