Bab.01

1.2K 109 12
                                    

"Ibu kenapa nggak pernah temani Yoongi tidur lagi?" Tanya itu terlontar dari Yoongi yang saat itu berumur tujuh tahun. Sejak kelahiran kedua adik kembarnya, ibu tidak pernah lagi menemaninya tidur seperti apa yang selalu beliau lakukan setiap hari.

"Kan sudah ada Adek, Kak. Kakak sudah besar, sudah bisa apa-apa sendiri. Adek-adek kakak masih bayiii, mereka cuma bisa nangis kalau haus atau sakit. Jadi ibu harus selalu jagain mereka terus. Dulu waktu kakak kecil juga begitu."

Lalu, dengan sedikit penjelasan dari sang ibu, Yoongi sudah mengerti dan tidak pernah mengajukan pertanyaan atau protesan yang sama lagi. Ibu benar, daripada Yoongi, adik-adiknya lebih membutuhkan ibu. Jika Yoongi sudah bisa ke kamar mandi sendiri saat malam-malam terbangun karena ingin pipis, maka kedua adiknya hanya bisa menangis. Jika lapar, mereka menangis. Ingin pup, mereka juga menangis. Seperti kata ibu, si kembar hanya bisa mengutarakan apa yang mereka rasakan dengan tangisan. Itu sebabnya, sebagai anak dan kakak yang baik, Yoongi memilih untuk mengalah. Merelakan setiap malamnya dengan terlelap sendirian dan membiarkan ibu tetap berada di samping kedua adiknya.

Berbicara tentang kedua adiknya, mereka memang memiliki selisih umur yang cukup jauh dari Yoongi. Tujuh tahun, ibu dan ayah baru memberikan Yoongi adik saat umurnya menginjak angka tujuh. Tak hanya satu, mereka memberikan Yoongi dua adik sekaligus. Jimin dan Taehyung, si kembar non identik yang seringkali Yoongi sebut dua setan kecil lantaran kelakuan mereka yang ajaib.

"Bu, Adek makan ice cream Yoongi!"

Semakin besar, Yoongi semakin dibuat kesal dengan kenakalan kedua adiknya. Entah Jimin yang suka sekali mengambil mainannya tanpa ijin, atau Taehyung, yang selalu berhasil membuat Yoongi kesal lantaran seringkali merecokinya saat sedang belajar atau bermain. Namun, di antara semua itu, yang paling menyebalkan adalah ibu yang selalu membela mereka dengan dalih jika mereka masih kecil. Seperti sekarang. Kemarin, ayah pulang dari luar kota. Ayah membawa beberapa oleh-oleh juga tiga kotak ice cream untuk mereka masing-masing. Yoongi yang saat itu memang belum ingin memakannya, memilih untuk menyimpan ice creamnya di kulkas. Kebetulan, besok ada kelas olahraga. Di cuaca yang saat ini memang lumayan panas, pasti enak sekali menikmati ice cream setelah ia kelelahan di sekolah.

Akan tetapi, rencana Yoongi gagal total ketika ia pulang dan tidak mendapati ice cream yang ia simpan di kulkas kemarin. Emosinya seolah naik ke ubun-ubun, saat melihat ice creamnya justru sudah berpindah tangan pada Taehyung. Dengan wajah tanpa dosa, adiknya memakan ice cream Yoongi tanpa meminta ijinnya sama sekali.

"Sudahlah, Kak. Jangan marah. Nanti ibu belikan kakak ice cream lagi, ya?"

Namun seperti biasa, alih-alih memarahi atau menasehati adiknya, lagi-lagi ibu justru menyuruhnya untuk mengerti. Padahal jika itu Yoongi, ibu pasti sudah memarahinya.

***
Kendati seringkali membuatnya kesal. Terkadang membuat Yoongi iri atau dimarahi oleh ibu ataupun ayah, hal tersebut tetap tak mengubah fakta jika Yoongi menyayangi kedua adiknya.

Enam tahun sudah berlalu sejak kali pertama Jimin dan Taehyung lahir ke dunia. Tak banyak yang berubah, selain tubuh mereka yang semakin bongsor dan membuat Yoongi kelelahan ketika tiba-tiba mereka mengajaknya bermain kuda-kudaan atau meminta untuk di gendong.

"Satu putaran lagi, kak Yoongi!"

Ah, jangan lupakan. Sifat keras kepala mereka-terutama adik bungsunya-juga semakin menjadi-jadi seiring dengan bertambahnya usianya.

Sore ini, Yoongi mengajak kedua adiknya ke lapangan. Sekadar untuk jalan-jalan sekaligus mengalihkan perhatian mereka dari suasana rumahnya yang akhir-akhir ini terasa kurang mengenakkan. Ayah dan ibu seringkali berdebat, tak jarang, Yoongi juga mendengar ayah berteriak. Entah apa masalahnya, Yoongi juga sama sekali belum memahaminya. Apapun itu, Yoongi hanya tidak ingin membuat adik-adiknya merasa takut atau terganggu. Itu sebabnya, Yoongi langsung mengajak adik-adiknya keluar begitu mendapati ayah pulang dengan raut wajah tak ramah.

Si SulungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang