.
.
.
Akhir pekan adalah waktu yang digunakan kebanyakan orang untuk bersantai. Tapi tidak berlaku untuk pemuda 29 tahun yang kini menjabat sebagai letnan itu.
Seperti dua dan lima hari sebelumnya, sebuah paket tanpa nama kembali berada di depan pintu apartemennya. Membuat letnan muda yang tak lain adalah Feng Zhou itu harus kembali bergulat pada 'kiriman' tersebut. Pria yang sudah mengenakan kaos putih polos itu menyatukan alis ketika mendapati keanehan pada kertas-kertas yang sudah dua jam ini ditekuninya.
"Jadi Kasus Tuan Wang ini adalah kasus bunuh diri? Sedangkan 5 kasus lainnya adalah kasus pembunuhan? Tunggu ... tapi itu semua juga saling berkaitan dengan seseorang?" monolog Feng Zhou dengan mata yang masih fokus menelusuri setiap baris tulisan pada lembaran yang dipegangnya. Beralih ke layar komputer, lalu kembali turun menatap berkas di tangannya. Terus berulang hingga akhirnya ia berhasil menarik kesimpulan dari kasus yang ditanganinya satu minggu terakhir.
"Dan pembunuhnya adalah orang itu! Hah, Gila!" seru sang letnan dengan menghempaskan diri ke sandaran kursi.
Sepanjang 5 tahun karirnya dalam menyelidiki kasus, tidak pernah ia merasa segagal ini. Si pelaku benar-benar pandai memanipulasi, membuatnya berkali-kali salah dalam melakukan dugaan. Jika saja tak ada orang baik hati misterius yang mengirimkan paket tanpa nama ini, ia pasti masih sibuk dengan berkutat pada rekaman CCTV di parkiran kantor, atau malah sibuk menguntit pesaing bisnis Tuan Wang yang diduga melakukan sabotase? Feng Zhou tertawa miris jika berfikir mengenai hal konyol yang mungkin dilakukannya.
Getar dari ponsel di atas meja membuat Feng Zhou yang hampir terbuai mimpi sedikit tersentak. Hanya sebuah pesan dari nomor tak dikenal berisi sebuah alamat. Pemuda itu hampir kembali meletakkan ponselnya ketika terdapat pesan lain dari nomor yang sama.
'Datang kemari untuk bukti selanjutnya.'
Feng Zhou tidak bodoh untuk tidak mengerti arti pesan itu. Dengan cepat ia menyambar kunci mobil. Mengenakan jaket kulit coklat kesayangannya kemudian segera berlalu keluar dari kamar apartemennya.
Mobil berkecepatan 120 km/jam terlihat membelah jalanan di Distrik Tongzhou. Si pengemudi semakin menginjak dalam pedal gasnya kala tak menemukan hambatan yang berarti di malam yang hampir larut ini. Melaju selama hampir satu jam, mobil abu-abu itu akhirnya berbelok ke sebuah bangunan tua dengan gerbang hitam berkarat yang tidak tertutup.
"Sky Night Villa." Sang letnan mengeja papan tulisan kayu yang tergantung di depan bangunan tua itu, lalu mencocokkan dengan pesan yang diterimanya.
"Ini lebih mirip sarang hantu daripada vila," gumamnya lagi setelah sekilas mengamati lingkungan sekitar.
Sepanjang memasuki kawasan di pinggiran Distrik Yongshan ini, setiap bangunannya berjarak 10 hingga 30 meter dengan selingan hutan dan semak tinggi. Namun untuk mencapai tempatnya berpijak saat ini sang letnan mengukur jika jarak bangunan dari yang terakhir kali ia lihat mencapai 50 meter. Kesimpulannya, ia harus menghadapi segala kemungkinan buruk itu sendirian.
Tiga ketukan pelan ia layangkan pada pintu besar dengan cat putih yang sudah mulai mengelupas. Sembari menunggu sambutan dari tuan rumah, letnan muda itu mulai menilai lingkungan sekitar. Meski bangunannya sudah tua dan usang, tapi halaman dan juga teras rumah ini terlihat bersih, rumput-rumput juga dipotong rapi, menandakan jika vila tua ini masih berpenghuni dan dirawat.
Derit pintu yang terbuka membuat Feng Zhao refleks memasukkan tangan ke saku dalam jaketnya mencengkeram erat benda yang ia sembunyikan di dalam sana.
"Letnan Feng Zhao?"