Jennie tersenyum lega menatap interaksi antara kekasih dan kedua orang tuanya, dia tidak seharusnya mengkhawatirkan kesan kedua orang tuanya akan kekasihnya ini, karena dia tahu betul bahwa kekasihnya adalah lelaki yang sangat sopan dan baik, selain itu dia juga tampan dan juga bisa di andalkan, sebutkan semua kelebihan yang lelaki K-Drama punya, Jennie sangat yakin bahwa kekasihnya ini sudah memiliki semua sifat dan karakter yang semua wanita impikan.
"sayang, kenapa kau melamun? apa kau sudah kenyang?" Jennie perlahan mendongakkan kepalanya, sedari tadi dia memang sibuk bergulat dengan pikirannya sampai-sampai dia tidak sadar kalau makanannya entah sudah jadi apa karena ulah tangannya sendiri
"oh, aku tidak- ehm aku hanya sedang kepikiran sesuatu" lelaki di sebelah itu hanya tertawa kecil, sedikit gemas dengan kekikukan kekasihnya itu.
"apa kau sedang memikirkanku? kalau iya, tolong hentikan, karena aku ada tepat di sebelahmu, kau bisa melihatku langsung" canda lelaki itu sambil mengacak-ngacak rambut Jennie dengan tangan kirinya
DEG! 'kata-kata itu..'
"apa kau sedang memikirkanku?" Jennie mendongakkan kepalanya menatap wajah gadis di belakangnya dengan tatapan kesalnya "apa yang membuatmu berpikir kalau aku sedang memikirkanmu huh" balasnya lalu dengan cepat ia kembali mengalihkan pandangannya pada buku yang di pegangnya sedari tadi
"berhenti melakukannya Jendeukie, ketimbang melihatku dalam pikiranmu, lebih baik melihatku secara langsung bukan?" kekehan terdengar dari belakang Jennie, namun Jennie memilih untuk mengabaikannya dan berusaha untuk fokus dengan buku yang tengah dibacanya kini "diamlah Jisoo, aku sedang membaca bagian serunya"
Jisoo mengangguk pelan, lantas yang dia lakukan hanya mengeratkan tangannya yang sedari tadi terlingkar di perut Jennie "aku mencintaimu, Jendeukie" bisik Jisoo sambil mendaratkan ciuman kecil di atas puncak kepala Jennie "kalau sudah selesai marahnya, tolong berbicaralah padaku"
"aku akan menunggumu, sampai kau mau berbicara lagi denganku" lirih Jisoo lalu menenggelamkan wajahnya pada pundak kanan Jennie, tidak sedikitpun melepaskan pelukannya.
Jennie buru-buru menepis jauh kenangan yang melintasi pikirannya barusan, tidak ini tidak benar, dia tidak boleh mengingatnya kembali apalagi merindukannya, dia sudah memiliki Taehyung sekarang, sedangkan Jisoo hanyalah sepenggal kenangan dari masa remajanya.
"kau percaya diri sekali" manyun Jennie sambil mencubit pelan pinggang Taehyung.
"hey, ya! Jennie-ya! jangan begitu, Taehyung bisa tersedak oleh makanannya kalau kau begitukan dia!" tegur eomma Jennie sambil tertawa kecil melihat kelakuan kekanak-kanakan Jennie kepada sang kekasih, sementara appa-nya hanya bisa tertawa kecil melihat interaksi keduanya.
Hubungan mereka sangat stabil, dan mereka merasa nyaman antar satu dengan yang lain. Segalanya tampak sempurna dari luar, tetapi sebenarnya ada bagian dari diri Jennie yang merasakan kekosongan di dalam hubungan ini, dia sendiri pun tidak bisa memahami perasaan apa yang kerap menganggunya ini.
Setelah selesai makan malam bersama, Jennie dan Taehyung memutuskan untuk menghabiskan waktu untuk menonton film bersama di sofa, dan tentu saja kedua orang tua Jennie tidak ingin menganggu quality time di antara kedua insan yang sedang dipenuhi dengan asmara itu, maka dari itu kedua orang tua Jennie memutuskan untuk mencari angin dan berjalan-jalan di luar sebentar.
Malam itu, entah mengapa Jennie benar-benar tidak bisa menghilangkan perasaan gelisah yang semakin berkembang di dalam dirinya. Jennie sangat gusar, sampai-sampai dia tidak sama sekali memperhatikan film Toy Story favouritenya yang tengah terputar pada TV di depannya,
Taehyung menyadari gerak-gerik aneh Jennie sedari tadi langsung menarik Jennie ke dalam dekapannya "yeobo, ada apa? apa ada yang salah?" ujar Taehyung sambil menoleh ke arah Jennie dan menatapnya dengan tatapan yang dipenuhi dengan kekhawatiran.