05

27 4 1
                                    

Sepasang mata dengan manik abu-abu menatap lurus ke arah tubuh kurus kering yang tengah terduduk bersandar pada sisi dipan. Tubuh jangkung itu bergeming melihat pemandangan mengerikan di hadapannya. Sorot mata dingin dan wajah tanpa ekspresi mengisyaratkan ketidaktertarikan sama sekali, ia tidak mau repot-repot mengecek apakah wanita itu sudah mati atau belum.

Cairan merah di sekeliling wanita itu sangat kontras dengan ruangan yang didominasi warna putih. Di bawah cahaya lampu gantung kristal, lantai marmer yang menjadi tempat wanita itu merebahkan diri tampak berkilauan. Gaun tidur merah yang menyatu dengan warna darah membalut tubuh pucat sang wanita. Sebuah senyum menyeringai terukir di wajahnya. Ia tampak begitu bahagia ketika ajalnya menjemput.

"Pada akhirnya, kau mati dengan penampilan terbaikmu," ujar Kyrell.

Tanpa menyentuh, Kyrell membalut tubuh kaku Tati ke dalam bongkahan es. Ia pergi setelah melakukan tugasnya dan menyerahkan sisanya pada prajurit dan pelayan.

"Buang semua yang ada di kamar ini, aku tidak mau jejak wanita itu masih ada di kamarku," ujar Kyrell dingin pada empat pelayan yang mengurus Tati.

Keempat pelayan wanita itu bergidik ngeri melihat pemandangan mengerikan di kamar itu. Banyak asumsi mengerikan menerobos masuk ke dalam pikiran mereka, namun yang mereka lakukan hanya menuruti titah sang putra mahkota. Tidak terdengar satupun suara yang keluar dari mulut mereka, hanya suara jantung yang terus berdetak tidak beraturan ketika tangan bergetar mereka membersihkan darah yang menggenang.

Putra mahkota kerajaan elf musim dingin itu kembali lagi ke ruang kerjanya. Ia memutuskan untuk tidur di sana sampai kamarnya benar-benar bersih. Ia lega wanita itu bernasib sama seperti eksperimen lain, mengingat niat terselubung yang tersemat di kepala sang wanita sebelum akhirnya meregang nyawa, membuat Kyrell muak dan jijik.

Kekuasaan bisa membutakan siapapun, dari kalangan bawah sampai kalangan bangsawan, semuanya sama. Menjilat, menyuap, bahkan jika dengan menjual tubuh adalah cara satu-satunya untuk mendapatkan kekuasaan akan mereka lakukan. Kyrell sudah melihat beberapa kasus semenjak ia masih remaja.

*~*~*~*

Dua pria misterius tengah berjalan melintasi jalanan yang tertutupi oleh hamparan salju, pada waktu tengah malam. Tebalnya salju semakin memperlambat gerak mereka, dengan langkah yang terseret-seret dan beban berat di belakang mereka. Sebuah lentera kecil menjadi sumber penerangan di kala itu.

Jalan setapak dan menanjak sudah tidak asing lagi bagi mereka. Ya, setiap bulan, entah dua atau tiga kali mereka akan melintasi jalan itu dengan sesuatu yang mereka bawa di dalam gerobak kayu. Bukit Nale menjadi tujuan mereka.

Srak... Srak... Srakkk...

Suara sekop bertemu dengan tanah yang lembab memecah keheningan di malam itu. Dengan dua buah sekop, dua pria misterius tadi menggali tanah lembab di bukit Nale. Sesekali, sekop mereka menimbulkan suara nyaring ketika tidak sengaja beradu dengan batu yang tertimbun di dalam tanah.

Siulan angin yang berhembus seirama dengan suara binatang-binatang malam, udara dingin yang menembus hingga ke tulang, dan cahaya remang-remang dari lentera kecil memberi kesan menyeramkan, berhasil membuat mereka bergegas untuk menyelesaikan pekerjaan di malam itu.

Sebuah tubuh kurus yang sudah kaku dan sedingin es, dilemparkan begitu saja ke dalam lubang yang telah disiapkan. Kemudian, dengan kedua sekop di tangan mereka, kedua pria misterius itu menutup kembali lubang yang telah susah payah mereka gali.

"Hhh, darimana datangnya mayat-mayat ini?" tanya salah satu pria.

"Dari warna rambutnya, sepertinya mereka adalah elf musim panas," ujar pria yang bertubuh lebih tinggi.

BLIZZARDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang