MLF: 01

15.8K 965 8
                                    


"Sayang, apa kau baik-baik saja?"

Mata coklat gelap itu menatap ke depan dengan terkejut kentara dari pupilnya yang mengecil. Bibirnya berwarna pink pucat dan gemetar. Peluh membanjiri pelipisnya.

Sebuah tangan besar menangkup dagunya dengan lembut dan mengarahkannya menatap pada satu titik, manik hitam yang sebening kristal.

"You look so scared."

Suara yang keluar dari bibir maroon di depannya terdengar lembut namun seperti lagu kematian di telinganya.

"K-Kau  ...."

Ini gila! Valie tak menyangka ia ber transmigrasi ke tubuh pemeran pendukung yang berstatus kakak kembar dari si protagonis wanita. Poin pentingnya adalah, tubuh ini akan mati dibunuh oleh pria di depannya. Tepatnya besok malam.

"Akhh!" Valie bejengkit dan menepis tangan pria di depannya. Aksinya di suguhi tatapan bingung oleh pria ber manik hitam di depannya. Tapi ia tak perduli, ia segera turun dari ranjang yang setinggi paha tersebut.

Tapi belum selangkah yang ia ambil, tangannya di tahan dan membuatnya tak punya pilihan selain berhenti.

"Kau mau kemana? Hm?"

Pertanyaan yang di susul sepasang tangan yang melingkar di pinggangnya membuat jantungnya seakan ingin mencelos keluar. Badannya ditarik mundur hingga ia jatuh terduduk di pangkuan pria dibelakangnya.

"Aku, aku ingin mandi. Ya, badanku terasa lengket," ucap Valie mencari alasan.

Tak di sangka pria itu melepas pelukannya dengan mudah dan Valie segera berlari memasuki kamar mandi.

"Hmm, kau terlihat berbeda, honey."

. . .

Ada sebuah novel yang sedang best seller di gramedia. Novel berjudul "Flower on the Bloods" Dengan genre dark romance tersebut berhasil mencuri banyak perhatian kalangan remaja hingga dewasa.

Valie adalah salah satunya, ia membeli novel tersebut dan segera membacanya karena sangat penasaran.

Seperti novel dark romance pada umumnya, novel itu juga berisi cerita klise antara male lead yang merupakan mafia dan female lead yang merupakan perempuan dengan sifat yang dapat menarik perhatian male lead.

"Oh sebentar, mari kita ingat lebih jelas isi novel itu! Ah, Si Nathan sialan itu akan membunuh Luna yang berstatus tunangannya sendiri. Akhh! Sialan sekali si Nathan itu!"

Valie memekik pasrah dan memukul dinding kamar mandi. Ia merasa ingin menyerah menjadi Luna, karena ia tak mungkin bisa melawan Nathan yang kejam dan sangat berkuasa itu.

"Tidak, aku harus berusaha! Aku baru saja memasuki tubuh Luna, aku tidak bisa menyerah secepat itu. Aku masih memiliki waktu hingga besok malam, aku harus menyusun rencana."

Valie mengangguk mantap dengan kobaran api semangat yang tampak jelas di manik matanya yang berwarna coklat tua.

. . .

Nathan bersandar pada pembatas balkon. Matanya menyusuri pemandangan kota dari atas, namun pikirannya melayang pada sifat Luna yang sangat berbeda dari biasanya.

Dering ponsel di sakunya mengalihkan perhatian Nathan dari pikirannya yang melayang pada tunangannya.

"Halo?" Ucap Nathan menjawab panggilan.

"Ya, siapkan saja." Setelah berujar, Nathan mematikan panggilan. Ia beranjak dari balkon dan memasuki kamar.

Pandangannya langsung tertuju pada seorang gadis dengan jubah mandi yang sedang berdiri kebingungan.

"Ada apa, honey?"

Suara berat Nathan membuat Valie tersentak kaget. Ia memeluk tubuhnya sendiri karena merasa takut akan tatapan tajam Nathan.

"Ah, itu, aku bingung memilih pakaian, bisa kau bantu aku?" Alibinya. Sebenarnya ia tak tahu dimana walk in closet jadi ia sengaja meminta bantuan Nathan menunjukan dimana tempat penyimpanan pakaian secara tidak langsung.

"Kau ingin ke mana hari ini?" tanya Nathan seraya mengambil langkah berbelok dari tempatnya. Valie segera mengikuti dari belakang.

"Umm, itu, aku ingin makan di restoran," Ucap Valie mantap. Kebiasaan Luna yang suka ke restoran untuk makan untungnya tak dilupakan oleh Valie.

Tak ada tanggapan dari Nathan, pria itu kemudian memasuki walk in closet yang di suguhi banyak pakaian.

Valie atau sekarang adalah Luna, menatap deretan pakaian elegan nan mahal itu dengan kagum. Mata cokelat tua nya berbinar.

Nathan tiba-tiba menyodorkan sebuah dress berwarna navy pada Luna. Binar mata Luna tak luput dari pandangan Nathan, membuat pria itu semakin merasa aneh pada Luna.

Luna segera menatap Nathan dan dress navy itu bergantian, ia kemudian tersenyum seraya menggapai dress tersebut.

"Ah, terimakasih. Pilihanmu selalu bagus," ucap Luna. Nathan mengangguk kemudian keluar dari walk in closet.

Luna segera berganti pakaian dan menggunakan make up tipis. Ia kembali mengingat alur novel dan kejadian apa yang terjadi sebelum pembunuhan Luna.

Usai menghabiskan malam bersama sang tunangan, Nathan bersiap menuju London untuk menghadiri rapat.

"Dan disana Nathan bakal tau kalau aku bukan gadis kecil yang dulu tolong dia! Nathan bakal membunuhku agar bisa bersama adikku! " Luna melebarkan matanya kaget. Ia merasa jantungnya serasa ingin lepas memikirkan kematian pemilik tubuh yang semakin dekat.

"Tidak! Aku harus menyelamatkan banyak nyawa!" Luna berdiri dan berlari keluar dari walk in close.

"Nathan!"

Pandangan Luna menyapu seluruh ruangan namun tak menemukan Nathan membuatnya semakin panik.

"Nathan  ...." Suara Luna melemas. Dengan langkah gontai, ia berjalan menuju pintu. Belum sempat ia memegang gagang pintu, sebuah tangan besar melingkari pinggangnya dan mengangkat tubuhnya.

"Aaahh!" Luna berteriak panik, namun ketika tatapannya bertemu dengan manik hitam Nathan membuatnya bungkam. Nathan menatap Luna dalam.

"Nathan, aku takut kau pergi!" Luna menangis histeris dan memeluk Nathan dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Nathan.

"Aku harus menahan Nathan tetap disini, selagi mencari cara untuk menyelamatkan diriku! Huhuhu!" batin Luna histeris.

Nathan mengeratkan pelukannya pada Luna dan membawa tunangannya ke kasur lalu membaringkan Luna yang masih menangis.

Pria tersebut berbalik ingin pergi, namun lengannya ditahan oleh sepasang tangan. "Jangan pergi! Aku, aku merasa tidak sehat," alibinya agar dapat menahan Nathan.

"Baby--"

"Nathan, kumohon!" potong Luna seraya memasang wajah ter-putus asa yang ia bisa, namun di dalam hati ia merutuk jengkel karena harus berdrama.

"Hah, kau ingin aku menggunakan jubah mandi seharian?" tanya Nathan yang berhasil membuat Luna segera melepas genggamannya. Tingkah Luna membuat Nathan gemas dan mengacak rambut tunangannya.

"Aku akan memanggil dokter untuk memeriksa kondisimu, aku akan segera kembali," ucap Nathan kemudian meninggalkan Luna dan memasuki walk in closet.

Luna melenggokan kepalanya memastikan Nathan telah masuk di walk in closet, dan ia segera menghapus air matanya.

"Nathan akan memanggil dokter, apa yang harus aku lakukan?!" Luna menggigit kukunya gugup. Kalau Nathan tau ia berbohong, apa yang akan terjadi? Tentu saja game over!

Male Lead's FianceeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang