Bab 4 - Hadiah terindah

66 30 149
                                    

Sebenarnya malam ini Ify sudah sangat mengantuk. Dia sangat lelah setelah mengikuti banyak kegiatan di pameran tadi siang.

Tapi Ify memilih untuk tetap terjaga. Dia ingin menunggu sampai jam menunjuk pukul 12 malam tepat. Dia ingin menyambut usianya yang ke-22 tahun.

Dorrr..

Farel, adik laki-laki Ify meledakkan sebuah balon tepat di belakang kepala Ify. Tentu saja itu membuat Ify terjekejut bukan main.

"Farel, jantung gue copot!" teriak Ify lalu menghantam adiknya dengan sebuah guling.

"Selamat ulang tahun ya nak," ucap Lidya dan Satya bersamaan.

Satya dan Lidya memberikan sebuah kue dengan 2 buah lilin berbentuk angka dua yang sedang menyala.

"Makasih ya mama papa," ucap Ify memeluk kedua orangtua nya.

Kemudian Ify mengipas lilinnya sampai lilin itu padam. Setelah itu dia memotong kuenya. Ify menyuapi Satya dan Lidya dengan sepotong kue.

"Buat gue mana?" tanya Farel.

"Potong sendiri lah," jawab Ify.

"Oke," ucap Farel lalu mengambil kue Ify dan membawanya pergi.

"Farel, sisain!" teriak Ify.

"Ogah!" saut Farel.

"Nggak bakal dia bisin kok, kamu tenang aja" ucap Lidya.

"Tapi kan Farel rakus ma," ucap Ify.

"Kalau abis, nanti dibuatkan lagi sama mama mu," ucap Satya.

"Ini kado buat kamu," ucap Lidya memberikan sebuah kotak yang dibungkus kertas kado berwarna biru muda.

"Dari papa mana?" tanya Ify.

"Sama lah itu. Yang beli mama kamu, tapi uangnya uang papa," jawab Satya.

"Ify harus selalu jadi anak baik ya, rajin belajar, rajin ibadah juga, jangan kebiasaan shalatnya bolong-bolong," ucap Lidya memberi pesan pada putrinya.

"Siap ibu negara," ucap Ify hormat pada Lidya.

"Ya udah tidur gih, udah larut ini," suruh Lidya.

Ify mengangguk lalu merebahkan tubuhnya. Lidya menyelimuti putrinya dan mengusap kepala Ify sebentar.

Setelah itu Lidya dan Satya meninggalkan kamar Ify dan kembali ke kamar mereka sendiri untuk beristirahat juga.

Dling..

Ponsel Ify berbunyi, tanda ada pesan masuk. Dia segera memeriksanya. Mungkin saja itu pesan dari Raline.

Tidur oii udah larut.

Ternyata dugaan Ify salah. Yang mengirim pesan padanya bukan Raline. Melainkan Mahveen yang baru saja mengomentari story whatsapp nya.

"Bacot bet kont*l," ucap Ify kesal.

Bagaimana tidak, jika ekpektasinya tidak sesuai dengan realitanya.

****

Keesokan paginya, Ify masih tenang rebahan di kasurnya. Tiba-tiba Farel datang dan memberikan sebuah koran pada Ify.

"Anjir, lo kira gue orangtua baca-baca koran?" tanya Ify geram dengan kelakuan adiknya.

"Ya emang udah tua," jawab Farel meletakkan koran yang dibawanya di atas kasur Ify.

Setelah itu Farel pergi meninggalkan Ify begitu saja.

Karena penasaran, akhirnya Ify membuka koran itu dan mulai membacanya.

C E G I LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang