.
.
.
Plak!
Untuk pertama kalinya, Tuan Wang yang terkenal penuh kasih kini tengah menampar putra bungsunya dengan wajah diliputi amarah.
"Tarik kembali ucapanmu dan berjanji untuk tidak akan pernah mengatakan hal seperti itu lagi!"
Tubuh ringkih Yibo sudah roboh ke lantai dengan hanya siku kanannya sebagai penopang. Tapi wajahnya tetap datar sama sekali tak memperlihatkan raut kesakitan bahkan setelah ujung bibir yang robek akibat tamparan keras sang ayah.
"Aku mencintai Xiao Zhan. Aku mencintai kakakku. Tidak peduli seperti apa ayah melarang, aku tetap mencintai-"
"Yiboo!" Tuan Wang mengerang frustasi.
Entah kesalahan macam apa yang ia lakukan di masa lalu, sampai mendapat karma seperti ini. Mendengar putramu berteriak dia mencintai saudaranya sendiri, adakah hal yang lebih kejam dari itu untuk seorang ayah?
Pria tua itu tidak akan melarang seandainya Yibo mengatakan dia adalah seorang gay. Baginya kebahagiaan sang putra adalah segalanya. Tapi dari sekian banyak laki-laki di dunia ini, mengapa ia harus mencintai kakaknya? Orang yang bahkan pernah tinggal di rahim yang sama?
Keputusan Xueming sudah bulat, yakni menjauhkan Yibo dari Zhan. Biar bagaimanapun hal ini terjadi karena andilnya yang terlalu mengekang Yibo dengan alibi khawatir akan kesehatannya. Membuat pemuda yang bahkan sudah berusia 17 tahun itu tak memiliki teman lain selain kakaknya. Jadi menurutnya, Wang Yibo saat ini hanyalah sedang bingung membedakan rasa sayang antara kakak beradik dengan rasa cinta sebagai sepasang kekasih. Dengan membawa Yibo ke tempat yang jauh dan bertemu orang-orang baru, ia yakin Yibo pasti akan segera melupakan perasaannya pada Zhan.
"Ayah, kalau salah satu dari kami harus pergi, biar aku saja. Yibo masih sakit, dia butuh perha-"
"Tidak Zhan! Keputusan ayah sudah bulat. Yibo yang akan ke Amerika saat ini juga!"
"Tapi-"
"Zhan-Ge, tidak apa-apa. Aku akan baik-baik saja di sana, Gege tidak perlu khawatir." Yibo melabuhkan sebuah ciuman tepat di bibir sang kakak.
"Cepat seret dia!" perintah Xueming semakin marah melihat tingkah berani putra bungsunya. Dua pria berbadan besar segera menarik Yibo dan membawanya keluar. Tepat saat tubuh itu tak terlihat, Xiao Zhan roboh ke lantai tak sadarkan diri.
Lima tahun setelah kepergian Yibo ke Amerika, Wang Xueming pikir semuanya sudah baik-baik saja, amarahnya juga mereda. Orang-orang yang dia utus untuk mengawasi Yibo hanya melaporkan keseharian Yibo sebagai mahasiswa biasa, tidak ada yang aneh. Jadi ia memutuskan untuk ke Negara Paman Sam, berniat untuk menjenguk putra bungsunya.
Namun kenyataan memang tidak selalu bisa diprediksi. Wang Yibo memang terlihat menjadi orang normal di luar, tapi siapa mengira jika dalam apartemen yang tak seberapa luas ini lah anak itu melampiaskan segala obsesinya kepada sang kakak. Xueming terduduk lemas di sofa ruang apartemen Yibo, tak lagi sanggup bahkan hanya sekadar mengangkat wajahnya. Melihat ratusan foto putra sulungnya yang tertempel di setiap dinding dalam apartemen, ditambah mainan dewasa beraneka bentuk yang berserak di atas ranjang Yibo, benar-benar membuat tenaganya menghilang.
"Ayah akan menikahkan Xiao Zhan dengan putri keluarga Lu, dua minggu lagi pertunangan akan segera dilaksanakan."
Itulah yang seketika dilakukan Xueming setelah pulang dari Amerika. Ia berharap setidaknya setelah kakaknya memiliki orang lain, Yibo akan menyerah dengan obsesinya. Xiao Zhan? Hanya mengangguk patuh, tak ada yang benar-benar tau bagaimana perasaan pemuda itu.
Tapi sepertinya takdir senang sekali mempermainkan lelaki tua ini. Bahkan setelah tiga tahun dan lima kali berusaha menjodohkan Zhan dengan anak-anak kolega bisnisnya, tak pernah ada satupun yang berhasil. Kelima orang tersebut mengalami kejadian tragis beberapa hari setelah pengumuman perjodohan, tiga diantaranya bahkan meninggal dunia.
Hingga akibat dari rentetan kejadian ini, julukan 'Pria Terkutuk' mulai menjadi nama lain dari si sulung. Marah? Sedih? Tidak terima? Tentu saja! Meski bukan darah dagingnya, Xiao Zhan tetaplah anaknya. Ia sudah berjanji pada mendiang istrinya untuk menjaga Zhan dengan sepenuh hati. Ia bahkan tak pernah membentak, lalu bagaimana bisa orang-orang di luar sana melabeli putranya dengan sebutan mengerikan seperti itu?
Hari itu tepat satu bulan setelah kematian putri keluarga Lu. Xueming mendapat laporan dari detektif yang disewanya untuk menyelidiki kasus kecelakaan yang dialami para calon menantunya. Biar bagaimanapun pria tua yang selalu mengedepankan logika itu tidak akan percaya dengan kutukan. Terlebih putranya Zhan tidak memiliki alasan apapun hingga bisa mendapat kutukan tak masuk akal seperti itu.
Dan firasatnya terbukti benar, dalam laporan yang diterimanya ini, semua kejadian beruntun itu bukanlah murni sebuah kecelakaan, melainkan pembunuhan. Sebuah fakta yang membuat Wang Xueming hanya bisa meratap, merasa gagal menjadi seorang ayah. Sebuah fakta yang dibawanya hingga kematian.
ᕙ(⇀‸↼‶)ᕗ
Xiao Zhan menghentikan mobilnya di sebuah restoran tak jauh dari kantornya. Bergegas memasuki ruang VIP mengikuti pesan yang diterimanya beberapa saat lalu.
"Selamat siang Tuan Xiao, maaf meminta anda bertemu secara mendadak seperti ini."
"Tidak masalah Letnan. Apakah ada perkembangan mengenai kasus ini?"
"Benar Tuan Xiao." Sang letnan kemudian menyerahkan setumpuk foto pada Zhan juga beberapa lembar kertas berisi laporan.
"Ada apa dengan gadis ini?" tanya Zhan saat menemukan wajah yang sama di setiap lembar foto yang dilihatnya.
"Itu adalah foto pada hari yang sama di tempat terakhir para korban berada sebelum mereka mengalami kecelakaan."
"Para korban?"
"Tuan Wang, Li Annchi, dan juga mantan-mantan tunangan anda."
"Maksud anda ...." Zhan bukannya tidak paham, mulutnya hanya terlalu kelu untuk melanjutkan ucapannya.
"Benar. Kasus kematian Tuan Wang sepertinya berhubungan dengan kasus-kasus lainnya. Gadis ini bernama Reina Yamaguchi. Namanya dikenal sebagai pembunuh bayaran profesional di Asia. Tapi bahkan tidak ada satupun agen internasional yang berhasil menjerat orang ini ke balik jeruji besi karena kurangnya bukti. Jadi mereka hanya bisa memantau pergerakan Reina dari jarak jauh. Informasi terakhir yang kami dapatkan lima tahun lalu, Reina ini sudah bergabung dengan sebuah organisasi gelap yang berasal dari tanah kelahirannya, Jepang. Dan setelah itu, dia tidak terlihat di manapun. Namun tiga tahun lalu ada agen di Amerika yang tak sengaja melihat Reina di sana." Xiao Zhan terpaku pada foto yang diserahkan Letnan Feng Zhao setelahnya, dimana gadis berambut pendek itu terlihat sedang berbincang dengan adiknya di sebuah tempat makan.
"Foto itu diambil di Chapel Hill Carolina Utara, tepatnya satu minggu sebelum Nona Lu Qixuan tewas dalam kecelakaan beruntun."
"Apa anda berpikir jika Yibo adalah dalang dari semua kasus ini?" tanya Xiao Zhan dingin.
"Bukan seperti itu, Tuan." Feng Zhou menjawab panik. "Kita tidak bisa menuduh Tuan Yibo menjadi tersangka tanpa bukti apapun. Tapi video mungkin ini bisa menjelaskan alasan dibalik motif adik anda melakukan hal tersebut."
Feng Zhao menunjukkan video rekaman, sebuah apartemen yang sama yang dimasuki Wang Xueming tiga tahun lalu. Tempat di mana Yibo menuangkan segala bentuk obsesinya pada sang kakak. Bahkan kali ini jumlah foto dengan objek yang sama di dalam sana sudah mencapai ribuan, semuanya memenuhi tak hanya dinding tapi hingga langit-langit ruangan.
Tidak ada perubahan ekspresi yang berarti saat Zhan melihat rekaman video berdurasi tiga menit itu.
"Apa ada hal lain yang ingin anda sampaikan, Letnan?"
"Tidak, semua sudah saya sampaikan. Sebelumnya maaf jika membuat anda tidak nyaman dengan informasi ini," ucap Feng Zhou yang merasa canggung melihat air muka Zhan.
"Tidak masalah. Itu memang tugas anda. Kalau begitu saya pamit." Xiao Zhan mengangguk sekilas sebelum meninggalkan ruangan.
~Bersambung~