{ Dia siapa? }

28 1 0
                                    

Di pagi hari di sebuah kediaman keluarga yang cukup populer di kalangan atas, kediaman keluarga Antalaric.

"Non bangun nanti kesiangan!" Teriak wanita paru baya yang berusia lanjut sekitar 40 Tahunan.

"Yh bi sumi!" Jawab seorang gadis di dalam kamarnya.

"Cepat yh non, tuan besar dan tuan mudah sedang menunggu anda."

"Ck! iya bi sumiiii!" Balas gadis itu dengan kesal.

"Astaga dia tidak berubah sama sekali!" Guman peria dewasa dengan baju formal nya.

"Ah tuan Argan!" Sapa bi sumi dengan sopa, pada Argan Antalaric, pemilik perusahaan Group  Antalaric company.

*
*

"Selamat pagi papa!" Ucap seorang gadis dengan langkah kecil nya.

"Selamat pagi juga" Jawab peria paruh baya Argan Antalaric, dan tersenyum hangat ke arah putri semata wayangnya.

"Maaf papa, aku agak terlambat." Ucap gadis itu dan duduk di tempat yang di sediakan.

"Tidak apa-apa cia, papa juga baru tiba." Jawab argan kepada putrinya  Cia Chayra Antalaric.

"Oh iya, Kaka di mana pah?" Tanya gadia itu celingak-celinguk mencari kaka nya.

"Seperti masih di kamar nya!" Jawab Argan membuat Cia mengaguk mengerti.

tak berlangsung lama terdengar suara bariton dari arah tangga.

"Selamat pagi!" Ucap pemuda itu dengan pakaian casual nya.

"Selamat pagi juga" Jawab Cia dan Argan bersamaan.

"Wah wah putri dan putra ku, hari ini wajah nya nampak cerah semua !" Ucap argan membuat semua nya tertawa.

"ayo lah pah, adik ku ini dan aku sudah lama tidak berkumpul lama, karena dia tinggal di Australia, sedangkan aku sibuk ngurus cabang di luar negeri kapan lagi kita ngumpul begini!" Cibir Arfan, membuat Argan menatap tak percaya ke arah anak nya baru kembali dari luar negri.

"Aduh! ... papa mau kalian sukses dan selalu rukun bersama,"  ucap  Argan membuat anak-anak nya tersenyum dan terharu.

"Haha ... papa sangat menggemaskan!" Ucap cia dengan kekehan nya.

"Oh iya... papa membuat aku pulang karena mengurus perusahaan, tapi kenapa papa juga memulangkan anak kecil itu?" Tanya Arfan dan menunjuk cia yang sedang makan dengan mulut penuh, SANGAT MENGGEMASKAN.

"Apa salah nya kalau aku kembali ke rumah ku sendiri!" Ketus cia.

"Bikin susah kamu nya!" Ledek Arfan membuat bola mata cia melebar.

"Kaka Sialan!" Ketus cia membuat Argan geleng-geleng kepala.

"Sudah lah, kalian ini selalu beratem!" Tegur Argan membuat cia merasa di belah.

"Papa memulangkan cia karena, papa mau kita kumpul seperti dulu lagi walaupun tanpa mamah kalian!" Ucak Argan lirih.

"Papa jangan sedih, aku dan kaka ada di sini Oky" Ucap Cia lirih, mengingat bahwa mamah nya sudah kembali ke pangkuan Tuhan lebih dulu, sangat di sayangkan sekali di usia, di mana membutuhkan sosok ibu cia sudah kehilangan kasih sayang ibu nya.

"Ah.. maafkan papa, papa sangat emosional," Ucap Argan berusaha untuk mencairkan suasana.

"Oh yh, teman Kaka Arfan akan datang nanti." Ucap Arfan mengalihkan pembicaraan.

"Ternyata ada juga yang mau berteman dengan cowok cap kadal kek kaka!" Ejek cia membuat Arfan geram dan menjewer adiknya.

"Akhhhhh sakit kaka ish!!" Rungis Cia.

"rasain!!" Ucap nya dan mengeratkan jeweranya.

"pah..!" Aduh nya.

"Arfan lepas adik kamu!" Tegur Argan, membuat Arfan mencibir.

"Dasar pengadu!" Ucap nya membuat semuanya tertawa.

*
*
*

"papa aku ingin kulaih di universitas Gunadarma!" Ucap cia sambil mengunyah kripik pisang.

"Emangnya ada apa di kampus itu, atau jangan-jangan janji dengan seseorang ha?!"
Tuduh Arfan membuat cia melotot.

"Sok tau!" Sinis cia.

"Papa ijinin kan?!" Lanjutnya memohon.

"Memang nya, kamu mau ambil jurusan apa di sana, sampe memohon begitu." Tanya Argan penasaran.

"Papa, Cia tertarik dengan hukum jadi cia mau ambil jurusan hukum, dan di fakultas itu impian Cia!" Cerita cia dengan heboh.

"Oh begitu ... yaudah Papa ijinkan!" Putus nya membuat Cia girang.

"Palingan janjian sama seseorang di sana." Cibir Afgan.

"Sirik aja jadi orang!" Ketus cia dan meninggalkan ruang tamu menuju kamar nya di lantai atas.

"Dia kenapa sensi sekali pah?" Tanya Arfan namun Argan mengacuhkan bahu nya.

"Dia mirip ibu mu suka sensi sendiri!" Ucap nya dan meninggalkan Arfan sendiri.

"Menyebalkan, lebih baik aku keluar bertemu dengan Alvan saja!" Guman nya dan keluar dari rumah.

*
*
Sedangkan kan di kamar lantai dua, Gadi itu sangat senang dan bersemangat karena keinginan nya di setujui oleh papah nya.

"Aku bakalan siapin semua nya, besok aku bakalan mendaftar!" Guman cia sambil tersenyum.
_
   _

kringggggggg!!!!

"Kok alaram nya udah bunyi?, ini udah jam berapa emaang nya?" Guman Cia dan melirik jam di atas meja nya.

"Ohh astaghfirullah!!! kesiangan bangun nya!" keluh cia dan berlari masuk ke kamar mandi.
setelah mandi, cia melanjutkan sholat subuh dan turun ke bawah, namun dia heran siapa yang sedang duduk di ruang tamu pagi-pagi begini?.

"Dia siapa?, ngapain dia di sini?." Guman nya, penuh tanya.

"Der!!!"

"Argggg astaghfirullah!" Teriak cia spontan,

"Kak Arfan!, apaaa sih mau bikin sakit cia kambuh ha!" Cerca cia membuat Arfan meringis.

"Maaf dek, kaka cuma mau main aja sama kamu, ga usah marah kali!" Ucap nya membuat cia menatap tajam ke arah nya.

"Menyebalkan, awas aja penyakit jantung Cia kambuh!" Ketus cia dan meninggalkan Arfan yang merasa tidak enak.

"Apa aku kelewatan yah?" Guman nya.

*
*

"Argggg ... hiks dada Cia sakit!" Lirih Cia tertunduk dan bersandar di pintu kulkas yang dingin.

"Hey kau kenapa?" Suara laki-laki asing namun, Cia tak bisa melihat siapa karena pandangan nya buram.

"Tolongin Cia..." Lirih cia dan jatuh pingsang membuat laki-laki itu panik.

"Hay sadar, buka mata kamu!, baik bertahan yah, aku akan bawa kamu ke rumah sakit!" Ucap laki-laki itu panik.

Bersambung.......


ANTALVAN {About the law}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang