Bagian 15 Lets Break Up

28 3 1
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Setelah 3 hari bolos kuliah, akhirnya Ara kembali pada aktivitas kampusnya. Tentu dengan wajah yang sudah lebih fresh dan senyum yang mengembang. Menyapa setiap orang lewat yang memberikan senyum kepadanya.

Setelah malam dimana Ara mengirimkan pesan kepada Novan. Ara sudah tidak peduli lagi terhadap pria itu. lebih tepatnya, Ara sudah tidak ingin mengganggu waktu pria itu. biarlah Ara terbiasa dengan ketidakhadiran pria itu di dalam hidupnya. Toh sepertinya, itu yang diinginkan oleh pria itu.

Pagi ini, wajah Ara benar-benar segar sekali. Matanya penuh binar. Seolah ia teramat rindu dengan kampusnya yang sudah tak ditemuinya selama 3 hari ke belakang

“Udah sehat?”

Itu Jo yang muncul tiba-tiba dari arah belakang. Membuat Ara secara spontan tersentak kaget, namun dengan segara Ara mengubah raut wajahnya kembali seperti sediakala.

“Tugas-tugas dari Dosen udah gue kirim via Email lo. Silahkan lo cek,” Jo memperingati gadis itu tentang tugas-tugas yang ia lewatkan dalam waktu 3 hari ketika Ara tidak masuk kampus.

Thanks, Jo!” seru gadis itu. bersyukur ada Jo yang senantiasa membantunya merekap tugas-tugas dari Dosen sehingga ia bisa menyelesaikan tanggung jawabnya itu.

Sedangkan Dhira? Sepertinya memang jarak sudah semakin terbentang luas di antara mereka. Dan Ara juga tahu betul, ada dimana Novan ketika menghilang beberapa hari darinya. Mengingat Hal itu membuat Ara jijik dan merasa muak.

Sebenarnya, demam yang Ara derita hanya satu hari saja. Dua harinya Ara pakai untuk membantu Mama mengurus butik mereka dan membantu Mama membuat adonan kue yang setiap hari jumat dibuat untuk dibagi-bagikan kepada jamaah shalat jum'at di masjid komplek mereka.

Ara kira, menghilangnya ia dari kehidupan Novan akan membuat Novan dengan sukarela mencarinya. Tapi bernasib sial, tak pernah sekalipun pria itu mencarinya atau sekedar mengirimkan pesan singkat kepadanya. Jika sudah bersama Dhira, Ara bak orang asing dalam hidup pria itu.

“Kalau butuh bantuan gue, chat aja, Ra,” pesan Jo untuk yang kesekian kalinya.

Terkadang, Ara sedikit bingung kenapa sosok Jo dimata Novan begitu buruk dan keji. Padahal, yang Ara tahu, komting jurusannya ini begitu baik dan telaten dalam mengemban tanggung jawab yang diamanahkan untuknya.

“Ra,” kembali Ara menolehkan kepalanya ke belakang ketika mendengar ada suara yang memanggil namanya.

Tirta berdiri tak jauh darinya. Dengan bag pack berwarna hitam yang bertangger dipundak kanannya. Ara menampilkan senyum ramahnya menyambut Tirta bergabung dengannya dan juga Jo.

Tirta juga menyapa Jo dengan menggunakan kode alis yang dia angkat sebelah. Sebagai lelaki, Jo cukup paham dengan isyarat menyapa itu. bahkan Jo juga membalas sapaan itu dengan alis yang juga terangkat.

“Gue duluan deh,” pamitnya pada Tirta dan juga Ara. Mereka berdua menatap kepergian Jo. Setelah Jo sudah lumayan jauh, barulah suasana canggung mulai mengisi waktu mereka. Aneh, padahal Ara tidak pernah merasa secanggung ini dengan Tirta. Mungkin karena dirinya yang sudah tidak masuk selama 3 hari membuat Ara harus kembali membangun suasana baik di antara keduanya.

LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang