BAB II

9 2 0
                                    

Terkadang Orang-Orang Bernasib Malang Saling Berteman

Mengadu Tentang Siapa Yang Paling Menyedihkan

Dan Entah Kenapa Mereka Seolah Bangga Tentang Siapa Yang Terburuk


Merelyn mengetuk-ngetuk pintu rumah Dela sudah sekitar 20 menit yang lalu. Namun Dela tak kunjung muncul. Merelyn merasa khawatir karna sudah 3 hari sejak Merelyn menghubungi Dela, Dela tidak menjawab. Tidak sabar akhirnya Merelyn mencoba menarik gagang pintu. Untungnya pintu terbuka. Tergesa-gesa Merelyn menghambur masuk ke dalam rumah. Rumah itu sunyi. Lampu-lampu tidak ada yang hidup. Dia menyusuri setiap sudut rumah hingga sampai di depan kamar Dela. Pintu kamar Dela dibukanya perlahan. Merelyn ternganga melihat apa yang ada di depannya sekarang. Dela terbaring lemas di atas kasur dengan muka kusut dan mata yang sembab.

"Dela, lo kenapa? Lo sakit? Kok gak ngehubungin gue sih?".

Dela hanya menatap lemas,

"Mer, Seno ngilang, dia pergi".

"Pergi kemana? Keluar kota? Kerja lagi?". Merelyn mencerca Dela dengan berbagai pertanyaan. Masih belum memahami situasi yang terjadi.

"Terakhir kita berantem Mer, terus paginya kayak biasa aja. Kita udah sapa-sapaan lagi. Kita sarapan bareng. Tapi pas gue pulang kerja Seno udah gak ada, gak ada kabar. Nomornya sekarang gak aktif".

Merelyn termenung mendengar penuturan Dela, masih mencoba mencerna kata-kata Dela. Masih tidak percaya dia tidak bermimpi. Merelyn tidak pernah tahu sebelumnya bagaimana keadaan rumah tangga sahabatnya itu. Yang dia tau Dela dan Seno adalah pasangan sejoli yang "sweet". Tidak ada masalah yang berarti. Ditambah Dela yang memang sangat pandai menyembunyikan masalah-masalahnya.

"Kalian berantem kenapa?"

"Ahh.. banyak hal Mer..," kata-kata Dela terputus karena tangisannya.

"Oke-oke lo gak perlu cerita sekarang, lo udah makan?"

Dela menggeleng lemah. Merelyn mengajak Dela keluar, butuh usaha beberapa menit sampai akhirnya Dela mengalah diajak keluar oleh Merelyn. Yang Merelyn pikirkan saat itu hanya, sahabatnya butuh asupan makanan untuk sedikit mengisi tenaganya.

"Mer lo harus segera bisa bawa kendaraan deh, ini gue gak konsen nyetir," Merelyn hampir saja tergelak, di tengah kesedihannya tingkah jenaka Dela masih saja keluar. Dela bersungut-sungut karena pada akhirnya dia lah yang harus menyetir menuju kafe karena Merelyn tidak bisa mengendarai apapun.

"Sori-sori, sori ya cintaaa, maafkan gue yang ga bisa apa apa ini. Btw, jadi kenapa itu si Seno?."

Dela menarik napas panjang, tapi akhirnya masih tidak bisa bercerita dengan benar karena air mata nya terus mengalir. Dela tampak seperti zombie, tubuh tanpa nyawa.

"Udah lo ga usah cerita sekarang, kita makan dulu aja."

"iya kita isi bensin dulu ya Mer," ucap Dela lemah.

Sesampainya di pom bensin petugas mengisi mobil Dela, Dela melamun menatap lurus kedepan, tiba-tiba setelah beberapa menit Dela menginjak gas mobilnya dalam keadaan mobil masih mengisi tangki bensin. Mer seketika panik.

HINGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang