3. Dialah bulannya

5 3 0
                                    

Baru saja masuk pondok pesantren itu, seluruh pasang mata yang ada dihalaman itu menatap Eve. Entahla sekarang hari apa hingga membuat santri disana semuanya berkumpul dari laki laki hingga perempuan dari yang kecil sampai yang tua, semuanya berkumpul dihalaman tempat Eve berpijak saat ini, bukan menyambut Eve 'kan.

Bahu Eve merosot, rasanya malu sekali, Eve ingin menangis sekarang, ini seperti dia yang noda hitam berada di antara semua kain putih ini.
Dan disaat Eve sibuk merasa malu, bahunya dirangkul dengan halus, dengan segera Eve mengangkat wajahnya yang sudah berkaca kaca. Tampak seorang wanita yang usianya sekitar akhir 40 tahunan dengan senyuman yang indah sekali, senyum yang menular hingga sudut bibir Eve pun ikut tertarik.

"Siapa ini?" Ucap wanita itu dengan nada seperti berbicara dengan anak kecil.

"Yang kemarin numpahin minuman di jaket gus Faiz mi" Yang menjawabnya justru wanita disamping Eve yang menarik nya masuk.

"Oohh, yasudah sini masuk dulu" Kenapa malah disuruh masuk lagi, sampai halaman saja Eve sudah sangat malu.

Bahu Eve masih tetap dalam genggaman tangan wanita berwajah damai itu, yang sepertinya biasa dipanggil Umi. Dia dibawa masuk hingga tiba disebuah ruangan bernuansa biru muda.

"Panggil saja saya Umi, saya salah satu yang bertanggung jawab di pondok pesantren ini, kalau kamu namanya siapa cantik" Mata Eve lebih berkaca kaca sekarang, bagaimana bisa ada wanita yang selembut ini, selama 21 tahun hidup Eve, rasanya tak pernah sekalipun ia merasakan tulus disetiap kata yang diucapkan orang lain seperti ini.

"Eve, nama saya Eve tante"

Lagi, senyum yang sangat indah itu terlukis diwajah yang juga indah itu,
"Kamu mau keliling dulu, atau mau langsung ketemu Faiz untuk mengembalikan jaketnya"

Eve tersadar dengan kalimat itu, tak berpikir panjang lagi, Eve langsung menjawab,
"Eve titip ke tante aja, mau langsung pulang"

"Kenapa ga keliling dulu aja, Umi temenin" Ucap Umi masih dengan senyum indah itu.

"Eve malu tante" Katanya sambil menunduk.

"Ini, tante ada jaket, kamu bisa pake ini untuk keliling, ada kerudung juga, boleh dipasang dulu, gapapa kalau belum bisa ditata seperti kerudung yang dipakai orang lain" Sambil mengulurkan jaket seperti model korean style, dengan panjang yang benar benar sampai kaki, dan selembar pasmina panjang.

Eve menerimanya, memakai jaket itu dan menyampirkan kerudungnya, rambutnya masih terlihat, kaki nya pun masih, tapi setidaknya ini jauh lebih baik.

Bahu Eve kembali direngkuh oleh Umi Aida, yang sedari tadi membuatnya merasa nyaman. Kemudian mereka berjalan jalan disekitar pesantren, banyak pasang mata yang melihat kearahnya, namun Eve berusaha untuk tetap tenang.

"Umi ngajak kamu keliling bukan untuk mempermalukan kamu, cuman siapa tau kamu jadi tertarik tinggal disini sama Umi" Eve hanya terseyum kaku kearah wanita itu.

"Itu Faiz nya" Ucapan Umi Aida sukses membuat mata Eve bergegas mencari keberadaan laki laki itu.

"Assalamu'alaikum Umi" Terdengar jawaban lembut dari mulut Umi yang diikuti lirih oleh Eve. Faiz menyadari akan kehadiran mereka dan langsung menghampiri. Terlihat dari raut wajah Faiz, dia kaget karena Eve berada disini bersama ibunya pula, ya, wanita yang dipanggil orang orang dengan sebutan Umi ini adalah ibu Faiz.

Keheningan diantara mereka seperti mempersilahkan Eve untuk berbicara,
"Mau balikin jaket Iz, kemaren temen gue yang numpahin minuman"

"Iya, makasih" Sepertinya memang tidak ada jawaban lain untuk Eve.

Karena bingung harus bagaimana langsung saja Eve meminta izin untuk pamit.
"Tante, Eve mau pamit sekarang, ada kerjaan"
"Ga mau tinggal lebih lama, liat liat dulu disini"
"Maaf tante, mungkin lain kali"

Bagai Pungguk Merindukan BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang