Bab 6

11 0 0
                                    

Seorang pemuda tengah terduduk dengan telinga yang tertutup oleh kedua tangannya, isakan tangis perlahan membasahi kedua pipi manisnya. Suara teriakan dan gedoran membuat ia semakin ketakutan. Ayah yang seharusnya melindungi nya, justru hendak mencelakainya.

Dor... Dor...

"Buka pintunya Sunoo, sebelum pintunya saya dobrak." teriak seorang pria paruh baya di depan pintu kamar Sunoo yang mulai lapuk.

"Ampun yah, Sunoo gak mau ketemu ayah. Ayah jahat." teriak Sunoo dengan suara gemetar, rasa takut terlukis dengan jelas di wajahnya.

brak...

Suara dobrakan membuat Sunoo menjauh dari tempatnya untuk menyelamatkan diri, namun ia sudah ditahan oleh ayah dan dua bodyguard suruhan ayah nya. Ia meringis kesakitan kala orang suruhan ayah nya memegang kedua tangannya dengan kasar.

"Ayah, apa yang ayah akan lakukan sekarang?" tanya Sunoo dengan mata yang berkaca-kaca.

"Menjual mu ke orang yang butuh organ dalam. Jangan pernah coba-coba lari atau nyawa ibumu dalam bahaya." bentak ayah dengan seringai tipis.

"Ayah jahat tau gak, emang belum puas selama ini menyiksaku. Aku ini anak ayah atau bukan sih." ucap Sunoo dengan nada getirnya.

"Kamu anak ayah, tapi sayang setelah kamu lahir keluarga kita hancur. orang tua ayah bangkrut, sementara orang tua bunda mu tidak mau memberikan hartanya kepada ayah." jelas ayah sambil memandang jalanan yang di lewatinya.

Sunoo hanya terdiam setelah mendengar penjelasan ayah nya, ia sedang tidak mood untuk melanjutkan perdebatan. Ia sesekali memainkan jari-jari tangan yang sudah di ikat oleh bodyguard ayah nya. Senyum yang selalu ia banggakan, seakan tidak ada kesempatan untuk menampakkan sinarnya lagi.

"Bagaimana? anak yang kamu bawa masih bagus kan? aku gak mau kalau harus bawa anak cacat untuk bertemu bos ku." tanya seorang pria misterius dengan masker dan topi yang menutupi wajahnya.

"Tenang saja, dia bahkan lebih bagus daripada anak yang pernah aku bawa dulu. dia anak dari istri ku yang sekarang sedang bekerja." ucap ayah dengan senyuman tipis nya.

"Gila ya, anak lo sendiri mau dijual? emang gak takut kalau istri lo nyari anaknya?." ucap pria misterius tersebut dengan nada heran.

"Dia bukan anak gue, jadi gak ada urusan juga mau lo apain tuh anak, sekarang gue mau pergi dulu, senang berbisnis dengan anda." ucap ayah dengan senyum manisnya kala mendapat koper berisi uang.

hiks... hiks...

Runtuh sudah benteng pertahanan Sunoo kala mendengar fakta yang begitu menyakitkan. Tangisan itu semakin menjadi kala ia dipaksa ikut orang asing ke dalam mobilnya. Perlakuan kasar orang asing itu membuat Sunoo semakin ketakutan.

"Diam anak manis, sekarang kamu akan bertemu bos ku. Bersikaplah baik, siapa tahu nasibmu akan berbeda dari anak yang diperjual belikan organ dalamnya." ucap pria misterius itu dengan senyum seringainya.

"Om, siapa?" tanya Sunoo susah payah melawan rasa takutnya.

"Kamu nanti akan tahu siapa saya, tapi bukan sekarang. Lebih baik kamu istirahat, jangan lupa makan." ucap pria misterius itu sambil menunjuk makanan yang ada di samping Sunoo.

"Kamu tidak usah khawatir, makanan itu tidak saya beri racun." lanjutnya saat melihat raut wajah Sunoo yang khawatir.

Sunoo mengambil salah satu makanan yang ada di sampingnya dan mulai memasukkan suapan kecil ke mulutnya. Hari ini dia bisa merasakan makanan enak, meskipun dia harus dijual ke orang yang tidak tahu siapa. Mobil yang membawa Sunoo telah tiba di sebuah rumah mewah dengan gaya klasik. Sunoo mengikuti langkah kaki pria misterius yang membawanya ke sebuah ruangan di salah satu rumah tersebut.

"Masuklah." ujar pria itu sambil menunjuk ruangan yang harus Sunoo masuki.

"Permisi." ucap Sunoo dengan ragu saat akan memasuki ruangan tersebut.

"Masuk." balas seorang pria dari dalam ruangan tersebut.

Sunoo melangkahkan kakinya menuju ke dalam ruangan dan melihat seorang pria seumuran ayahnya sedang duduk di meja kerjanya. Sunoo hanya berdiam diri tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Namamu siapa?" tanya pria yang sedang duduk di meja kerjanya.

"Sunoo, kalau boleh tahu nama om siapa?" tanya Sunoo hati-hati.

"Erland, panggil saja om Erland. Aku sudah dengar ceritamu, aku akan memberimu dua pilihan." ujar Erland dengan senyuman tipisnya.

"Apa om?" tanya Sunoo dengan wajah penasaran. 

"Kamu menjadi anak angkat saya atau om jual organ dalammu ke orang lain." jawab Erland seraya membalik kertas-kertas di mejanya.

"Kenapa om ingin mengangkat aku menjadi anak?" tanya Sunoo.

"Kamu anak sahabat saya Sunoo, ibu mu sudah sering membantuku."  jawab Erland sambil mengusap lembut rambut Sunoo.

"Baik om, Sunoo mau diangkat anak. Asal om bisa membebaskan Bunda dari ayah sialan itu." jawab Sunoo sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat. 

"Baik, om akan bebaskan bunda mu sekarang. Om mau berangkat dulu, kamu duduk di sini ya karena misi ini berbahaya, ayahmu bukanlah orang sembarangan. Om tidak mau kalau terjadi sesuatu sama kamu." Jawab Erland seraya merapikan berkas yang berserakan.

"Saya mau ikut Om." sanggah Sunoo dengan kedua tangan di depan dada .

"Tidak Sunoo, misi ini sangat berbahaya, kamu tidak tahu apa yang dilakukan oleh ayahmu di luaran sana. Om tahu sifat licik serta aragonnya ayahmu, ia akan melakukan cara apapun agar tujuannya tercapai termasuk mencelakai orang yang dicintainya." Jelas Erland untuk memberikan pengertian kepada Sunoo yang memaksa untuk ikut.

"Sunoo janji akan jaga diri baik-baik, kalau perlu Sunoo tidak keluar dari mobil asal bisa melihat Bunda dari jauh." ucap Sunoo seraya berlutut. 

"Baiklah, kamu boleh ikut dengan syarat jangan pernah keluar selangkahpun dari mobil dan akan ada bodyguard yang menemanimu di dalam mobil."

"Terimakasih Om, Sunoo janji akan ikutin semua peraturan yang Om buat." Jawab Sunoo dengan senyum lebarnya.

Erland dan Sunoo berjalan beriringan diikuti beberapa bodyguard yang membawa senjata dan baju khusus anti peluru. Sunoo dan Erland duduk di mobil paling depan, sedangkan para bodyguard masuk ke mobil lain. Mobil mereka berjalan beriringan hingga tiba di suatu rumah yang terlihat mewah.

Erland turun dengan beberapa bodyguard, sementara Sunoo harus berdiam diri di mobil yang berada tak jauh dari rumahnya. Erland melangkahkan kakinya dengan santai, namun tidak bisa menutupi raut wajahnya yang merah padam.
Tok... Tok...

"Siapa kamu?" tanya seorang penjaga yang berdiri di depan rumah Sunoo dengan tatapan tajamnya.

"Kamu tidak perlu tahu siapa saya, cepat panggilkan majikanmu, sebelum seluruh penghuni di rumah ini habis di tangan saya." bentak Erland dengan menodongkan senjata yang ia bawa. 

"Tidak akan saya biarkan kamu menyakiti Tuan saya." jawab penjaga rumah dengan mengeluarkan senjata yang tersimpan di balik bajunya. 

"Baik kalau itu keputusan kamu, penjaga habisi mereka sekarang." titah Erland dengan tangan yang mengayun ke depan.

Dor... Dor...

Suara tembakan terdengar dari berbagai penjuru membuat Sunoo ketakutan, beberapa orang mulai tumbang karena terkena tembakan. Pertempuran cukup lama terjadi, namun berakhir dengan kemenangan Erland. Ayah Sunoo berhasil kabur saat para bodyguard dan Erland sedang lengah. Erland segera mencari bunda Sunoo dan membawanya menemui Sunoo. Sunoo sangat bahagia karena bisa melihat bundanya selamat dari ayahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Retak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang