Yang Ada di Bawah Temaram

0 0 0
                                    

Harusnya ku dengarkan perkataan kakak kelasku tadi untuk tidak melihat ke arah manapun kecuali ke depan. Tapi mata yang sudah kuusahakan agar terus menatap ke arah jalan sepi ini dengan nakalnya sesekali melirik ke samping dimana hanya ada pepohonan besar dan pematang sawah disekitarnya.

Temaram cahaya lampu jalan malah membuat suasana menjadi lebih menakutkan dari sebelumnya. Aku benar-benar tidak suka dengan keadaan ini. Yang benar saja aku harus mengitari jalanan sepi dengan pepohonan besar di sekitarnya SENDIRIAN di pertengahan malam seperti ini. Acara apaan ini? Dari dulu aku tidak pernah suka dengan kegiatan jurit malam.

Disaat sedang menikmati rasa takutku, aku melihat ada seseorang yg berdiri di pinggir jalan persis dibawah lampu temaram penerang jalan.

"Oh syukurlah, ada manusia juga". Gumamku.

Tapi tidak ada persimpangan jalan disini. Kakak kelasku bilang akan ada orang yang menunjukan arah di setiap persimpangan jalan. Tapi kenapa dia malah berdiri dipinggir jalanan lurus seperti itu?

Tempatnya berdiri hanya berjarak beberapa meter dari tempatku berjalan.dia tak mengubah sikapnya sedikitpun, bahkan hanya sekedar menoleh padaku saat aku mendekat. Padahal kakak kelas yang kutemui terakhir kali langsung sigap saat aku mendekat. Jujur aku takut.

Tak bisa kusangkal orang ini memang aneh. Disaat orang lain memilih tempat yg terang dan dekat dengan perumahan warga, di memilih berdiri ditempat sepi seperti ini sendirian. Kupikir dia memang orang yang bertugas untuk menakut-nakuti anggota.

Kuberanikan diri untuk melangkah lebih dekat padanya. Namun, baru beberapa langkah dari tempatku berdiri orang itu malah mencondongkan badannya kedepan sambil mengeluarkan suara aneh yang menakutkan

"Po po po po po-". Suaranya berat, sangat berat dan sangat rendah. Aku bahkan berpikir ada getaran dalam suaranya.

Seluruh tubuhku gemetar. Dia benar benar sangat condong dengan badan yang lurus kaku seakan akan jatuh ke tanah. Tidak ada manusia yang bisa melakukan itu!

Ingin sekali aku berteriak sekencang mungkin dan berlari menjauh darinya.tapi apa daya, yang bisa kulakukan hanyalah berdiri tegak dengan mata melotot melihat pemandangan di depanku.

"Po po po po po-". Suara itu masih terus terdengar dari mulutnya.

Dengan sisa keberanianku kulangkahkan lagi kaki ku perlahan sambil menutup mataku dan berjalan ke sisi jalan yang lain agar tak berpapasan langsung dengan orang itu. Walau aku tak yakin apakah itu benar benar orang.

"Po po po po po-".

Terus kulangkahkan kaki melewatinya. Tapi kaki ku tidak bisa lebih cepat dari ini, seakan memang di desain hanya untuk berjalan.

Entah sudah berapa lama aku berjalan dengan mata tertutup seperti ini. Aku juga tidak tahu apakah aku sudah melewatinya atau akan melewatinya, atau bahkan sekarang aku sedang berjalan tepat di depannya. Yang aku tahu, suara itu masih terus terdengar seakan aku memang harus mendengarkan dengan baik suara menakutkan itu.

"Po po po po po-".

Tapi tunggu, mengapa aku merasa suara itu tidak berubah sama sekali? Tidak terdengar mendekat ataupun menjauh. Padahal aku yakin aku sudah jauh melewatinya. Namun suara itu masih terdengar persis seperti saat aku pertama kali mendengarnya. Itu aneh.

"Po po po po po-".

Tiba-tiba suara itu terdengar dekat. Sangat dekat. Seperti digumamkan tepat di telingaku.

Badanku kaku, ingin sekali rasanya aku berlari sekuat tenaga. Namu tubuhku bahkan tidak bisa di gerakan. Di sisi lain aku merasakan ada sesuatu tepat disamping tubuhku dengan suara yang masih digumamkan di dekat telingaku.

"Po po po po po-".

Aku sudah tidak tahan lagi, kubuka mataku dan menoleh kesamping dimana suara bergumam itu berada.

Akhirnya aku melihat wajahnya. Seorang laki-laki dengan rambut berantakan, wajah yang rusak, matanya melotot sangat lebar dengan ekspresi yang aneh. Mulutnya terus berguman rendah dengan mata yang melotot ke arahku.

"po po po po po-".

Aku berteriak sekuat tenagaku. Sungguh itu sangat menakutkan. Wajahnya hanya beberapa centimeter dari wajahku sekarang. Aku tidak bisa bergerak, hanya bisa berteriak dan menangis dengan mata yang tak bida kualihkan kemanapun. Sebelum akhirnya semuanya gelap.

_________

Aku tidak tahu bagaimana tapi saat aku bangun aku sudah berada di sebuah ruangan. Aku tertidur disana. Aku ingat ini uks sekolah. Sayup sayup terdengar suara dari arah masjid. Ini sudah hampir subuh.

Tiba-tiba pintu dibuka dan seorang gadis dengan pakaian pramuka masuk dengan membawa teh hangat di tangannya. Dia kakak kelasku.

" eh, udah sadar ya? Ini diminum dulu" tawarnya menyodorkan teh hangat itu padaku.

Aku yang masih terguncang masih tidak bisa meresponnya, aku hanya bisa memandangnya dengan linglung.

Gadis itu mungkin bingung karena aku tidak kunjung mengambil gelas dari tangannya, jadi dia meletakannya di meja dan segera berjalan keluar.

Tak lama kemudian seorang laki laki masuk menghampiriku. Pakaiannya sama dengan gadis tadi namun dengan atribut yang lebih lengkap. Dia pradana pramuka di sekolahku. Seseorang yang bertanggung jawab atas acara ini.

"Kamu liat apa tadi?" tanyanya.

Aku masih belum bisa menjawab. Entah kenapa sepertinya otak ku ini tidak  bisa berjalan dengan normal lagi. Dia menghela napas

"Kakak kelas ada yang dengar teriakan dari arah jalan pinggir hutan, terus nemuin kamu pingsan disana. Apa yang kamu liat disana?"

Benar, tadi aku berada di jalan sepi itu. Seketika aku teringat pria tadi. Pria menakutkan yang menggumamkan kata-aneh tadi.

"Po po po po po-".

Huh, aku bahkan masih mengingat suara menakutkannya.
"Po po po po po-".

Tapi tunggu, itu terdengar jelas. Tidak, itu tidak keluar dari ingatannku. Suaranya ada di ruangan ini. Tubuhku gemetar lagi, nafasku mulai tersengal-sengal.

"Po po po po po-".

Mengapa kakak pradana tadi diam saja? Apa dia juga mendengarnya?

Ku tolehkan wajahku padanya dan seketika tubuhku jadi lebih gemetar dari sebelunnya. Kali ini sepertinya aku bahkan tidak bisa bernapas.

Kakak pratama tadi sudah tidak ada di sampingku, keberadaanya sudah digantikan dengan laki laki dibawah lampu temaram tadi.

Masih dengan wajah rusak yang sama, matanya melotot kearahku dengan ekspresi aneh yang menakutkan. Mulutnya masih setia berguman.

"Po po po po po-".

-End-

Antologi (Kumpulan Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang