Bab III

7 0 0
                                    

Ketika Pertemuan Menjadi Obat Dan Candu

Ketika Keberadaan Seseorang Terasa Begitu Berharga

Aku Menyadari, Aku Segitu Rapuh Dan Tak InginSendirian



Sudah 2,5 bulan lebih Dela tak kunjung mendengar kabar dari Seno. Hari-hari penuh kehampaan masih dijalaninya. "Rumah" yang dulunya menjadi tempat beristirahat, kini selalu menyakitinya di setiap sudut. Semua kilas balik masa lalu selalu melintas di kepalanya. Seperti sore ini, Dela termenung lama dan pikiran untuk mengakhiri segalanya kembali menghampiri. Dela bisa saja tertawa di pagi dan siang hari, lalu kembali digerogoti sepi ketika sendiri.

"Gue harus pergi" pikirnya.

Sebisa mungkin dia meminimalisir waktunya berada didalam rumah. Tanpa pikir panjang diambilnya kunci mobil, bergegas Dela keluar melajukan mobilnya tanpa rencana. Merelyn, satu nama yang saat ini terpikirkan olehnya.

"Mer, gue depan rumah lo."

"Ya ampun Del, gue lagi lembur masih di kantor, kok lo gak ngabarin dulu," Sahut Merelyn di seberang telfon.

"Gue gabut aja tadi, yaudah gapapa,"

Dela memijit mijit jidatnya dengan kedua tangan. Kebingungan.

Gue harus kemana?

Dipegangnya erat stir mobil dengan kedua tangannya, lalu ditenggelamkannya wajahnya ke arah stir. Sial. Pikirnya. Dia benar-benar sedang butuh bicara dengan seseorang. Saat ini adalah yang tersulit untuk Dela. Kehidupan bahagia yang tak pernah terpikir akan direnggut tiba-tiba darinya. Hubungan yang belum berakhir untuknya. Dela tidak tahu di hari yang mana dia akan benar-benar gila.

Lalu Dela teringat, dia masih punya satu orang lagi. Desta. Segera dihubunginya.

"Ta, lo dimana,?"

"Di MC kenapa," MC adalah plesetan dari Morning Cafe tempat Desta tinggal.

"Lo udah makan," tanya Dela.

"Belom, kenapa? lo mau makan? Kesini aja," Balas Desta.

"Gue jemput lo sekarang, gue traktir makan. Tapi gak di MC,"

"Sekarang banget?," Tanya Desta lagi.

"Iya,"

"Ya udah gue ganti baju dulu,"

"OK, gue OTW,"

Sekarang Desta sudah berada di mobil Dela, Desta duduk di kursi penumpang di samping Dela.

"Kita makan dimana Ta?,"

"Ya ampun Del, bukannya lo yang ngajak? Hm ya udah ke Kios Kafe?,"

"Rame,"

"Oke, ke Savana Resto, gimana?,"

Desta memilih resto yang dirasanya cukup sepi. Untungnya Desta bukan tipe manusia yang cuma bilang "terserah", Desta selalu punya berbagai pilihan. Dela segera melajukan mobilnya kesana. Sepanjang perjalanan sebenarnya Desta cukup bingung. Kenapa ada istri orang yang tiba-tiba mengajaknya makan, berdua saja. Tapi Desta bukan tipe yang overthinking, toh menurutnya dia dan Dela gak ngapa ngapain juga.

"Ta, sori ya tiba-tiba ngajak keluar, lo gak lagi sibuk kan," Dela memulai obrolan setelah mereka berdua selesai memesan makanan.

"Gak kok, santai,"

"Sebenernya ada yang pengen gue ceritain Ta," Dela akhirnya memilih untuk menceritakan segalanya ke Desta, malam ini dia butuh teman untuk mencurahkan isi hatinya.

HINGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang