14

11 3 6
                                    

Mendekati festival walgunacht, kediaman Duchess Airine sudah lebih dulu ramai oleh para tamu undangan yang datang untuk beristirahat sejenak setelah menempuh perjalanan panjang, sebelum melanjutkan perjalanan ke istana kerajaan. Ada pula yang memilih tetap di mansion Rosallea sampai festival berlangsung.

Duchess Airine, sebagai kepala keluarga ikut andil dalam menyiapkan setiap jamuan. Wanita perfeksionis itu memberi arahan mulai dari menu, hiasan di ruangan, sampai warna taplak meja yang akan digunakan.

Seperti pagi ini, ruangan bercat putih itu telah disulap menjadi ruangan bernuansa merah. Mulai dari karpet, taplak meja, serbet, hingga bunga yang dipilih untuk menghiasi ruangan semuanya berwarna merah. Wangi bunga mawar semerbak memenuhi ruangan.

Para pelayan sudah sibuk dari pagi hari buta untuk menyiapkan jamuan pagi hari itu. Berbagai hidangan telah tersaji dan alat-alat makan sedang ditata di atas meja berbentuk oval. Dua belas kursi telah disusun mengelilingi meja.

"Selamat pagi, putri mahkota Athanasya," sapa Duchess Airine saat menyadari kedatangan Athanasya dan Esmeralda.

"Selamat pagi, Duchess. Ku harap kami tidak terlalu terlambat," ujar Athanasya melihat para pelayan sudah selesai dengan tugas mereka. Satu per satu meninggalkan ruangan untuk mengerjakan tugas yang lain.

"Oh, tidak masalah jika terlambat. Tapi, tenang saja kami hanya baru selesai menata meja," balas Duchess Airine.

"Selera anda memang tidak perlu diragukan, Duchess. Semuanya tampak indah dan... merah," ujar Athanasya berbasa-basi. Mendengar pujian yang dilayangkan padanya Duchess Airine tersipu malu sambil satu tangan mengibas-ngibas ke udara, sedangkan tangan yang lain berusaha menutupi senyum yang kian mengembang.

"Syukurlah anda menyukainya. Saya sudah memikirkannya jauh-jauh hari, juga mempelajari hidangan yang sedang tren di kerajaan elf musim panas. Warna merah sendiri identik dengan kerajaan elf musim panas......" terang Duchess Airine berapi-api menjelaskan filosofi dekorasi jamuan pagi yang bertema 'musim panas'.

Athanasya menyesal telah memberi pujian itu. Ia lupa bahwa Duchess Airine adalah wanita tua berjiwa muda yang memiliki semangat berapi-api dan agak banyak bicara.

Duchess Airine menuntun kedua tamunya menuju meja makan sambil tidak berhenti berbicara.

Athanasya mengakui Duchess Airine telah mempelajari banyak hal tentang makanan yang sedang tren di Kerajaan elf musim panas. Ia sendiri tidak terlalu familiar dengan beberapa makanan yang tersaji. Aturan di kerajaannya terlalu ketat, terlebih makanan untuk anggota kerajaan.

"Bibi, mereka lapar bukan ingin mendengar celotehan bibi."

"Hhh... Augustin," desah Duchess Airine. Mereka bertiga melempar pandangan pada pangeran kedua kerajaan elf musim semi, Augustin.

Augustin bersender pada kusen pintu, kedua tangannya dilipat di dada sambil melempar senyum jail pada bibinya. Ia menghampiri ketiga wanita yang tengah duduk di kursi makan untuk bergabung jamuan pagi.

"Putri Mahkota Athanasya, lama tidak berjumpa," sapa Augustin.

"Sepertinya kecantikan tidak pernah meninggalkan anda."

"Pangeran Augustin, seperti biasa anda selalu bermulut manis," ujar Athanasya tersipu. Ia merasa pipinya sekarang memanas dan berharap tidak berubah menjadi merah.

Esmeralda gelisah ketika Augustin menarik kursi di sebrang Athanasya. Jika bukan karena paksaan Athanasya, ia lebih memilih sarapan bersama pelayan lain.

"Tidak perlu sungkan. Saya yang membuat aturan disini. Bagiku semua tamu adalah sama. Saya akan menjamu mereka semua, siapapun mereka," ujar Duchess Airine lembut menyadari gestur tidak nyaman Esmeralda.

BLIZZARDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang