3.

43 3 0
                                    

Terdengar suara ketukan pintu membuat Kelvin menghentikan pekerjaannya, mengalihkan pandangannya menatap kearah pintu.

"Tuan," sapa Lesyah menundukkan kepalanya saat sudah masuk kedalam ruang kerja Kelvin.

"Hm?" Kelvin hanya berdeham sebagai jawaban.

"Tuan, t-tolong jangan batalkan kerja sama ini dengan klien tadi.." Ucap Lesyah dengan gugup. Kelvin menaikan satu alisnya tanda ia bingung.

"Kenapa?"

"Karena mereka tidak akan melaporkan tuan pada polisi," jawab Lesyah.

"Mereka mau melapor atau tidak, saya tidak perduli!" jawab Kelvin sambil melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.

Lesyah membuang nafas berat. "Baik tuan, saya akan membicarakan ini dengan mereka."

"Tuan, ada hal penting yang ingin saya sampaikan pada anda," ucap Lesyah hati-hati.

"Apa lagi? Jangan berbicara setengah-setengah." Dingin Kelvin.

"Maaf tuan," balas Lesyah, "Tadi kakak tuan memberitahu saya bahwa tuan harus mengambil cuti mulai besok karena kakak tuan ingin berlibur bersama keluarga tuan!"

"Hm! Kembalilah keruanganmu dan selesai pekerjaanmu."

"Baik tuan." Lesyah menunduk, lalu undur diri dari hadapan Kelvin.

Suara dering ponsel terdengar, Kelvin mengalihkan pandangannya. Dia mengambil ponsel, menatap ke layar tertera nama 'Gavin' tengah menghubunginya. Kelvin menggeser tombol hijau lalu menempelkan pada telinganya.

“Ya?” jawab Kelvin saat panggilan terhubung.

“Apa kakak lupa untuk menjemput ku?” Seru Gavin dari sebrang sana. Kelvin melihat jam yang ada di tangannya, seketika Kelvin melotot saat melihat jam kini sudah menunjukkan pukul lima sore. Yang berarti Gavin sudah 2 jam lamanya menunggu dirinya.

“Maafkan kakak.. Tunggulah beberapa menit lagi dan jangan naik taksi!” Tegas Kelvin pada Gavin.

“Iya kak,” jawab Gavin.

“Hai anak culun.” Terdengar sapaan seseorang dari seberang sana. Membuat Kelvin khawatir terjadi sesuatu pada adiknya itu. Dengan cepat Kelvin mengambil kunci mobil, lalu berlari keluar ruangan.

“Hai anak culun,“ sapa seorang preman sekolah dengan dua temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Hai anak culun,“ sapa seorang preman sekolah dengan dua temannya.

“Kau menyapaku?” tanya Gavin dengan tatapan polosnya.

“Cuih! Aku benci tatapan itu.” Orang itu meludahi wajah Gavin.

“Hajar boss,” ucap temannya. Orang itu tersenyum sinis pada Gavin.

Kak cepatlah datang, aku takut. Batin Gavin takut. Gavin tidak pernah sama sekali diajari oleh keluarganya dalam hal bela diri alasannya karena ayahnya tidak ingin anaknya itu menjadi seperti dirinya dan kakak-kakaknya.

Alvarez FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang