Hate at the First Sight

1.3K 181 61
                                    

Roti dan selai.

Bunga dan kumbang.

Romeo dan Juliet.

Beberapa dalam hidup memang ditakdirkan selalu bersama...

Yayan refleks melepas earbuds yang menyumbat kedua telinga. Alisnya menyatu bingung sambil membuka ponsel. Sebelumnya dia asyik-asyik mendengar playlist dari lagu 5SOS, kenapa tiba-tiba berubah jadi suara mbak-mbak yang mendayu-dayu?

Sambil menunggu lift, Yayan menatap pantulan bayangannya sendiri. Diam-diam senyum terulas di bibir lelaki itu.

Dilahirkan dengan bibit unggul memang beda.

Penampilannya tidak boleh diragukan. Rambutnya yang sewarna cokelat susu tersisir rapi ke belakang. Kacamata di batang hidungnya sebenarnya mejeng karena gaya, tapi itu membuat lelaki itu tampak cerdas nan mempesona.

Berani taruhan, tidak ada perempuan yang bisa mengalihkan pandangan dari parasnya sekaligus tubuhnya yang dibalut kemeja slimfit yang seolah memang khusus dibuat untuknya.

Kalau orang-orang merasa bisa glow up, Yayan justru yakin dari lahir dia sudah glow up. Foto-foto di rumah orangtuanya menjadi bukti. Mau masih bayi atau sudah dewasa seperti sekarang, gantengnya mengalahkan idol K-Pop yang digandrungi perempuan-perempuan zaman sekarang.

"Pak Yayan Krisna."

Suara itu membuat Yayan tersentak dari keasyikannya mematut diri. Kepalanya langsung berputar ke asal suara dan mendapati seorang perempuan berdiri tak jauh darinya. Tangan perempuan itu bersedekap sementara salah satu alisnya terangkat penuh penghakiman.

Alih-alih tersinggung, Yayan justru ingin tertawa dalam hati.

Hate at the first sight — tatapan inilah yang dilemparkan perempuan itu padanya. Padahal Yayan saja tidak mengenalinya. Namun melihat logo Hanambra Jaya pada lanyard di leher perempuan itu, dipastikan siapapun orang ini pasti karyawan di kantor yang sama dengan Yayan.

"Staf Anda yang baru submit pengajuan untuk pembayaran vendor, kan?" tuduh perempuan itu tanpa tedeng aling-aling.

"Ah," gumam Yayan manggut-manggut paham.

Pengajuan pembayaran, katanya. Yayan pastikan perempuan ini pasti salah satu penghuni dari departemen keuangan.

Diam-diam, Yayan memandangi penampilan perempuan itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Bukan untuk tidak sopan, melainkan... wow, untuk seorang yang kerjaannya berkutat melulu dengan angka, perempuan ini masih melek fashion.

Malah, melek banget!

Seumur-umur, baru kali ini Yayan melihat anak keuangan yang modis seperti perempuan ini. Padahal beberapa hari lalu dia melihat salah satu anak keuangan yang penampilannya meh banget.

Tetapi perempuan ini... Yayan bisa kasih nilai 100/10 untuk penampilannya.

Tubuh perempuan itu tidak tinggi, tapi tidak juga bisa dibilang pendek. Cukup tinggi sebenarnya, tidak butuh-butuh amat memakai high heels. Overall, cocok banget memadukan jumpsuit hitam berlengan panjang. Bagian kerahnya berbentuk V seolah memamerkan leher jenjang milik perempuan itu.

Yayan spontan menelan ludah.

Demi Tuhan, gimana bisa ada perempuan semodis ini nyasar di departemen keuangan yang tampang-tampangnya mostly cupu begitu?

"'Ah'?" Perempuan itu membeo heran. "Itu aja respons Anda?"

"My apologize, then." Yayan sengaja membungkukan badan sedikit, bergaya layaknya seorang pangeran menyapa seorang putri. Bibirnya menyunggingkan senyum manis. "Sebagai permintaan maaf gimana—"

The Teasing GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang