Bagian 15

13 1 0
                                    

Semua murid pada sibuk sama ulangannya, tapi Devanno dan kawan-kawannya santai, walaupun bisik-bisik satu sama lain dan menukar kertas satu sama lain.

"Waktunya 10 menit lagi," ucap pak Rijal.

"Buset, Pak. Yang bener aja, masa waktunya 10 menit lagi," omel Fian.

"Yaudah, khusus untuk Fian bapak kurangin jadi 5 menit lagi," ucap pak Rijal dengan santai, membuat Fian kaget dan langsung lesu.

Fian pun melanjutkan mengisi ulangannya, "lagian ngapain protes, dikurangi kan." Fian menatap Raditya dengan tajam.

"Itu yang ngobrol, emang udah selesai?"

"Belum, Pak."

"Kalau belum, kenapa ngobrol?"

"Untuk yang ngobrol tadi, silahkan dikumpulkan ulangannya." Raditya melongo, karena belum selesai dan itu membuat Fian menahan tawanya.

"Mampus!" Gumam Fian, yang kebetulan mereka duduk satu bangku.

Saat ingin beranjak untuk ke meja guru, Raditya pun menyempatkan untuk mencubit lengannya Fian dan seketika Fian teriak, "Anj**" Raditya tersenyum puas saat Fian dimarahin.

"FIAN!" teriak pak Rijal.

"Maaf pak."

"Keluar kamu! Gak sopan yah bilang gitu." Mau gak mau keluar yang walaupun belum selesai.

Fian menatap sinis ke Raditya dan yang ditatap hanya acuh.

"Waktunya udah habis." Mereka pun langsung mengumpulkan ulangannya.

"Ada-ada aja kelakuan mereka berdua, bisa-bisanya bikin ribut di kelas," ucap Kia.

"Bener, yaudah ayo ke kantin." Mereka pun ke kantin.

Mantannya Devanno yang disebut dengan nama Raisa pun kini langsung bergandengan tangan dan mengajak Devanno ke kantin, tanpa menghiraukan ada yang terluka karena melihat mereka. Devanno yang paham pun langsung menjaga jarak dari Raisa, Raisa tetap saja bergandengan dengan Devanno.

Karena kesal, Devanno pun menghempaskan tangan Raisa dari tangan Devanno. Devanno pun langsung mengajak Kia ke kantin bareng. Kawan-kawannya Kia dan Devanno melihat Raisa dengan tatapan benci, lalu mereka melewati dia untuk menuju ke kantin.

Sampainya di kantin, Devanno dan Kia pun memesan makanan dan minuman untuk di makan, setelah itu mencari tempat duduk untuk mereka makan dan mereka cari tempat duduk yang kosong.

Tapi saat menuju ke tempat duduk, tiba-tiba Raisa menarik Devanno untuk duduk bareng. Kia hanya bisa menghela nafas panjang, walaupun di dalam hatinya berkata, 'Jangan nangis, Kia'. Namun, tetap saja namanya cewe gampang nangis, karena hati Kia gampang rapuh walaupun tubuh Kia kuat dan seperti gak ada beban.

Kio yang melihatnya pun langsung emosi, bisa-bisanya dia gak menolak.

"Devanno!" teriak Kio, membuat mengundang pusat perhatian semua murid di Kantin. Devanno pun langsung menjauh dari Raisa dan menghampiri mereka.

Lagi dan lagi Kio menampar pipi Devanno, tapi Devanno menerimanya, karena ini juga salah Devanno.

Gina yang melihatnya pun membiarkan saja, karena emang itu salah Devanno sendiri yang gak menghindar di saat Raisa menarik Devanno.

"Kalau emang lu masih sayang sama Raisa, lebih baik kalian putus aja, daripada adek gua tersakiti mulu oleh kalian, terlebih lagi lu gak pernah nolak saat Raisa megang tangan lu." Kia yang mendengarnya pun terkejut dengan tindakan abangnya yang tanpa dia sadari telah melukai hatinya.

"Abang," panggil Kia.

"Udah, Bang. Adek gapapa, jangan minta Anno untuk putusin adek yah, abang mau kan? Liat adek bahagia." Kio yang melihatnya merasa kasian, karena belum bisa menjaga adeknya.

DEVANNO ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang