Seattle

100 12 2
                                    

....

Pagi hari ini, Seattle di penuhi dengan suara pengung klakson mobil-mobil yang sudah tidak lagi sabar untuk beranjak dari posisinya. Lima jam sudah kemacetan ini terjadi, penyebabnya adalah kecelakaan beruntun 20 mobil suv dengan EMU (Kereta listrik) berkecepatan tinggi. Kecelakaan ini berakibat fatal bagi Seattle, jalanan penuh dengan kendaraan dan yang pastinya memperlambat aktivitas.

"Bos, sepertinya kita akan terlambat.. Apa anda mau menggunakan transportasi lain?" Ujar seseorang yang berada di kursi kemudi salah satu mobil yang juga terjebak macet, dari papan namanya dapat dilihat bahwa ia adalah sekertaris Park.

"Tidak, biarkan saja. Lagipula aku tidak berniat untuk ke sana." Jawab orang yang di panggil bos, Park Jong Seong namanya, atau yang kerap di sapa Jay Park. Seorang anak dari CEO perusahaan ternama di Seattle dan juga mantan anggota boyband asal Korea Selatan yang dulu sempat booming di masa nya, Enhypen.

Jay menatap pinggiran jembatan di sisi kirinya, pikirannya tidak tentu arah dan kepala nya mulai terasa pening mendengarkan klakson mobil yang tidak ada henti nya. Mata elang nya menatap tidak sabar ke sisi kanan dan kiri, alisnya sedikit menukik karena gelisah menunggu macet yang entah sampai kapan akan berakhir.

Karena sudah habis kesabaran, Jay keluar dari mobil dan berjalan santai melewati mobil-mobil di depannya. Sang asisten terkejut dan tanpa sadar meneriaki bos nya dari dalam mobil. "B-bos-! Bagaimana dengan acaranya?!"

Mendengar teriakan si asisten, Jay menoleh sekilas dan tersenyum miring lalu melanjutkan langkahnya entah kemana tanpa mempedulikan lagi sang asisten. Tidak ada niatan sama sekali bagi Jay untuk datang ke acara makan malam bisnis keluarga besar nya dengan keluarga Ning. Dengan adanya makan malam itu ia sudah mengerti maksud dari ayahnya, ia akan di jodohkan dengan anak dari rekan bisnis sang ayah, yang tak lain adalah keluarga Ning tersebut.

Meski Jay menolak mentah-mentah di hadapan sang ayah dan ibu nya, namun seolah tidak peduli mereka tetap mengabaikannya dan mengadakan pertemuan dengan alibi makan malam bersama.

"Aku tidak mau mah-! Kenapa kalian tetap memaksa?"
Sang ibu terdiam dan menatap ayahnya yang sedari tadi hening seakan tuli terhadap bentakan Jay. Ayahnya tetap fokus pada korannya dan ibu nya menghela napas kecil lalu kembali membujuk sang anak, "Jay, kenapa menolak? Bukankah dulu kau sering memperhatikan Ningning? Mama tau kau menyukai nya.. Selain itu bukankah bisnis ayah mu akan terbantu dengan adanya pernikahan kalian?"

Jay menatap tidak percaya pada sang ibu, "Tidak kah  aku bebas untuk memilih? Bahkan mama dulu mendukung ku untuk memilih sendiri siapa yang aku cinta, dan sekarang aku memilikinya, kenapa tidak kau dukung mah?" Suara Jay sarat akan kekecewaan, membuat sang ibu tampak ragu dan sedikit merasa bersalah.

Sang ibu hendak kembali membujuk Jay secara halus namun seketika terhenti karena gerakan membanting koran sang ayah yang kemudian menatap nyalang pada Jay, "Siapa yang kau suka?! Apakah kami membesarkan mu hanya untuk menjadi gay?! Tidak berguna!"

Jay memijit pelan pelipisnya yang berdenyut, setelah kembali ke Seattle bukannya sambutan hangat yang ia terima alih-alih paksaan untuk menikah. Jay sangat paham mengenai keuntungan yang akan di peroleh perusahaan sang ayah jika dirinya menikah dengan Ningning, si anak konglomerat dari keluarga kaya raya di China.

Jay akui sempat dulu ia merasakan sedikit getaran di hati terhadap gadis china itu, melihatnya melakukan gerakan dance memukau dan tampil cantik di setiap acara tv membuatnya semakin terpana. Hanya saja.. Ia tidak lagi merasakan getaran kecil itu, dirinya menyadari bahwa itu bukanlah rasa cinta melainkan hanya rasa terpukau belaka.

Saat ini hatinya masih lah diisi oleh orang yang sama seperti satu tahun yang lalu, tidak tergeser sedikit pun dari relung hati nya. Ia sudah mengikat janji untuk tidak beralih ke lain hati dan menetap, akan tetapi belum lama dari bubarnya Enhypen dan kembalinya ia ke Seattle, tidak pernah sekalipun ia mendapat balasan pesan ataupun panggilan dari sang pengisi hatinya.

Ia tidak tau kabarnya sama sekali, seakan sang pujaan hati tenggelam begitu saja tanpa di ketahui. Mencari kabar dan keberadaannya melalui sosmed, ia mengetahui bahwa ayah dari sang kekasih di tangkap dan di hukum mati karena kasus pembunuhan.

Tidak percaya akan hal itu ia berencana untuk langsung terbang kembali ke korea untuk menemuinya, yang saat itu hanya untuk di pertemukan dengan sang asisten di bandara yang menyeret paksa dirinya untuk pulang atas perintah sang ayah.

Kedua orang tuanya tak terima akan hubungannya dengan JungWon, sang kekasih. Awal kedua orang tuanya tau bahwa ia berhubungan dengan JungWon berakibat punggung nya yang penuh dengan luka akibat sabetan sang ayah. Sang ayah bilang tidak mau lagi menerima nya di dalam keluarga apabila ia terus memaksa untuk kembali ke korea dan menemui JungWon.

Yang pada akhirnya membuat Jay harus menahan diri untuk tidak kembali selama satu tahun ini. Jay menghela napasnya lelah, meski sudah berusaha mencarinya dari sini tetapi tetap saja nihil hasil. Tidak ada yang membuat berita atau sekedar tau menau soal JungWon, membuatnya sangat frustasi. Ia sungguh rindu pada domba manis nya, pelukannya, serta tubuhnya.

Dengan wajah frustasi Jay membuka ponselnya dan mulai menelpon sang asisten, "Jadwalkan penerbangan untukku malam ini."

Di seberang sana suara sang asisten tampak gugup, "Bos, malam ini anda ada acar-"

"Jadwalkan saja." Tanpa menunggu ataupun mendengar balasan dari sang asisten Jay dengan kasar menutup sambungan telepon nya. Ia mengusap wajahnya kasar dan mendengus, ia tidak akan mau menikah-!

...

S.Rend | JayWonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang