Chapter 3

517 78 43
                                    


Tahun 2009

Semarak kota Hongkong di malam hari terlihat jelas dari ruangan di sebuah gedung, tempat dia berdiri.

Pemuda tinggi itu sedang fokus memandang sebuah foto, dan tampak seorang remaja yang tersenyum manis tercetak di sana.

Bibirnya ikut menyunggingkan senyuman, lalu mencium foto itu dengan penuh kasih.
"Zayyan gege, akhirnya aku menemukanmu."

"Hentikan itu, Sing! Kau seperti psikopat!" cerca seorang pemuda lain, yang sedari tadi mengamati perilaku aneh saudaranya itu.

Sing terkekeh pelan mendengarnya. Dia menoleh pada adiknya yang sedang menatapnya tajam. Sing balas menatapnya jahil.

"Kalau itu Zayyan gege, aku mungkin tidak masalah menjadi orang gila karena cinta. Leo, bilang saja kamu ingin mencium foto ini juga, kan?"

Leo berdecih dan tertawa sarkas.
"Maaf, aku lebih suka mencium orangnya langsung, bukan sebuah foto."

Sing memutar bola matanya malas menanggapi ucapan Leo.

Tidak lama kemudian, handphone Sing berdering dan ternyata itu dari orang suruhannya.

"Tuan, orang yang Anda cari sudah ditemukan."

Seketika itu, jantung Sing seakan-akan berhenti berdetak untuk sesaat. Dia juga lupa untuk bernafas dan berusaha membuka mulutnya yang kelu.

"Apa itu benar?"

Orang di seberang sana mengiyakan dan memberitahu bahwa ia akan segera membawa orang yang Sing cari ke apartemen.

Saat panggilan dimatikan, Sing terduduk di sofa. Ia masih tidak menyangka bahwa momen yang selama ini dia nantikan, sebentar lagi akan terjadi.

Leo mengerutkan dahinya, merasa ada yang salah dengan reaksi Sing.

"Ada apa? Apa kelincimu melahirkan lagi?"

Sing menggeleng. Senyumnya perlahan muncul dan dia bangkit memeluk Leo.

"Zayyan gege! Kita akhirnya bisa bertemu lagi dengan Gege!!!"

Leo membelalakkan matanya, merasa kaget bukan main. Pasalnya, semenjak tiga tahun, setelah mereka berhasil pergi meninggalkan negara itu, sudah bertahun-tahun lamanya mereka mencari Zayyan, dan seperti tertelan bumi, Zayyan tidak bisa mereka temukan dimanapun. Bahkan kabar tentang pemuda itu pun sulit untuk dicari.

Leo balas memeluk Sing tak kalah erat. Ia tertawa senang dengan hati yang berbunga-bunga.

"Rasanya aku ingin menangis."

Kini Leo yang memutar bola matanya dan melepaskan pelukan tersebut.

"Kau tidak cocok mengatakan hal itu."

Sing mengerutkan dahinya tidak setuju.
"Tidak cocok?"

"Yah, sangat tidak cocok."

Leo berbalik dan berjalan menuju pintu. Sing dengan wajah bingungnya pun menyusul langkah Leo.

"Hei! Tunggu aku!"



Seorang pria jangkung berjas hitam membawa sosok pemuda yang tidak sadarkan diri ke sebuah apartemen, tempat kedua tuan mudanya tinggal.

Dia berjalan dengan tanpa beban menuju sebuah kamar yang sangat luas. Meletakkan pemuda itu di atas ranjang dan melepaskan sepatunya.

Dia menatap lekat pemuda itu. Lalu, merapikan rambut si pemuda dengan hati-hati.

"Zayyan hyung, kita bertemu lagi."






"Davin!!! Dimana gege kami?!"

Sing dan Leo menerobos masuk ke kamar. Sedangkan, Davin secepat kilat menarik tangannya dari Zayyan, dan berdiri sambil membungkuk hormat.

Gege, Do You Still Love Your Didi?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang