-South Gyeongsang. Amusement Park. 21.45-
Hongjoong memakan es krim rasa vanilla nya lamat-lamat penuh rasa, mencoba membiasakan rasa asing tersebut dalam mulutnya.
Pertama, ia tidak terlalu suka rasa tersebut ketika menyapa indera pengecapnya yang sudah terbiasa dengan pahitnya kopi. Namun sayangnya protes terhadap rasa es krim tersebut harus ditahan sebentar karena saat ini ia tengah berada di taman bermain menunggu dua keponakan kecil dan adik sepupunya diatas bianglala sana.
Kedua, ada sesuatu yang cukup menarik perhatian netranya sehingga manisnya krim vanilla di mulutnya menjadi teralihkan. Tepatnya di ujung pasar malam sana ada seorang lelaki yang ia tebak seumuran dengannya, berambut serupa permen kapas rasa Strawberry tampak asyik menikmati es krim di tangannya dengan senyum merekah.
-Tampak lucu seperti anak kecil usia 5 tahun- monolog Hongjoong dalam diamnya.
Entah mendapat inisiatif dan keberanian darimana Hongjoong kemudian berjalan perlahan menghampiri lelaki berambut Pink nyentrik yang duduk sendirian di salah satu bangku kosong tersebut dan menyapanya
"Hai, boleh gabung?" Sapa Hongjoong dan berdiri tegak di hadapan lelaki tersebut. Dilihatnya pemuda -yang masih ia tebak seumuran dengannya-itu sedikit mengerutkan alis, membuat Hongjoong ikut berfikir.
Ah ya! Hongjoong.. kau menghalangi pencahayaan bodoh!
dalam gelapnya malam ia meringis samar menahan malu, meski nyatanya hanya siluet hitam tubuhnya yang nampak.
"Silahkan, saya sendirian kok" balas pemuda berambut Pink tersebut lembut dan menepuk bangku sebelahnya.
"Mau kue?" tawar Hongjoong tiba-tiba sambil mengangkat paper bag yang sedari tadi dibawanya.
Harusnya kue itu jadi milik Nicha -adik sepupunya yang tengah asyik bermain bianglala- sebagai hadiah kecil ulang tahun yang ingin diberikan Hongjoong padanya nanti, tapi melihat pemuda dihadapannya sekarang, ia rasa tak apa. Nicha bisa mendapatkan yang lain nanti saat perjalanan pulang.
Melihat setitik keraguan diwajah manis sebelahnya, Hongjoong tertawa pelan "Tidak beracun kok" ucapnya lagi sambil membuka kotak mini berisi cake rasa strawberry dengan campuran mocca tersebut lalu menyendoknya sesuap untuk dirinya sendiri.
"Aku rasa kamu akan menyukai ini" lanjutnya sambil memindahkan kue tersebut ke pangkuan pemuda disampingnya.
"Terimakasih" balasnya lirih, meski begitu Hongjoong bisa melihat binar dimatanya ketika netra mereka saling tatap dan Hongjoong mengangguk sebagai balasannya.
Itu... tampak cantik
Setelahnya tidak ada yang bersuara, Hongjoong sibuk dengan pikirannya dan menatap langit malam yang beruntungnya kali ini tampak cerah dimana bahkan ia bisa melihat gumpalan awan dan bintang yang berpendar cantik, sedang pemuda disampingnya terlihat lebih asyik menunduk dan menikmati rasa kue yang ada dipangkuannya sambil sesekali mencuri pandang.
"Kuenya enak, meskipun aku tidak suka kopi tapi kali ini perpaduan rasanya unik. Kurasa aku dapat sedikit mengubah persepsiku tentang kopi"
"Kamu tidak suka kopi?"
"Uhm! Strawberry jauh lebih enak" angguk pemuda berambut Pink tersebut antusias. Sekali lagi membuat Hongjoong terkekeh kecil dan menatapnya dengan senyum lebar "Tapi strawberry dengan sedikit rasa kopi tidak buruk" lanjutnya sambil menatap kue dipangkuannya yang tersisa setengah dan Hongjoong bergantian.
tersenyum kecil, Hongjoong kemudian mengangguki ucapan lawan bicara di sampingnya "Aku rasa aku tahu alasanmu memilih warna nyentrik ini" balas Hongjoong sambil menyentuh sebagian kecil rambut pemuda disampingnya "Aku punya banyak dirumah, lain kali akan kubawakan lebih untukmu"
"Serius?! Aku paling suka Smoothies" pemuda berambut pink itu menatap penuh binar pada Hongjoong, membuat sang empu kelabakan. Ditambah aroma manis Strawberry dengan campuran sedikit aroma maskulin parfume yang dipakai pemuda disebelahnya ini menjadikannya berkali lipat lebih cantik dan tampan secara bersamaan.
"Tagih saja padaku kalau kita bertemu lagi. Pasti kubuatkan" tepat setelah jawaban tersebut ia lontarkan seorang gadis kecil berteriak dan mendekat. Membuat keduanya menoleh ke arah suara
"Oppa!!" panggil gadis itu sambil memasang raut cemberut dengan kedua tangan sibuk memegangi sikembar agar tidak hilang
"Oh Nicha, kalian sudah selesai main bianglalanya?" respon Hongjoong saat melihat ketiga keponakannya
"Sudah, sekarang kami lapar. Ayo pulangg~" rengek gadis tersebut sembari menghentakkan kaki-kaki mungilnya
"Oke-oke kita pulang. Bawa mereka ke mobil, sebentar lagi Oppa akan menyusul"
"Tidak mauu~ ayo pulang sekarang!. Katamu tadi bosan disini" rengek Nicha sekali lagi
Melihat ketiga adik-adiknya dan pemuda berambut Pink yang hanya diam mengamatinya dengan senyum secara bergantian membuat Hongjoong bingung, benar sih tadi dirinya serasa mati kebosanan menunggu mereka bermain. Tapi masalahnya sekarang dia sedang asyik berbincang dengan Si rambut Pink.
"Tidak apa-apa, kamu harus pulang. Kasihan mereka pasti lelah" mendengar ucapan si rambut Pink tersebut membuat Hongjoong sedikit tidak rela "Kita bisa mengobrol lagi lain kali" tambahnya sambil mengusap pelan lengan Hongjoong.
"Tuh, teman kakak saja tidak papa kok. Ayo pulangg~" Gadis itu menarik ujung jaket denim hitam yang dipakai Hongjoong
Menghela nafas, dirinya memilih mengangguk lesu dan pasrah saat diseret menjauh oleh Nicha.
"Sampai ketemu lagi!" teriak si rambut Pink dengan senyum lebar yang sialnya tampak manis dimata Hongjoong, membuatnya semakin tidak ingin pulang "Terima kasih juga untuk kuenya! Aku benar-benar suka"
"Sampai jumpa juga kakak Strawberry!" pekik salah satu dari sikembar keponakan Hongjoong
"Ya.. Hati-hati dijalan kalian!"
Ah ya! Hongjoong ingat dia belum memperkenalkan dirinya. Berhenti melangkah pemuda itu kemudian membalikkan tubuhnya sebentar dan berteriak "Kim Hongjoong! Ingat nama itu Strawberry!"
Pemuda berambut pink itu hanya terkekeh pelan lalu mengulas senyum dan mengangguk patuh. Melambaikan tangannya ke arah Hongjoong sebagai perpisahan.
Entah kenapa hal itu membuat sudut dadanya sedikit nyeri, benarkah mereka bisa bertemu lagi nanti?
**
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberry-Moccachino for Kim Hongjoong [On Going]
FanfictionMenurutnya buah berwarna merah dengan banyak bintik putih itu rasanya asam dan aneh. membayangkannya saja membuat giginya ngilu. Demi Tuhan kalau bukan Nicha yang memaksanya dirinya juga tidak akan pernah mau menyentuh buah itu. sayangnya persepsi t...