5. NUFAIL AZIZI

17 2 0
                                    

"Pertemuan pertama memang kebetulan, pertemuan kedua masih boleh dibilang kebetulan, lantas jika ini bertemu lagi, apakah boleh se-kebetulan ini?"


Rumah Zihni

"Assalamualaikum..., Zihni. Ini Kiya."

"Iya, Kiya. Wa'alaikumussalam.. sebentar." jawab zihni dari dalam rumah.

Krekkk.. krekkk.. pintu dibuka

"Haiiiiii, ayo masuk-masuk. Duduk dulu, sebentar aku masuk dulu ambil barang terus kita berangkat ke rumah mas Fail okay." ucap Zihni.

"Okey besti."

Zihnipun kembali masuk ke dalam rumah. Hari ini aku dan Zihni akan pegri ke sebuah tempat dimana tempat itu sangat sejuk dan pas untuk nongki.

Tak lama kemudian, Zihni keluar sambil membawa beberapa barang dan rantang yang akan diantar ke rumah mas Fail.

"MashaAllah, akeheeeeee (banyaknya). Semua dibawa ke rumah mas Fail ini?" tanyaku sambil plonga plongo.

"Iya, untung ada kamu, jadi bisa bantuin bawa." jawab Zihni sambil nyengir tersenyum.

"Astaga Zihniiiiii. Okelah gapapa. Untung kamu sahabatku, coba bukan, males banget deh." jawabku.

"Yaudah yaudah, ayo berangkat, nih bantuin bawa." ucap Zihni sambil menyodorkan beberapa barang.

"Ibuuukkk. Pamit dulu ya ke rumah mas Fail. Zihni sama Kiya." teriak Zihni kepada Ibunya yang ada di dalam rumah.

"Iya, nduk. Hati-hati yooo. Ibuk sek repottt ini." jawab ibu Zihni samar-samar.

Keluarlah kami berdua dari dalam rumah. Kami bergegas menuju sepeda yang aku bawa. Di desa kendaraan yang sering dipakai adalah sepeda ontel dan motor. Tapi memang kebiasaan dari kecil kami suka mengendarai sepeda ontel. Entah kenapa seneng banget naek sepeda sambil menikmati keadaan alam sekitar.

"Nananananananana". Akupun bernyanyi seakan-akan keadaan alam sekitar sangat mendukung. Di sepanjang jalan menuju rumah mas Fail, aku dan Zihni banyak sekali topik obrolan. Ya biasa kami orangnya criwis sekali.

"Masih jauh yaa rumah mas Fail?" tanyaku pada Zihni karena aku sudah mulai capek.

"Engga kok, tu pertigaan depan belok kiri. Rumahnya kiri jalan ada pohon mangganya." jawab Zihni.

"Ouhhhhh oke. Siap boseee."

Sungguh banyak sekali bawaan Zihni, sepertinya di rumah mas Fail akan mengadakan acara, tapi entah acara apa aku belum begitu tahu.

"Itu bukan rumahnya?" Sambil menunjuk rumah bercat putih.

"Itu bukan rumahnya?" Sambil menunjuk rumah bercat putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ehiyaaaa. Bener banget." Jawabnya.

Aku bergegas mengayuh sepedaku dengan sekuat tenaga.

Tak lama berselang, sampailah aku di depan rumah mas Fail. Rumah yang asri, penuh hehijauan dan tentunya banyak tanaman buah dan sayur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang