Bab.07

551 81 37
                                    

Yoongi pikir, patah hati terbesarnya adalah ketika ayah pergi, meninggalkan ibu tanpa sedikitpun menoleh ke belakang untuk sekadar melihat ia dan kedua adiknya lagi. Yoongi pikir, hatinya sudah mati. Saat ayah berhenti mengabari, hilang begitu saja bak ditelan bumi, sementara di sini; Yoongi harus melihat ibu banting tulang setiap hari untuk menghidupi ketiga anaknya seorang diri. Yoongi sungguh-sungguh sempat berpikir, bahwa hatinya sudah menjadi kepingan tak berbentuk ketika melihat bagaimana rumahnya hancur di depan matanya sendiri. Bahwa masalah sebesar apapun tidak akan berdampak padanya lagi, sebab merasa percerain ayah dan ibu adalah titik tersulit dalam hidupnya yang sudah berhasil ia lewati.

Tidak, sampai Yoongi harus mendapati tubuh ibu yang terbujur kaku dalam peti mati. Hati yang Yoongi kira sudah kebal itu, nyatanya masih mampu merasakan sakit. Berkali-kali lipat lebih sakit daripada saat ia mendengar pertikaian ayah dan ibu setiap hari. Berkali-kali lipat lebih sakit dari banyaknya malam yang Yoongi lewatkan dengan menangis setelah mendengar kata cerai terucap dari bibir ayah untuk yang pertama kali. Dari semua rasa sakit yang pernah Yoongi alami, kepergian ibu adalah hal yang sudah tidak bisa Yoongi tolelir lagi. Rasa sakitnya terlalu dalam, hingga Yoongi kesulitan mencari kata untuk menjabarkan; seberapa hancur hatinya saat harus menerima kenyataan bahwa ibunya sudah kembali pada Sang Ilahi.

“Yang tabah, ya, Yoon.”

Dalam satu hari ini, Yoongi tidak yakin sudah berapakali ia mendengar kata yang sama keluar dari orang yang berbeda. Kadang-kadang mereka meminta Yoongi sabar. Kadang-kadang mereka memintanya mengikhlaskan. Namun demikian, mereka tidak pernah mengatakan; bagaimana cara agar Yoongi bisa iklhas di saat ibu pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan.

Pemakaman ibu telah selesai. Sebagian orang sudah pulang, sebagiannya lagi tengah berbincang dengan kedua adiknya di luar. Tersisa Namjoon dan kedua orangtuanya, yang juga ikut berduka setelah mendengar kabar meninggalnya sang ibu kemarin malam.

“Gimana kronologisnya, sih, Yoon? Bibi kaget banget waktu tau Ibu kamu ikut jadi korban kebakaran toko itu.”

Yoongi tahu ibu Namjoon mungkin tidak bermaksud membuatnya merasa lebih buruk. Akan tetapi, apa yang baru saja beliau katakan seolah menarik kembali ingatan Yoongi perihal kejadian tadi malam. Malam, di mana ibunya merenggang nyawa tanpa Yoongi bisa melakukan apa-apa.

Yoongi baru tiba di sana ketika semuanya sudah nyaris menjadi abu. Tersisa pilar-pilar bangunan serta dinding-dinding kokoh yang Yoongi yakini atapnya akan segera roboh. Akal sehat Yoongi sudah benar-benar berhenti bekerja ketika melihat kobaran api menyala-nyala, melahap bangunan di mana ibunya berada dengan ganas meski petugas pemadam tengah berusaha mematikannya.

Barangkali, Yoongi akan nekat masuk ke dalam jika salah satu petugas pemadam tidak lebih dulu mengatakan jika seluruh korban sudah berhasil dievakuasi. Membuat Yoongi sesaat bisa tenang, kendati harapannya harus kembali dihancurkan kala sampai di rumah sakit kemudian mendapati ibunya sudah terbujur kaku di ruang jenazah bersama korban-korban yang lainnya.

Ibu pergi. Meninggalkan Yoongi dengan sejuta penyesalan, lantaran beliau bahkan tidak membiarkan Yoongi meminta maaf dengan benar atas ketegangan yang terjadi di antara mereka dalam beberapa hari.

“Waktunya nggak tepat, Ma.”

Saat Yoongi tengah kebingungan bagaimana caranya ia menjawab pertanyaan dari ibu sang teman, Yoongi bersyukur Namjoon datang dan segera menginstrupsi pembicaraan. Sebab rasanya Yoongi sudah tidak mempunyai tenaga untuk menceritakan apa yang terjadi pada ibunya.

“Astaga, maaf ya, bibi nggak bermaksud apa-apa,” sesal ibu Kim.

“Nggak papa, Bi,” jawab Yoongi.

“Kalau begitu Paman sama Bibi pamit dulu, ya, Yoon. Kamu yang kuat, masih ada adik-adik kamu yang pastinya butuh semangat dari kamu,” cetus ayah Namjoon sembari menepuk pelan bahu Yoongi. Memeluk sebentar teman dari anaknya, sebelum berlalu pergi bersama sang istri.

Si SulungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang