2

31 11 42
                                    

Pagi hari ini Khael masih bersantai dengan tenang di balkon padahal sedari tadi kedua temanya sudah memanggil untuk sarapan bersama, ia masih ingin merasakan suasana tenang dan sejuk angin yang berhembus, menutup mata sejenak namun kembali membukanya saat mendengar langkah kaki mendekat

"Loe gak akan sarapan?"

Khael berbalik menoleh kearah seorang pemuda manis yang menatapnya teduh

"Bentar lagi kak"

Sejenak Khael tertegun ketika melihat ekspresi tenang orang di hadapanya "Kak, boleh gue minta sesuatu"

"loe mau minta apa, bakal cepet gue ambil buat loe" Si pemuda terlihat akan segera pergi untuk segera mengambil sesuatu yang menjadi permintaan Khael namun Khael terlihat diam menghela nafas berat

"Tolong berenti nyoba bunuh diri"ucap Khael dengan yakin menatap orang di depannya ini

"Loe tau?" rasa bingung serta sesak seketika bergemuruh dalam dada

"Ya, sebenernya adik loe itu belum sepenuhnya dikendaliin sama iblis, di waktu sadarnya dia selalu ngobrol sama gue, dia udah mulai cape sama semua ini"

Hilmi menangis mendengar penuturan Khael, selama ini ia mengira adiknya adalah orang jahat yang mampu mengahbisi orang lain tanpa belas kasihan hanya karna ingin mempertahankan harta waris dari ortu mereka tapi ternyata adiknya pun sudah lelah

Khal mengusap bahu Hilmi guna menenangkan si pemuda yang beberapa taun lebih tua darinya "tenang kak, sebentar lagi bakal ada sesuatu terjadi"

"Maksud loe?"

Khael tersenyum "gue belum bisa bilang sekarang, gue harap loe bisa sabar sedikit lagi"

~~~

Di sebuah kafe yang nampak sepi, seorang pemuda tampan nan manis dengan cerianya membawa nampan berisi roti dan minuman

"Vin, muka loe bisa di setel ulang gak sih agak risih juga tiap hari gue liat" ucap si pemuda diakhiri tawa namun yang disindir malah diam menatap ponsel

"Kalo risih balik aja, gak usah jadi partner gue" Gavin tanpa mengalihkan padanganya dari ponsel melihat laporan kasus yang baru ia tangani

"Bercanda elah Vin" Lino menepuk pelan bahu Gavin yang duduk tepat di sebelah tempatnya "Makan dulu ni roti, ntar keburu dingin"

Gavin melirik singkat sebagai balasan, Lino yang memang sudah paham kelakuan si partner hanya memperhatikan saja lalu memakan roti serta minuman miliknya

"Kenapa loe masih betah kerja bareng gue?"

Pertanyaan Gavin yang tiba2 membuat Lino tersedak, apa lagi menurut Lino itu adalah pertanyaan yang ia tunggu

"Gue keselek njir, bantuin kek" ucap Lino di sela sela minum nya

"Penting gue bantu loe?" Gavin menatap Lino datar sekilas sebelum membuka laptop

"Sabar banget gue ya tuhan, tapi emang pertanyaan loe tadi penting banget sih" ucap Lino

Gavin langsung melirik si partner "penting?"

"Ya, loe gak tau kan kalo gue bisa baca pikiran seseorang" Lino menatap puas ke arah Gavin yang terkejut

"Oh cuma itu" Gavin memalingkan wajah untuk menutup ekspresinya

"Gue bisa baca pikiran siapapun kecuali loe, gue yakin loe sadar sama hal itu jadiii tujuan gue tetep bertahan patneran sama loe karna ini sih, gue kepo kenapa gue gak bisa baca pikiran loe" ucap Lino

Gavin tak menjawab lagi hanya brusaha fokus pada pekerjaannya, dan nasib baik ada yang datang menghampiri mereka

"Halo guyssss" sapa Yuri penuh senyuman

KelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang