Prolog

8 0 0
                                    

"Masa putih abuku; 'ku awali dengan kamu, ku akhiri juga tentang kamu."
- about u

•••

Auditorium institut kesehatan Pasopati, 2025

"Lulusan terbaik dari program studi farmasi klinis dan komunitas adalah... Nisha Sana." Tepukan tangan dan suara sorakan manusia terdengar memenuhi auditorium sesaat setelah MC mengatakan lulusan terbaik dari salah satu jurusan SMK Kesehatan Pasopati.

Nisha--sang lulusan terbaik tersenyum penuh bangga, ia menoleh ke kanan dimana sang ibunda duduk menemaninya. Sebelum berjalan ke podium, Nisha menyalimi tangan wanita tercantik di dunia menurutnya.

Gadis yang menggunakan kebaya merah maroon itu berjalan penuh kebanggaan dihadapan semua siswa dan wali-nya masing-masing. Setelah sampai di depan, ia berdiri di atas podium dengan senyum yang tak luput di wajahnya.

"Lulusan terbaik dari program studi asisten keperawatan dan caregiver adalah... Sabina Resya." Tepukan kembali terdengar saat nama siswi lulusan terbaik dari jurusan keperawatan disebut. Sabina--selaku pemilik nama melakukan hal yang sama seperti sahabatnya, dan mulai berjalan ke atas podium diiringi rasa bangga.

Nisha dan Sabina. Kedua sahabat yang sangat dekat, berdiri berdampingan dengan kebanggaan yang sama, yaitu sama-sama lulusan terbaik dari jurusan masing-masing.

Sang kepala sekolah mulai memberikan piagam penghargaan dan raport pada keduanya secara bergantian, belum lagi dipasangkannya selendang bertuliskan, "LULUSAN TERBAIK." lalu mereka berfoto bersama sampai akhirnya MC mempersilakan Sabina dan Nisha kembali ke tempat duduk.

Rangkaian acara selanjutnya mulai terlaksana, hingga tiba saatnya acara berakhir, para wali menunggu para siswa berbincang bersama teman-temannya, melakukan swafoto, atau sekedar mengobrol mengucapkan perpisahan.

Sabina juga melakukan hal yang sama seperti siswa lainnya. Sebelum melakukan aksinya yang ia rencanakan dari 1 tahun yang lalu, gadis berkebaya pink ini izin pamit pada ibundanya.

"Ma, aku ke belakang sebentar ya," izin Sabina sambil hendak berdiri.

"Mama nunggu di mobil ya sama kak Sari, gapapa kan?"

"Iya Ma, sebentar ya." Sabina menyalimi tangan wanita yang disebutnya Mama dan langsung melipir ke belakang sementara sang Ibu pergi duluan ke luar.

Sabina mengambil barang yang ia titipkan pada panitia, barangnya berupa totebag berisi barang-barang berharga selama 3 tahun ini. Ia melirik kesana kemari mencari sosok penghuni hatinya dulu.

"Alfa." Sabina memanggil.

Alfa -- pria yang dipanggil Sabina memutar badannya menghadap sumber suara. Cowok ini mengenakan tuxedo dengan perawakan badan yang tegap, membuatnya terlihat gagah dan berkharisma.

Alfa tersenyum tipis. "Selamat buat kamu Sab, akhirnya impian kamu tercapai juga ya."

Sabina's POV

Aku sedikit terenyuh, bahkan dia masih mengingat impianku masuk ke sekolah ini. Aku hanya mengatakannya satu kali waktu kelas 10 dulu, bahwa aku ingin menjadi lulusan terbaik di jurusanku.

"Makasih. Kamu ada waktu? Aku mau ngobrol bentar."

"Aku harus ngeluangin waktu, kan? Siapa tahu ini hari terakhir kita ketemu." Alfa memberikan senyum tipis dan tatapan teduh, ciri khas nya yang tak pernah hilang dari dulu.

Aku menatap matanya, mata yang berhasil membuatku jatuh, sejatuh-jatuhnya.

"Mau disini? Atau nyari tempat yang lebih enak buat ngobrol?" Tanya Alfa yang berhasil memecah lamunanku.

Aku tersenyum jahil. "Disini aja, aku tahu kamu orang sibuk."

Kami berdua tertawa mendengar ejekan yang aku tujukan kepadanya. Setelah sekian lama, aku mendengar lagi tawanya, setelah sekian lama aku tertawa lagi bersamanya.

Aku memberikan totebag yang sedari tadi aku tenteng kepadanya. "anggap aja hadiah perpisahan dari aku ya."

"Kamu selalu ngasih hadiah, padahal aku cuma ngasih satu kali, tapi kamu balas beberapa kali."

"Aku suka ngeliat orang-orang di sekitarku bahagia karena hadiah kecil dari aku, aku harap kamu juga begitu ya. Bahagia dapat hadiah dari aku."

Alfa tertawa pelan, tangannya bergerak hendak melihat isi dari totebag yang aku berikan.

"Eit'ss, jangan buka disini Al, buka di rumah aja, atau setelah aku pergi kamu baru boleh buka." Aku menahan tangan Alfa yang hampir membuka totebag itu sepenuhnya.

"Kenapa?" tanya Alfa.

Aku tersenyum kikuk, "aku pulang duluan ya, udah ditungguin daritadi. Oh iya, makasih buat 3 tahun ini, aku harap kamu selalu baik-baik aja dan terus berkembang jadi apa yang kamu mau. Jumpa lagi, Al!" Aku melambaikan tangan padanya, berbalik badan segera pergi meninggalkan Alfa sendirian.

•••

Kamis, 8 Februari 2023

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang