Hai Guys, ketemu lagi dengan Nay. 😊 Selamat menikmati malam minggu terakhir sebelum tahun berganti. Jangan lupa untuk tersenyum, lupakan yang perlu dilupakan, lalu perjuangkan apa yang layak diperjuangkan. Selamat membaca♡
Sinar lembut mentari telah menyapu kota Samarinda dari sisi timur. Kan gak mungkin kalo dari sisi barat. Pasti aku auto syok berat. Ya, mungkin karena aku melarikan diri dari ledekan Ibu. Jadi, diriku kepagian sampai di sekolah.
Motor sudah terparkir di SMA Negeri 46 Samarinda. Suasana masih lengang, hanya ada satpam sekolah dan tukang bersih-bersih lingkungan. Aku bergegas menuju kelas setelah menyimpan helm di dalam bagasi motor, lalu melintasi lapangan bola multifungsi, mengarah ke lantai dua bangunan terletak di sudut kiri lapangan sekolah.
Di dalam ruang kelasku. Kelas 12-IPA 2, Nampak seperti kapal pecah. Ada meja yang terbalik di pojok ruangan; ada kursi yang tersusun seperti menara; ada pula rumus matematika yang belum dihapus mengotori papan tulis.
Aku meng-huh, menghela napas pelan, meletakan tas ke dalam laci meja, lalu duduk manis. Diriku mengeluarkan sebuah buku khusus untuk di isi hal-hal random dan menulis sesuatu.
Nabastala telah lama membiru,
atma melayang bebas mencari harsa yang niskala,
menukik tajam menembus enigma yang tak pernah berakhir.
Pada luasnya bentala, daksa berpijak,
meraki renjana, demi anagata nan nirmala.Perutku lapar. Suasana kelas masih lengang. Aku melipat tangan sebagai bantal, menjatuhkan kening di atasnya. Kok kayaknya sajaknya kurang feel, ya? Alah, masa bodoh, kan, suka-suka aku yang bikin. Diriku kembali menegakkan tubuh, mengambil ponsel dari dalam tas, lalu memotret sajak yang baru kutulis. Aku unggah di story TikTok, dengan menambahkan lagu yang sedang hits.
Baru empat detik berlalu, story-ku sudah mendapatkan sebuah like. Padahal, aku bukan seleb TikTok, loh. Pengikutku juga baru hampir seribu, kurang 45 followers lagi. Tapi ada sebuah akun yang sering sekali mengunjungi dan bahkan rajin spam like. Siapa sih, dia? Akun dengan nama user-000083917, profilnya siluet dan tidak ada apa pun dalam akun miliknya. Aku menggaruk kepala yang tak gatal, mencoba untuk menebak siapa pemilik akun tersebut.
Tanda kehidupan mulai bermunculan satu per satu. Kelas mulai dibersihkan oleh seorang siswi yang menjalankan piket. Tidak lama ada siswa lain yang membantunya. Para murid lain pun berdatangan, ada yang sendiri dan ada pula yang berkelompok.
"Hay ... my bestie, Selamat pagi semua," sapa lebay seorang gadis dengan suara melengking tajam.
Nama dia, Mayang Ameliya Putri, biasa dipanggil Maya. Dia memiliki rambut bergelombang menjuntai sepunggung, mata bulat yang berbinar. Wajahnya pun mengkilap karena skincare yang dia gunakan, dengan hidung bulat tak mancung, serta Maya itu sedikit lebay.
"Ih, hodie baru, yah. Pantes, dipakek terus." Maya langsung duduk di kursinya, tepat di hadapanku.
"Iya, aku baru nemu May." Seutas senyum menutup kalimatku.
"Ah, yang bener, nich?" Maya menatap ragu.
"Beneran May, ini nemu semalam. Asal kamu tau, aku habis ketemu orang aneh tadi malam, loh." Aku memasukan kembali buku dan ponsel ke dalam tas.
Alis Maya melambung. "Apha? Kamu diam-diam keluar malam lagi. Pasti tadi dapet siraman rohani, kan?" Tercetak senyum mengejek di bibir Maya.
Aku nyengir lebar. "Itu sudah pasti, hampir ... aja. Aku jadikan novel omelan Ibuku," pungkasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Penulis Senja (END.)
Fiction généraleKatanya cinta itu buta? Gila? Bisa hadir lewat mana saja. Sst! Cerita ini tentang pembaca yang jatuh hati kepada seorang penulis; tentang cara berpikir dan keinginan hati yang terdalam; tentang mereka yang low profil dan orang-orang di sekitarnya. "...