semuanya bermula dari sebuah laboratorium rahasia yang tengah melakukan penelitian tentang virus misterius. para ilmuwan berupaya mengendalikan virus itu, namun suatu kecelakaan tak terduga terjadi. salah satu ilmuwan bertingkah ceroboh dan melukai dirinya pada saat penelitian, lalu tanpa sengaja melakukan kontak langsung dengan virus itu. akhirnya ilmuwan tersebut berubah menjadi agresif tanpa akal pikiran yang menularkan virus mematikan itu melewati gigitan kepada rekan-rekannya. petugas keamanan berusaha meredamnya, tapi keterlambatan dan kesalahan dalam penanganan mempercepat penyebaran virus maut itu.
dalam waktu singkat, virus tersebut menyebar dengan ke seluruh penjuru dunia, menjadi pandemi global yang tak terbendung. kini, dunia berubah menjadi medan pertempuran antara manusia yang masih bertahan hidup dan gelombang tak terhentikan zombi yang ganas.
di tengah kekacauan ini, perjuangan untuk bertahan hidup dan mencari solusi pun menjadi prioritas utama bagi siapa pun yang masih berani melangkah di dunia yang kini dikuasai oleh kegelapan ini. dan di sinilah aku, aku tersesat di tengah kota mati yang penuh reruntuhan, dikelilingi oleh bangunan yang hancur dan jalan-jalan yang sepi. kota yang dulu ramai dengan kehidupan, kini menjadi medan perang yang sunyi. para zombi berkeliaran di setiap sudut, mencari mangsa.
sudah 2 bulan, aku bersembunyi di dalam bangunan yang hancur. aku sudah sering mengirimkan kode sos dari radio butut yang aku temukan, tapi tak ada bala bantuan yang datang menolongku. dan tempat ini bukanlah tempat yang nyaman, tapi satu-satunya yang bisa kupercaya di antara reruntuhan ini. aku harus tetap waspada, karena ancaman bisa datang dari mana saja. setiap hari adalah pertarungan untuk bertahan hidup. aku memanfaatkan sisa-sisa perbekalan dari toko-toko yang terbuka lebar akibat kekacauan ini. setiap langkah harus hati-hati, mencari makanan, air bersih, dan perlengkapan lainnya tanpa menarik perhatian yang tidak diinginkan.
setelah berhari-hari bertahan di tengah kota mati yang terabaikan, tiba-tiba, suasana menjadi hening. Keberadaan para zombi yang sebelumnya menguasai setiap sudut kini terasa berkurang. aku mendengar dari siaran radio bekas yang sudah butut bahwa pemerintah telah berhasil membangun tembok besar sebagai benteng terakhir untuk melindungi sebagian wilayah dari serbuan zombi.
jadi aku bersiap-siap untuk menuju tempat itu, karena hanya itulah satu-satunya harapanku. pertama-tama, aku harus mempersiapkan bekal, jadi mau tidak mau, aku harus keluar dari tempat persembunyianku untuk pergi ke beberapa toko yang telah hancur untuk mengumpulkan makanan.
saat aku sedang mengumpulkan makanan, dan barang-barang yang mungkin akan aku butuhkan, tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara raungan yang masuk ke dalam toko. saat aku mengintip dari balik rak-rak barang, aku melihat sesosok zombi yang anehnya tidak begitu kotor dan menyeramkan dengan penuh luka seperti yang lainnya. dia bersih, dan juga berperawakan begitu bagus. yang aku herankan lagi, dia benar-benar telanjang.
entah apa yang merasukiku kala itu, tapi untuk seorang gay seperti ku melihat pemandangan menyejukkan mata begitu, agak membuat nafsuku bergejolak. apalagi dengan fakta bahwa aku sama sekali tak pernah melakukan kegiatan seks lagi selama beberapa bulan ini.
aku agak memicingkan mataku lagi, dan betapa terkejutnya aku, ketika aku menyadari bahwa dia adalah teman kerjaku yang aku sukai dulu. rasa sedih langsung menyelimuti ku, melihat dirinya yang sekarang sudah menjadi makhluk liar tanpa akal pikiran. tapi sisi lain di dalam diriku juga agak menyukai keadaannya saat ini, aku akhirnya bisa melihatnya bertelanjang bulat, mempertontonkan kontolnya yang berukuran di atas rata-rata itu bergelantungan lemas, berhiaskan jembut yang lebat, lengkap dengan tubuhnya yang seksi.
sebuah ide kotor kemudian muncul dalam pikiranku, jadi tanpa berpikir panjang, aku mengendap-endap ke belakang tubuhnya secara perlahan agar dia tak mengetahui keberadaanku. lalu dengan sigap aku tabrak tubuh telanjangnya itu dari belakang sampai dia tersungkur sehingga aku bisa menahannya. kemudian, aku ikat tangannya kuat-kuat dengan talo yang sudah aku siapkan. karena dia meraung-raung begitu keras, aku akhirnya menutup mulutnya menggunakan lakban dengan begitu rapat. setelah dirasa dia tak bisa bergerak lagi, aku paksa dan tarik dia dengan hati-hati menuju tempat persembunyian ku, mengesampingkan rencana awal untuk menyelamatkan diriku sendiri.
.
setelah tiba di tempat persembunyianku, aku ikat dia dalam posisi duduk di tiang rumah dengan posisi ketiak dan kakinya terbuka. sungguh masih terlihat indah tubuhnya, apakah dia baru saja menjadi zombi? terus, kenapa dia menjadi zombi telanjang bulat begini? apa dia diserang ketika sedang mandi? aku tak mau ambil pusing memikirkan semua itu. yang aku tahu ada bekas gigitan yang agak besar di belakang lehernya, bukti bahwa dia sudah tergigit dan menjadi salah satu dari mereka. lalu, aku ambil air bersih yang ada di kamar mandi rusak yang terletak di dekat ruanganku dan aku lap tubuhnya yang berkulit pucat itu untuk menghilangkan berbagai macam kotoran yang menempel di tubuhnya. sambil ku raba-raba seluruh otot-otot tubuhnya yang menonjol. impianku selama ini menjadi kenyataan, bisa menjamah tubuh orang yang aku sukai dari dulu. walau rasanya menyedihkan memang, aku bisa melakukannya ketika dia sudah menjadi zombi. tentu saja bagian yang aku raba dan mainkan agak lama adalah kontolnya, benda panjang ini terlihat begitu menggiurkan, dengan kepalanya yang bersunat rapi, tebalnya yang agak besar untuk kugenggam, dan urat-urat yang menonjol indah.
akankah aku tertular virus ini, jikalau aku menghisap kontolnya? tapi kan setahuku, penularan itu hanya terjadi saat dia menggigitku. jadi aku yakin cairan lain dari tubuhnya, takkan membuatku menjadi zombi seperti dirinya. pembenaran demi pembenaran muncul di otakku, hanya agar aku bisa melakukan hal cabul kepada lelaki tampan yang bukan lagi manusia ini.
akhirnya, nafsuku mengalahkan segalanya. aku coba jilat kepala kontolnya dan aku hisap-hisap kepala kontolnya yang sudah berwarna pink pucat tersebut. walau suhu tubuhnya sudah tak lagi hangat, tubuhku menjadi panas karena sensasi yang ku rasakan. entah kenapa juga dia tak lagi memberontak, hanya diam dan mengerang tertahan, karena aku menutup mulutnya rapat dengan lakban. kontolnya pun lama-lama membengkak dan mengacung tegak, karena rangsangan demi rangsangan yang aku berikan.
aku jilat bergantian bola testisnya yang menggembung besar, lalu aku kembali menjilat batangnya dari pangkal sampai ujungnya. cairan madzinya mengalir deras, membuat lidahku dipenuhi oleh rasa asin dan juga gurih yang pekat. tubuhnya mengejang ketika aku memainkan lidahku di lubang kencingnya, dari reaksi tubuhnya ini, sepertinya dia masih bisa merasakan kenikmatan seksual, meskipun dia sudah benar-benar hilang akal.
akhirnya, ku masukkan pelan-pelan kontol gemuknya itu ke mulutku, senti demi senti. lalu, ketika sudah sampai pangkalnya aku mundurkan mulutku lagi, dan aku majukan lagi berkali-kali. ku lihat mata merahnya melihatku dengan tatapan nanar sambil terus mendesah tertahan. aku suka reaksinya, ku pikir aku hanya akan mendapati wajah tanpa ekspresi, namun kelihatannya dia juga menikmati apa yang aku lakukan. walau aku duga, otaknya yang tak lagi berfungsi dengan baik itu merasa bingung dengan apa yang aku lakukan.
ku percepat kuluman ku karena nafsu yang sudah berkobar, aku pun dari tadi sudah melepas celanaku dan mengocok kontolku seirama dengan maju mundurnya mulutku pada kontolnya itu, sambil ku belai dan remas-remas lembut tubuhnya yang penuh lekukan otot itu. rasanya sungguh nikmat, bisa mengesampingkan rasa cemas dan khawatir yang ku alami selama ini, dan hanyut dengan pelepasan hormon seksual ku, walau hanya dengan mayat hidup sekalipun.
"mphhhh! hrrrghhhhh!"
dia masih mengerang (atau mengaum?) sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, aku ikut senang melihat reaksinya yang terlihat begitu menikmati. hingga akhirnya dia mengejang kuat, lalu aku keluarkan kontol gemuk itu dari mulutku dan aku kocok begitu kuat. sampai akhirnya, semprotan sperma yang bertubi-tubi melesat keluar, bersamaan dengan denyutan demi denyutan dari batang perkasanya itu. entah kenapa aku tak begitu berani menelannya, aku masih merasa was-was akan hal buruk yang mungkin terjadi padaku kalau sampai memasukkan cairan itu ke dalam mulutku, walau rasanya kering sekali tenggorokanku, melihat spermanya yang menyemprot begitu deras itu, sampai membasahi wajah dan tubuhnya sendiri, serta tanganku yang kugunakan untuk merangsangnya.
aku masih menjilat-jilat kepala kontolnya sampai dia bergidik karena geli, kontolnya pun masih tegak mengacung tanpa ada tanda-tanda akan melemas, stamina yang sungguh luar biasa. entah karena pengaruh virus, atau memang pada dasarnya dia memang seperti ini adanya. untungnya, aku juga belum merasa puas, ku lumuri banyak-banyak kontolnya itu dengan ludahku, bahkan karena tak ada hal lain yang bisa kugunakan untuk melumasi, aku gunakan minyak goreng yang aku jarah dari toko untuk menambahkan rasa licin.
setelah kurasa cukup, aku posisikan diriku di atasnya, dan aku coba masukkan kontolnya itu ke lobangku yang sudah lama tak terpakai. rasa perih dan geli langsung menyelimuti lobangku, perlahan tapi pasti, akhirnya lubang pembuanganku telah meyentuh mahkota jembut lebatnya. rasanya begitu nikmat, benar-benar penuh dan menyentuh kelenjar prostat ku. aku berpegangan pada bahunya dan mulai menggenjot kontolnya naik turun. rasanya tak tergambarkan, ada sensasi lain yang tak bisa kujelaskan. berbeda rasanya dari bersenggama dengan manusia biasa, dan aku masih saja kepikiran, bisa-bisanya aku sampai memperkosa makhluk berbahaya ini demi melampiaskan nafsu bejatku?
lama kelamaan hentakan demi hentakan ku lakukan dengan cepat, aku jilat juga ketiaknya yang lebat sambil ku pilin-pilin kencang putingnya. kulihat lakbannya sampai agak lepas karena ludahnya yang memaksa keluar dari mulutnya, mengalir deras sampai membasahi lehernya. gerakan kepala dan ekspresinya tak terkontrol, matanya melotot dan menyayu, merasakan setiap pompaan pinggulku pada kontolnya. tubuhnya terlihat kian menggairahkan karena basah oleh keringat yang baunya begitu anyir, lebih pekat dari pada manusia biasa.
akhirnya, aku tak tahan dan aku masukkan dalam-dalam kontolnya itu ke rongga ususku, dan aku menyemprotkan spermaku berkali-kali. membasahi wajahnya, daguku, dan tubuh kami. karena lemas, aku biarkan batang itu tertanam di dalam sana, dan aku merebahkan kepalaku ke bahunya. ku ambil nafas sebanyak mungkin, dan kuresapi orgasme yang baru saja ku alami.
belum sempat aku tersadar karena dibuai rasa nikmat, tiba-tiba tali yang mengikatnya putus karena kuatnya dia meronta. aku sudah bersiap akan kemungkinan terburuk, karena kemudian dia mendorongku kuat menabrak lantai. tapi yang membuatku terkejut, dia tak mengigitku, malah mencekik leherku lalu menabrakkan kontolnya yang masih tertanam dalam itu dengan brutal dan bertubi-tubi.
dia bentur lubangku tanpa ampun, sampai aku merasakan geli bercampur nikmat yang tak tertahankan. aku sampai terkencing-kencing saking gelinya, membasahi tubuh kami berdua. aku ingin melepaskan diri, tapi aku begitu lemas karena rangsangan yang berkali-kali lipat aku terima, juga karena cengkramannya yang begitu kuat, membuatku terkapar lemas tak berdaya.
dia kemudian mencopot lakban yang tertempel di mulutnya, lalu dia mengeluarkan lidahnya yang begitu panjang bagai ular dan memasukkannya ke mulutku. dia lumat bibirku tanpa digigitnya sambil lidahnya menyumpal penuh kerongkonganku, membuatku begitu sulit untuk bernafas. aku benar-benar merasa lemas dan pasrah akan apa saja yang dia lakukan terhadap tubuhku.
lantas, dia angkat aku dengan tanpa kesulitan lalu dia balik tubuhku, sehingga kepalaku tepat berada di depan kontolnya yang tegang dan kaku tersebut. dia pegang tubuhku dengan kuat, lalu dia hujamkan kontolnya itu ke dalam mulutnya, dia himpit aku ke tembok dan dia perkosa paksa mulutku dengan gerakan pinggul yang kencang. rasanya becek sekali, sehingga air liurku yang tercampur cairan madzinya muncrat ke mana-mana. aku sulit bernafas dan tersiksa, tapi aku merasakan rasa nikmat juga dalam rada sakit ini. menit demi menit tanpa ampun dia senggamai mulutku, kenikmatanku bertambah saat lidah panjangnya itu melilit dan mengocok kontolku, saking panjangnya lidahnya itu, ujungnya sampai bisa mempermainkan lubang pantatku juga. membuat rasa nikmatku menjadi berkali-kali lipat, benar-benar dahsyat sampai aku kehilangan akal sehatku. hingga akhirnya dia menekan kontolnya dalam-dalan dan menyemburkan air maninya yang kental, pekat dan getir itu, melesak dengan paksa masuk ke tenggorokanku, dan memancar keluar dari sela-sela bibirku, karena begitu banyaknya volume cairan itu. aku juga keluar, menyemprot langsung ke mukanya yang tampan itu dan membasahi rambutnya.
setelah dia melepaskan batang perkasanya dia jatuhkan aku begitu saja, lalu dia terkulai lemas di atas lantai. dengan sisa tenaga yang aku punya, aku merangkak lemas sambil terbatuk memuntahkan spermanya yang begitu banyak dari mulutku, menuju ke pojok ruangan di mana aku meletakkan senapanku. tapi tiba-tiba, aku merasakan rasa nyeri yang begitu menyengat di bagian pantatku, ku putar kepalaku untuk melihat apa yang membuat pipi pantatku begitu panas membakar. dan, astaga! ini—
.
"—koordinat sinyal sos itu berasal dari daerah sini."
"masa iya? daerah ini sudah begitu sepi, aku yakin tak ada lagi manusia yang hidup di sini, dari tadi saja kita hanya bertemu zombi."
"jangan menyerah dulu, walaupun kemungkinannya kecil, kita harus bisa menyelamatkan siapapun yang tertinggal."
"iya, aku tahu, tapi kan sinyal itu sudah dikirim beberapa minggu lalu, sepertinya orang itu sudah—"
"stt! jangan bicara sembarangan, siapa tahu sinyal itu berasal dari segerombolan orang yang masih bisa bertahan hidup? kita harus terus mencari—hei! sembunyi!"
beberapa minggu kemudian, tembok pertahanan pemerintah hampir selesai dibuat, dan beberapa badan pertahanan negara diutus untuk menyelamatkan orang-orang yang tertinggal di luar tembok. dua prajurit ini adalah kelompok yang ditugaskan untuk memeriksa ke daerah ini.
"hei, itu zombi—"
"zombi? eh?? kok zombi itu—"
ketika mereka terheran-heran melihat pemandangan aneh itu dari kejauhan, mereka dikejutkan oleh suara walkie talkie.
"komandan, kepada raja singa, komandan kepada raja singa, masuk raja singa."
"baik komandan, raja singa di sini?"
"bagaimana keadaan di daerah itu?"
"kami masih belum menemukan orang yang mengirim sinyal sos itu komandan, tapi kami menemukan zombi yang aneh."
"aneh bagaimana? jelaskan?"
"zombi ini menyatu—um—"
"menyatu bagaimana?!"
"mereka berjalan berdua dengan anu—um."
"anu, bagaimana? bicara yang jelas! raja singa!"
"zombinya menyatu, kelamin zombi yang satu masuk ke—um, lubang dubur zombi yang satunya, komandan. dan saya rasa, keduanya laki-laki."
"oh, penemuan yang spektakuler. belum pernah ada yang melihat zombi melakukan aktivitas seksual, bahkan yang berlawanan jenis sekalipun. tolong dokumentasikan, mungkin para ahli bisa menganalisis perubahan kelakuan mereka."
"ba—baik komandan. dan saya akan melaporkan ke komandan jikalau akhirnya saya bisa menemukan seseorang atau mungkin segerombolan orang yang mengirimkan sinyal itu."
"oke, saya tunggu kabar baik dari kalian."
.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKECROTAN
Random⚠︎ zona bebas homophobic ⚠︎ mengandung kata-kata kasar ⚠︎ hanya fantasi semata, utamakan consent dan safe sex ⚠︎ tagnya kelihatan kan? kalau udah tahu ini bukan apa yang kalian cari, tolong jangan baca cerita ini description: ini berisi kumpulan one...