Dengan sangat bahagia Eve memulai hari, tidak sabar menemui sore yang akan membawanya kepada kebahagiaan yang selalu ia nanti. Eve menjalani hari dengan penuh senyuman dan keramah tamahan yang tidak seperti biasanya hingga tak sedikit yang bilang,
"Kamu gapapa kan Ve?"
Singkatnya ini sudah pukul 15.30, Eve berjalan dengan sumringah menuju cafe tempat ia bekerja. Dia mulai memakai apron dan topinya. Dia siap bertatap muka dengan Faiz, eh siap bekerja maksudnya.
Eve mulai menyiapkan beberapa pesanan, dengan harap harap cemas dia meneliti nama pelanggan yang memesan di cafe nya. Belum ia temukan pesanan atas nama Faiz, namun ia yakin bahwa pria itu akan datang kembali.
Tak lama setelah harapan Eve terucap, benar saja sebuah pesanan atas nama Faiz muncul, pesanan yang sama seperti sebelumnya teh chamomile dan blueberry cheesecake. Eve menyiapkan dengan hati hati, tak mau jika Faiz kapok karena minuman dan makanan yang kurang enak. Kali ini Faiz memesan dengan cup, atau yang biasa digunakan untuk take away, dan ide itu muncul dikepala Eve.
"Atas nama Faiz!" Dengan lantang Eve memanggil nama Faiz. Tak lama pria itu pun muncul, Eve terus mencoba menenangkan jantung nya yang dengan kurang ajar meraung raung ingin keluar.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun pria itu langsung menarik pesanannya yang sudah tersaji di meja Eve. Namun diam sejenak ketika meneliti yang ia pesan benar atau tidak.
"Ini kenapa?" Menunjuk tutup teh yang digambari sebuah love kecil dengan spidol merah.
"Spesial buat kamu, biar ga ketuker sama punya orang lain"
This is cegil yeorobun!
Sementara itu Faiz pergi tanpa bertanya lebih banyak, dan sepertinya dia memutuskan untuk tidak datang lagi kemari. Faiz terlampau ngeri dengan sifat Eve yang terlalu agresif itu, dan ini juga pertama kali Faiz mendapat perlakuan luar biasa dari seorang wanita, jadi dia tidak tau harus bereaksi bagaimana selain diam saja.
Eve yang kegirangan dibalik meja kerjanya sampai menumpahkan sebotol sirup yang untungnya isinya hanya tinggal dua tetes saja. Teman teman kerja Eve yang lain sampai bingung sendiri dengan tingkat Eve yang tak pernah menentu.
Faiz duduk dengan tenang dikursi sedikit ujung yang tertutupi oleh dinding yang lumayan tinggi jika dilihat dari meja Eve. Faiz benar benar takut dengan sikap Eve ternyata. Namun sering kali Faiz menoleh kearah meja Eve saat wanita itu memanggil nama customer nya. Entah hanya gerak reflek atau memang Faiz sedikit tertarik dengan suara Eve, hanya Faiz yang tau.
Setelah menetap di cafe tempat Eve bekerja selama hampir satu jam, Faiz memutuskan untuk beranjak dari sana. Mulai membereskan barang barangnya mulai dari laptop, buku, ponsel dan beberapa barang lainnya.
Eve dari kejauhan melihat kepergian Faiz yang tampak buru buru, menatap punggung pria itu hingga akhirnya menghilang dari jangkauan pandangnya. Menatap punggung pria itu saja sudah menyenangkan, setidaknya sampai saat ini.
Eve pulang dengan terus mengoceh kepada teman temannya melalui panggilan telepon, berbicara tentang ia yang memberikan gambar hati di tutup cup pesanan Faiz walaupun jawaban teman teman kurang lebih sperti ini,
"Ve, sadar ga sih, lo itu terlalu mengejar Faiz"
"Kalo kata gue Ve mending kurangin dikit deh, ga baik cewek terlalu mengejar"Iya Eve tau, dia juga tidak pernah begini sebelumnya, hanya dengan Faiz saja. Eve pikir mengejar itu menyenangkan, karena menantang. Tapi bagaimana dengan pikiran Faiz, bagaimana jika ia berpikir Eve selalu begitu kepada semua pria yang malah membuat pria itu menjadi ilfeel bukannya memberikan perasaan yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagai Pungguk Merindukan Bulan
Short StoryKehilangan seseorang yang sebelumnya sudah ada bisa membuat kita sangat gila dari pada kehilangan seseorang yang memang sudah tidak ada sejak awal.