kesempatan?

16 4 0
                                    

"gimana keadaan lo?" Tanya Seungmin pada Jisung yang kini duduk si sampingnya. Beberapa hari telah berlalu dari hari dimana Jisung mengetahui kebenaran tentang Minho. Pernikahan mereka langsung di batalkan saat kedua orang tua Jisung mengetahui latar belakang Minho yang sebenarnya, orang tua mana yang akan rela melihat anaknya di sakiti. Bahkan semua fasilitas yang diberikan kepada Minho dicabut oleh ayah Jisung.

"Baik" jawab Jisung santai. "Ngapain lo kerumah gue?" Tanyanya pada Seungmin, ia sedikit terkejut mengetahui bahwa Seungmin datang ke rumahnya.

"Mau tau keadaan lo" jawab Seungmin seadanya. Jisung hanya terkekeh menanggapi apa yang Seungmin ucapkan. "Gue bawa ini buat lo" ucap Seungmin dan menyodorkan barang yang ia bawa. Jisung meraih bingkisan itu "apa nih?" Tanyanya. "Es krim?" Tanyanya lagi saat melihat isi bingkisan yang ia terima. Seungmin mengangguk pelan "kata orang makan es krim bisa bikin mood membaik. Gue tau lo masih sedih kan. Jadi biar lo gak sedih lagi gue bawain eskrim" jawabnya.

Pemuda berpipi tembam itu terdiam mendengar apa yang Seungmin katakan. "Lo gak suka es krim?" Tanya Seungmin sedikit bingung dengan reaksi Jisung yang hanya terdiam. "Eh ngga. Bukan gitu. Gue jarang makan es krim sih. Tapi makasih ya"

Seungmin mengangguk mengerti, ia menatap Jisung yang masih diam di sampingnya. Tangannya bergerak meraih es krim yang berada di depan Jisung membuat pemuda manis itu sedikit terkejut dan menatapnya. "Lo makan ya, gue suapin" ucap Seungmin lalu membuka tutup cup eskrim yang ia pegang. Jisung sedikit bingung dengan sikap pemuda di depannya ini, namun ia hanya diam memperhatikan apa yang Seungmin lakukan. Sesendok eskrim Seungmin sodorkan pada Jisung "buka mulut lo"

"Tapi gue-"

Pada akhirnya Jisung menerima suapan dari Seungmin. Ia menatap lamat wajah pemuda tampan itu, sedikit merasa bahwa ternyata sikap Seungmin yang dulu sangat berbeda jauh dengan yang kini duduk di depannya itu.

"Makasih" cicit pemuda berpipi chubby itu. Seungmin mengelus pucuk kepala pemuda imut itu "jangan sedih lagi hm. Gue tau pasti susah, pasti lo belum baik-baik aja sekarang. Tapi gue harap lo gak berlarut-larut dalam kesedihan lo" pesan pemuda itu dengan lembut. Jisung terdiam menerima perlakuan Seungmin yang secara tiba-tiba itu, ia tak bisa mengatakan apapun sekarang.

Setelah itu Seungmin kembali menyodorkan sesendok es krim pada Jisung dan di terima dengan baik. Mereka banyak mengobrol kan hal, Seungmin berusaha mengalihkan perhatian Jisung dari masalahnya agar pemuda itu tak terlalu memikirkan Minho lagi.

.

"Udah ketemu Jisungnya?" Tanya Hyunjin pada Seungmin.

"Hm"

"Gimana dia. Udah baikan?"

"Ya gitu. Masih galau dia"

"Ya iyalah. Namanya gagal nikah."

"Iya. Tapi gue lagi berusaha mendekatkan diri sama dia. Cuma ya rada sulit. Dia masih belom ngebuka hatinya"

"Lo harus sabar sih kalo kata gue. Ini juga bisa jadi kesempatan buat lo. Deketin aja terus, lama-lama juga bakal luluh"

Seungmin hanya diam mendengar perkataan sepupunya itu. "Oya min. Tadi gue udah nelpon pengacara buat nuntut hal yang terjadi sama lo malam itu. Siapa tau kita bisa nemuin pelaku yang mau nyelakain elo" ucap Hyunjin membuat Seungmin menatapnya. "Oh iya juga, gue baru kepikiran soal itu" sahutnya.

Setelahnya mereka mengobrol kan beberapa hal tentang rencana mereka kedepannya dan tentang pekerjaan masing-masing, saling bertukar pikiran dan memberikan pendapat satu sama lain. Sebagai sepupu yang bisa dibilang sangat akrab mereka bisa saling melengkapi satu sama lain. Di tengah obrolan mereka dering ponsel Seungmin berbunyi membuat kegiatan mereka terhenti.

Felix is calling.....

Keduanya melirik ponsel Seungmin yang tak jauh dari mereka. "Felix nelpon lo jam segini?" Tanya Hyunjin. Seungmin hanya diam dan meraih ponselnya "kalian sering telponan?" Tanya pemuda tampan itu lagi membuat Seungmin menatapnya. "Nggak, ini tumben dia nelpon malem kek gini" jawab Seungmin karena tak ingin Hyunjin berpikir aneh-aneh. Hyunjin hanya diam dan menatap Seungmin "gue mau denger" bisiknyam. Seungmin hanya menghela nafas dan menuruti kemauan Hyunjin, ia menyalakan speaker di ponselnya.

"Halo lix, kenapa?"

"Seung" lirih Felix yang sepertinya sedang menangis karena terdengar dari suaranya.

"Lo kenapa? Lo nangis?"

"Kamu sama Jisung udah jadian? Kalian udah resmi?"

"Ke-kenapa lo nanya gitu?"

"Jawab" terdengar isakan tangis dari seberang telepon. Seungmin yang sedikit bingung menjawab dengan jujur.

"Nggak. Lo kenapa?"

"Aku ngeliat kalian jalan bareng tadi. Kamu jahat banget sama aku. Padahal aku udah sayang banget sama kamu. Kenapa sih kamu gak ngasih aku kesempatan sekali aja, kenapa kamu gak berusaha sayang sama aku" pemuda manis itu mengatakan semuanya sembari terisak. Sebenarnya Seungmin tak tega selalu mengacuhkan Felix, namun di satu sisi ia pun memikirkan perasaan sepupunya yang kini di depannya itu. Tak lama dari itu Felix mematikan telpon itu sepihak.

Hyunjin sedih mendengar pujaan hatinya itu menangis seperti itu. Hatinya ikut teriris. Sebenarnya ia pernah mencoba mengatakan semuanya dan jujur tentang perasaannya kepada Felix. Namun pemuda manis itu menolaknya dengan baik dan mengatakan hanya menyukai Seungmin. Hyunjin hampir menyerah namun Seungmin terus saja memberinya semangat dan mengatakan tak akan memberikan Felix harapan.

"Jin, lo gak mau nyoba nenangin Felix?" Tanya Seungmin pada Hyunjin yang terdiam. "Gue gak bisa min"

"Kenapa? Ini kesempatan buat lo"

"Dia udah pernah nolak gue. Dan nyuruh gue ngejauh dari dia. Gue sadar kalo dia emang gak bakal suka sama gue. Dan sekarang gue makin sadar kalo ternyata dia sesayang itu sama lo"

"Kenapa lo tiba-tiba bilang gini sih?"

"Min, kali ini gue minta lo bisa tenangin dia? Demi gue"

"Tapi jin-"

"Please"

Karena permintaan Hyunjin itu dengan terpaksa Seungmin mendatangi kediaman Felix.
"Permisi om, saya Seungmin temannya Felix"

"Seungmin?"

Seungmin mengangguk dan tersenyum. "Felix lagi di kamarnya. Kamu masuk aja" ucap tuan Lee pada Seungmin. Pemuda itu sedikit heran dengan respon orang tua Felix. Namun ia menuruti apa yang tuan Lee katakan. Setelah ditunjukkan kamarnya Seungmin berterima kasih, dengan perlahan ia mengangkat tangannya dan mengetuk pintu besar didepannya itu.

"Felix udah bilang Felix gak mau makan!" Teriak Felix dari dalam kamar. Tak menghiraukannya Seungmin kembali mengetuk pintu. Tak lama pintu terbuka, Seungmin terdiam melihat Felix yang sepertinya masih menangis. Sementara Felix sangat terkejut melihat siapa yang kini berdiri didepannya.
"Seung, kamu ngapain disini?" Tanya Felix dan menghapus air matanya yang masih mengalir.

"Gue-"

Felix menarik tangan pemuda itu dan mengajak nya ke kamarnya. "Ngobrolnya disini dalem aja ya"

Sebuah Sesal | SeungSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang