003. Asing

144 13 1
                                    

Sedikit note dari saya.
Di chapter satu dan dua, saya memberi tahu secara langsung dan tidak langsung bahwa latar cerita ini berada di Tokyo, Jepang.

Namun setelah melalui sedikit pertimbangan, saya memutuskan untuk mengubah latarnya menjadi Jakarta, Indonesia, agar menyesuaikan dengan gaya bahasa yang para karakter gunakan.

Terima kasih atas perhatiannya, silahkan dicek kembali agar tidak terjadi salah kaprah kedepannya. Selamat membaca!




Ini adalah hari ketiga setelah Isagi pindah ke apartemen barunya bersama Kaiser. Dia cukup dipermudah oleh lokasi bangunannya. Ditambah, tetangga baru Isagi semuanya ramah.

Di hari pertama, Isagi bahkan pernah mendapat bingkisan kue sebagai sambutan penghuni baru di komplek apartemen yang ia tempati.

Isagi sangat berterima kasih atas itu. Kuenya enak, terlebih itu merupakan rasa favorit Isagi. Dia agak sedih saat mengingat harus menyisakan sebagian untuk Kaiser sementara ia ingin memakan seluruhnya.

Pada akhirnya, Isagi lah yang memakan potongan kue milik Kaiser.

Isagi tak perlu tahu kalau sang empunya kue ternyata memberi potongan miliknya sebab ia kepalang gemas oleh wajah sedih yang lebih muda. He looks like a puppy pouting his mouth like that.

Tapi, kita takkan bicara tentang Isagi dan masalah apartemennya kali ini.

Pagi hari yang cerah biasanya menjadi waktu favorit Isagi menikmati udara di taman universitas.

Namun, lain halnya untuk hari ini. Isagi tengah dikerumuni empat orang temannya-yang menanyakan asal usul cincin berhias batu permata Isagi.

"Udah dibilang, gue dapet karena dibeliin ibu." Bohong. Ibunya tak pernah membelikannya perhiasan semenjak Isagi menolak mentah-mentah untuk mengenakan kalung dan gelang. Terlalu feminim, katanya.

Temannya ragu ingin percaya atau tidak dengan ucapan Isagi. Hal inilah yang menjadikan Isagi tadinya malas untuk memakai cincinnya ke kampus. Empat teman bangsatnya ini terlalu berisik jika mereka menemukan sesuatu yang janggal pada dirinya.

Padahal, dirinya juga sering heboh mendapati Bachira-teman sepergoblokannya-mengenakan pakaian baru dan apik.

Sohibnya itu sudah biasa mengenakan pakaian gembel bahkan ketika datang bermain ke rumah Isagi. Tentu melihatnya berpakaian rapih membuat Isagi berpikir: Oh, ternyata bisa pake baju yang bener juga.

"Ya habisnya, lo, 'kan, gak pernah pake perhiasan tetek bengek begini. Mana yang ini keluaran produk Noéra Jewelry yang terbaru, 'kan?" Reo menatap model cincin terbaru di jari Isagi itu dengan binar di matanya.

Isagi, yang tidak paham sama sekali dengan selera orang kaya, hanya mengerutkan dahi bingung. Gatau, yang rekomendasiin tokonya kan nenek. Gue sama Kaiser tinggal milih aja.

"Iya, kah?" dia bergumam seadanya, "gatau gue, bukan gue yang beli soalnya." Kali ini, ucapannya berhasil membuat temannya percaya. Tipikal Isagi sekali jika tidak peduli dengan barang branded. Isagi Yoichi yang mereka kenal memang lebih mementingkan fungsi daripada harga maupun estetika barang yang ia pakai.

"Cincinnya bagus, cocok sama Isa." Nagi mengatakan itu dengan nada datar, membuat Isagi tidak yakin apakah ia mengatakan itu dengan tulus atau hanya formalitas untuk mencerminkan pertemanan yang sehat saja.

Tidak mempunyai waktu untuk berpikir, Isagi menjawab dengan senyum, "Makasih, Nagi."

Sederhana, tapi buat Nagi salah tingkah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(BL) Rahasia di Antara Kita || KaiSagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang