🐰Hello, Baby Ona🐰 (17)

4.5K 366 64
                                    

Hari itu, adalah hari Sabtu. Hari yang membuat Kenan merasa senang dan sedih bersamaan.

Senang karena seseorang yang sangat Kenan sayangi sudah bebas dan bertambah kuat.

Sedih karena ternyata tujuan utama bebas dan kuatnya 'dia' adalah untuk melenyapkan Kenan beserta semua keturunannya.

Menuntut balas dendam atas apa yang tidak pernah Kenan lakukan adalah tujuan utamanya. Berbagai penjelasan serta bukti tidak membuat 'dia' percaya. Dia benar-benar buta akan kebenaran.

Sejujurnya,

Kenan rindu. Tapi ia tidak kuat, tidak kuat jika harus bertemu dengan 'dia' dan mendapat berbagai umpatan serta kata-kata menyakitkan dari 'dia' yang paling Kenan sayangi.

Kenan akhirnya hanya pasrah menerima takdir. Mungkin ini yang terbaik untuknya dan keluarganya.

Leory.

Kenan menunduk. Ia lalu menyuruh putra pertamanya, tanpa melihat sang putra.

"Anza! panggil semua adikmu!" Titah Kenan dingin.

Walaupun nadanya dingin, Anza dengan jelas menangkap nada bergetar disana. Nada ucapan ayahnya.

Meski tau, Anza hanya diam. Dia tau sang ayah sedang tidak baik-baik saja sekarang. Ia memilih mengangguk tegas lalu berlari keluar memanggil ketiga adik laki-laki nya atas titah sang ayah.

Ketika Anza benar-benar keluar. Kenan benar-benar menumpahkan tangisnya.

"Dulu kamu melindungiku dari kehancuran, kak. Tapi sekarang kamu sumber kehancuran itu. Bahkan sumber rasa sakit ini"

Kenan memukuli dadanya sesak. Rasa ini bahkan lancang masuk ke relung hati.

Entah bagaimana, kakak laki-lakinya, pahlawannya, super heronya, bisa menyimpan perasaan dendam sedalam ini pada dirinya.

Padahal hari itu. Bukan Kenan yang melakukannya.

Brak.

"Ada apa ayah?" Tanya Leon khawatir.

Leon lalu mendekat ke arah Kenan yang nampak sangat kacau. "Ayah kenapa nangis, hm?" Tanya nya lembut.

Kenan menatap putranya. Tangannya terangkat mengelus struktur wajah Leon.

"Kita berjuang sama-sama ya? musuh bakalan dateng kesini.." ujar Kenan sendu. Pandangan nya sayu, membuat hati Leon ikut sakit melihat itu.

Tatapan yang biasanya hangat dan terkadang 'tengil' kini digantikan tatapan kosong tak ada artinya.

Kenan benar-benar siap untuk mati.

"Ayah, gimana sama baby?" Tanya Leon parau. Ia mendongak menghalau air mata yang akan datang ke pipi mulusnya.

Kenan menutup matanya. "Kita gak bisa bawa baby Leon"

Tangis Leon pecah. "Baby harus ikut kita ayah hiks baby harus ikut kita ke surga.. Leon hiks g-gak bisa ninggalin baby, yah. Baby masih kecil hiks" Badannya ambruk ke lantai. Leon meraung-raung meminta keadilan pada Tuhan.

Jika nanti Leory tidak ada lagi. Maka harus SEMUANYA. Leory harus hilang bersamaan. Leory tidak boleh meninggalkan satu anak kecil tak berdosa di dunia yang kejam ini.

Leon rasanya begitu tidak rela dan tidak tega jika melihat Ona sendirian nanti.

Leona masih sangat kecil.

Raga Rega, mereka menunduk dalam. Menahan tangisnya yang mungkin sebentar lagi pecah.

Rasanya begitu menyesakan.

Hello, Baby OnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang