MLF: 08

5.6K 463 9
                                    

Kaki jenjang Luna yang dihiasi high heels berjalan di lobby perusahaan Van Lisse. Ia baru menyelesaikan pekerjaannya pada pukul lima sore. Ia mengadah ke langit yang berwarna jingga.

"Kau ingin pulang atau makan malam denganku?" tanya Megan saat berdiri sejajar dengan Luna. Wanita itu tampak menghela napas lelah.

"Aku lelah, rasanya ingin pingsan sekarang," Keluh Luna dengan dramatis membuat Megan tertawa. Wanita berbadan pendek itu berjalan lebih dulu mengambil mobil dan menjemput Luna yang menunggunya di depan lobby.

"Kau yakin ingin melewatkan makan malam?" tanya Megan ketika mobilnya telah keluar dari halaman perusahaan VL. Luna mengangguk cepat.

Luna menyandarkan tubuhnya ke belakang dan mulai memejamkan matanya menikmati tidur yang sekejap itu.

Megan menoleh sebentar pada Luna yang sudah memejamkan mata. Ia sebenarnya ingin bertanya alasan wanita itu menghilang 2 hari ini. Ia khawatir Luna mengalami masalah, ditambah dengan sikapnya yang berubah, tidak angkuh seperti biasanya.

. . .

Luna mengerjapkan matanya pelan saat namanya dipanggil beberapa kali. Ia menoleh mendapati Megan di sampingnya.

"Kita sudah sampai, aku akan mengantarmu sampai di depan apartement mu."

Dengan kesadaran yang perlahan terkumpul, Luna mengangguk saja atas ucapan managernya. Megan kemudian membantu Luna tetap berjalan tanpa terbanting hingga mereka sampai di depan pintu apartement wanita itu.

"Luna, jangan lupa bersihkan dulu dirimu sebelum tidur," ucap Megan saat Luna langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk itu.

Deheman panjang adalah balasan Luna, membuat Megan menghela napas pendek. Ia kemudian keluar dari apartement Luna dan tak lupa mengunci pintunya.

. . .

Ruangan yang dipenuhi suhu dingin malam itu terlihat gelap. Tirai putih yang menghiasi jendela bergerak seirama dengan angin kencang yang menerobos masuk.

Seorang pria dengan rambut hitam tampak memandangi lukisan besar di hadapannya. Namun raut wajahnya tak dapat dibaca.

"Don't make promises you can't keep, Luna."

Nathan menatap tajam lukisan wajah Luna yang sedang tersenyum indah. Ia mengusap lukisan itu perlahan.

"Lagi-lagi, aku tak bisa mengendalikanmu. I lose, again."

. . .

Seorang wanita berpakaian rumahan itu tampak sibuk dengan kegiatan memasaknya. Rambut panjangnya digulung dengan jepitan rambut yang lucu. Ia berjinjit membuka rak mencari sesuatu.

"Mencari ini?"

Sebuah toples kaca disodorkan di depan wanita itu membuatnya menoleh dan tersenyum lebar melihat pria berambut pirang di depannya.

"Leon!"

Sebuah pelukan tercipta di antara keduanya. Pria yang dipanggil Leon itu terkekeh pelan dan membalas pelukan wanitanya erat.

"Kapan kau kembali dari LA?" tanya wanita itu setelah melepas pelukan eratnya. Manik coklat madunya menatap Leon lembut, tatapan yang selalu membuat Leon jatuh cinta.

"25 menit yang lalu, 5 menit perjalanan dan 5 menit berdiri di pintu dapur."

Wanita itu tertawa pelan. Berbeda dengan raut wajah Leon yang berubah serius.

"Sepertinya kita harus meninggalkan London sebentar malam, Lea."

. . .

Male Lead's FianceeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang