Gege, Do you still love your didi?
Mei 1998
"Sing, Leo... tenanglah, Gege ada disini," bisik seorang remaja kepada dua anak kecil itu.
"Gege, aku takut..," lirih Leo. Anak itu mengatupkan bibirnya rapat, sedangkan kedua matanya berlinangan air mata.
Tangan kecilnya menggenggam erat tangan si remaja itu, tidak ingin melepaskannya.
Sing memeluk Leo dengan raut wajah yang sedih.
Kondisi keduanya tidak jauh berbeda. Tampak sangat ketakutan, panik, gelisah dan bingung. Mereka berpelukan dengan tubuh yang bergetar hebat.
Zayyan, si remaja itu merasa bersalah dan hatinya sakit melihat pemandangan pilu di hadapannya.
Di luar rumah, asap hitam membumbung tinggi ke langit. Teriakan, jeritan, dan kekacauan terjadi dimana-mana.
Sebagian orang mengurung diri mereka di dalam rumah mereka, tidak berani keluar dan sekedar mengintip suasana mencekam di jalan.
Orang-orang yang berada di luar tidak henti-hentinya merusak dan menjarah toko-toko, terutama milik orang Tionghoa.
Beberapa dari para penjarah tidak segan-segan melecehkan, bahkan membunuh orang-orang yang mereka jarah.Semua ini terjadi dikarenakan adanya kepentingan politik yang Zayyan juga tidak tahu ulah siapa.
Di rumah, tidak ada siapapun. Ayah, ibu dan adiknya dari kemarin pergi ke suatu tempat dan belum kunjung kembali. Hal itu membuat Zayyan cemas, meskipun ayahnya telah menghubungi bahwa mereka untuk sementara menginap sampai situasi lumayan aman. Ia hanya bisa berdoa mereka bisa segera pulang dengan selamat dan tidak ada kendala apapun.
Dini hari tadi, Zayyan dikejutkan dengan suara ketukan samar di jendelanya. Awalnya ia ragu untuk membuka jendela itu, takut jika yang mengetuk ternyata hantu yang mengerikan.
Namun, dia akhirnya tetap memastikannya dengan hati-hati.
Alangkah kagetnya dia ketika melihat dua bocah bermata sipit dengan wajah linglung di bawah jendela kamarnya. Anak-anak itu segera memanjat jendela dan masuk ke dalam kamar.
Tangis mereka pecah saat mereka berlari ke pelukan Zayyan.
"Gege, A-niang dan A-die sudah pergi ke surga..."
"Gege, kenapa orang-orang itu ingin membunuh kami? Kami salah apa, Ge?"
Mereka bercerita sambil terisak. Tadi malam, rumah mereka dihancurkan, orang tua mereka diseret keluar dan dipukul habis-habisan sampai mati. Sebelum hal itu terjadi, ibu mereka berpesan untuk bersembunyi di sebuah ruangan kecil yang tersembunyi di bawah dipan tempat tidur.
Beliau juga berpesan, apapun yang terjadi, sebelum orang-orang itu pergi jangan sampai keluar dari sana.
"Setelah itu, kalian harus pergi ke rumah Zayyan, mengerti? Pandai-pandailah bersembunyi dari orang-orang itu ketika kalian pergi. Tunggulah sebentar sampai paman menjemput kalian, oke? Anak-anakku yang pemberani pasti bisa melakukannya."
Tiba-tiba sang ayah datang dengan terburu-buru dan mengingatkan istrinya untuk segera menutup pintu tempat persembunyian itu.
"A-niang dan A die sangat sayang pada Chunsing dan Ouyin. Jangan nakal ya sayang..., jadilah orang yang membanggakan kami di masa depan..., selamat tinggal.." ucap keduanya sambil memberikan ciuman terakhir di pipi masing2 anaknya.
Hati Zayyan mencelos ketika mendengar cerita dari Sing dan Leo. Ia juga tidak tahu kenapa semua ini harus terjadi. Rasa bersalah dan frustasi memenuhi hatinya, dia tidak tahu bagaimana cara menghibur kedua sahabat kecilnya yang sedang berduka itu.
Mereka berdua masih berumur 10 tahun dan harus melewati musibah yang berat seperti ini.
Sebelumnya, baik Sing maupun Leo sangat jarang menangis dan merupakan anak-anak yang pemberani. Walaupun mereka terjatuh dan terluka, paling-paling mereka hanya menitikkan air mata, setelah itu tertawa riang kembali.
Tidak pernah Zayyan melihat mereka sesedih dan setakut sekarang.
Zayyan menundukkan kepalanya. Diam-diam setetes air mata mengalir di pipi remaja itu.
"Maaf.."
Sing mengerti perasaan Zayyan, dia berkata dengan lembut, "Kenapa Gege minta maaf? Ini bukan salah Gege. Orang-orang itu yang jahat."
Leo yang masih menangis pun mengangguk.
"Iya! Gege tidak salah! Bukan Gege yang membunuh orang tua kami! Justru Gege lah penyelamat kami!"
Zayyan tersenyum miris. Namun, seketika itu, ia waspada ketika mendengar banyak langkah kaki mendekati rumahnya.
Sing dan Leo pun membisu. Tubuh mereka semakin bergetar takut. Air mata yang hampir mengering, kembali mengalir deras dan mereka hanya bisa berkata lirih, "Tuhan, selamatkan kami..."
"Sing, Leo, tolong sembunyi di dalam lemari Gege dulu, oke? Jangan takut.., Gege akan melindungi kalian."
Setelah itu, Zayyan melangkah cepat ke ruang tamu. Mengintip dari balik kaca jendela dan melihat sekelompok orang yang dia kenal sedang berdiri di balik pagar rumahnya.
Dan sekelompok orang itu membawa banyak senjata tajam yang membuat tubuh Zayyan menggigil.
TBC.
Saya gx tahu ff ini bisa jadi kontroversi atau gx 🙂 soalnya nyinggung peristiwa kelam yg terjadi di negeri kita ini. Tapi, saya disini cuma menuangkan ide2 di kepala saya supaya saya bisa tidur nyenyak.
Adapun lanjut atau tidak, tergantung readers. ☺️
Dan sekedar mengingatkan, ff ini bukan BL atau Yaoi ya, cuma bromance picisan, tapi dengan tema dark (gx tau dark beneran atau kgk 🗿)
Btw, ini foto untuk chapter 1
Leo kecil 😘
Sing kecil 😍
Zayyan😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Gege, Do You Still Love Your Didi?
FanfictionBermula dari pembantaian di tahun 1998, selama 11 tahun, disamping dilatih dan menjalani misi, Zayyan menyelidiki kasus pembunuhan berantai yang korban nya adalah kebanyakan orang-orang dari negara asalnya. Tidak hanya itu, bahkan satu keluarga besa...