23

7.8K 681 22
                                    

"Ryle pelan pelan"

Ryle melumatnya penuh nafsu, sama sekali tidak ada kesempatan bagi jane. Lidahnya dengan liar bermain didua bukit milik jane, dan tangan kirinya menjepit dan memilin putingnya. membuat wanita itu mendesah panjang.

Kedua kaki jane meregang ketika kejantanan milik ryle melesak masuk kedalam, tubuh kekar yang menindihnya membuat gerakan maju mundur.

"Ahhh!"

Semakin cepat hentakannya semakin keras juga suara desahannya. Wajah erotis milik jane semakin membuat Ryle tak kuasa menahan gejolak nafsunya, ia mendesah memanggil nama siwanita, kepalanya menegadah keatas saat dirasa sudah mencapai puncak.

Ryle tersenyum dengan tawa kecil yang renyah, ingatannya tentang malam panjang bersama jane membuat hatinya merekah senang. Ryle melahap jane sampai habis, lihat bahkan wanita itu masih terbaring polos diatas kasur.

Tertidur lelah, tidak menyadari bahwa matahari sudah tepat berada diatas langit, lalu jam yang berdetak pun seperti berusaha menyampaikan waktu, seolah mempunyai keinginan berteriak bahwa pagi sudah terlewat.
Silelaki tentu sadar, namun rasanya terlalu sayang jika melewati setiap momen ini. Ryle hanya ingin menikmati wajah jane yang berada tepat diatas dadanya.

"Jam berapa?" Suara serak Jane berhasil menarik atensi Ryle.

Pertanyaan itu diabaikan, kini pria dengan mata coklat madu itu justru sedang menatap wajah bantal Jane yang menurutnya sangat menggemaskan.

"Ryle jam" desak Jane, matanya memincing ingin segera diberitahu.

"Jam 10 sayang"

Setelah mendengar itu Jane kembali membenturkan kepalanya kedada bidang milik Ryle, rupanya siwanita belum mau beranjak bangun.

Melihat itu membuat Ryle tertawa pelan, tangannya mengusap lembut kulit punggung Jane yang tentunya semakin membuat siempu merasa mengantuk.

"Aku tau kau masih mengantuk tapi Jane perutmu harus diisi"

"Aku lelah, kita bercinta seperti hewan buas tadi malam" kata Jane, dengan tubuh semakin mendekat kearah Ryle.

Semburat merah terlihat diwajah Ryle, mendengar kalimat itu membuat dirinya harus mengingat kembali bagaimana rasa tubuh wanita diatasanya. Lembut, hangat, dan manis.

"Maafkan aku, kau tau aku tidak bisa menahannya" kata maaf itu tidak bearti banyak, karena Jane tau bahwa Ryle yang buas diatas ranjang tetap akan menjadi BUAS.

Jane mengangkat tubuhnya, setengah badannya menindih tubuh kekar Ryle dengan wajah yang tepat berada diatas wajah silelaki.

"Tidak masalah, aku menyukainya" ucap Jane, dia tersenyum tulus dengan pancaran puas.

"Kau suka lelaki yang bermain kasar?" Ryle bertanya, ada nada menyelidik yang kuat dibalik setiap katanya.

"Tentu"

Dengan gerakan yang pelan Ryle mendorong kepala Jane, menarik agar kepala tersebut bersembunyi diantara bahu dan lehernya.

"Sayang, jawabanmu salah" kata Ryle, kedua tangannya mengelus rambut serta punggung Jane dengan lembut.

"Maksudku aku suka jika itu kau" Jane memberikan jawaban yang Ryle inginkan, kemudian kepalanya terangkat kembali. "Karena itu Ryle, jadi aku menyukainya" kata kata Jane sama sekali bukan lelucon, itu penuh dengan kebenaran yang terasa menyenangkan bagi Ryle.

"Jika ada lelaki yang menyentuhmu meski hanya sehelai rambutmu saja" tangannya bermain dengan rambut hitam milik jane "aku mungkin akan gelap mata dan membunuhnya" kata Ryle diakhiri dengan bibir yang mengecup helaian rambut tersebut.

Woman Who Can KillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang