∆
∆
∆Jena berjalan mendekati Devan yang tengah tertidur di bangkunya dengan buku yang menutupi wajahnya.
Aneh, tidak biasanya Devan seperti ini biasanya anak ini tidak akan tenang di tempatnya pastinya dia akan berjalan kesana kemari.
Jena duduk di bangku kosong di samping Devan, ia merogoh saku roknya lalu memainkan headphone nya di samping Devan.
Menjelang beberapa menit datanglah Herlin dan Gea yang heboh sendiri melihat Jena dengan santainya duduk di kelas padahal mereka mencarinya dari tadi.
"Jena, kita nya-" ucapan Herlin terpotong saat melihat tatapan tajam Jena.
"Diam, Devan tidur." Herlin dan Gea menyengir, lalu berjalan menuju tempat duduk mereka masing-masing.
Devan yang mendengar suara berisik menyingkirkan buku di kepalanya lalu menatap sekitar, ternyata ada Jena di sampingnya.
Devan tersenyum, tangannya terangkat untuk mengelus puncak kepala Jena yang sibuk dengan handphone miliknya.
Jena meletakkan handphone miliknya di atas meja lalu berbalik menatap Devan.
"Kenapa?" Tanya Devan pasalnya Jena hanya diam dan menatapnya.
"Gue udah nyuruh Abian beliin nasi goreng seafood buat lo." Ucap Jena.
"Makasih.." ternyata Jena tau dirinya belum makan sama sekali.
Secuek-cueknya Jena tapi beda lagi kalu menyangkut dirinya dan ketiga sepupunya.
Tak lama kemudian Abian datang dengan senyuman lebarnya, saat memasuki kelas Jena, Abian masih sempat-sempatnya mengedipkan sebelah matanya pada Herlin.
Abian meletakkan kotak makan di hadapan Devan dengan botol air mineral untuk anak itu.
"Tadi pas mbaknya masak gue nyuruh taro di kotak makan ini aja." Devan memutar bola matanya malas, menatap kotak makan bergambar Doraemon di hadapannya. Milik siapa lagi kalau bukan Abian si pecinta Doraemon.
"Selain cinta Doraemon, Herlin juga. Eakk!" Devan diam dan mulai makan.
"Selain bucin, ternyata kek bocil. Udah tua suka sama Doraemon."cibir Jena dengan muka datarnya, ia lupa bahwa dia sendiri sering nonton Upin&Ipin.
"Diam bocah. Lo sendiri suka tontonin upin-ipin tuh." Ucap Abian kesal.
"Gabut makanya gue nonton." Balas Jena acuh.
"Eleh, gabut. Tapi kok Upin-ipin mulu yang di tonton. Dasar bocil upin-ipin!" Jena menatap mata Abian.
"Dasar kolor Doraemon." Balas Jena, Abian melototkan matanya.
"Pergi, atau gue ngasih tau Herlin rahasia lo." Skakmat! Abian tidak bisa melakukan apa-apa lagi kalau menyangkut celana dalamnya yang waktu itu tidak sengaja dilihat oleh Jena di tali jemuran rumahnya.
Jena mendapatkan senjata baru untuk melawan monyet rumahnya, momen dimana Jena berkunjung ke rumah Abian dan melihat celana dalam bergambar Doraemon waktu itu yang berjejer di tali jemuran.
Awalnya Jena kira itu milik Albi adik Abian yang duduk di bangku SMP kelas satu, tapi dengan santainya Abian keluar dan mengambil benda-benda itu lalu membawanya ke kamarnya.
Hahah, waktu itu Abian tidak melihatnya sama sekali yang tengah berdiri di bawa pohon dekat tali jemuran bersama Albi.
Melihat kepergian Abian Jena tersenyum lebar, melihat muka tertekan Abian adalah suatu kesenangan baginya.
"Seneng banget jahilin Abian." Ucap Devan.
Jena tertawa lalu mengangguk dan di balas senyuman oleh Devan yang masih menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serenity or Pleasure
Teen Fiction"Percuma ada ketenangan, tanpa ada kesenangan" Bagaimana rasanya memiliki keempat sepupu dengan kepribadian dan paras yang membuat banyak orang tertarik dengan mereka. Tapi ternyata di balik kepribadian menarik mereka, ada saja kepribadian yang tida...