Lantai 13

Prolog

Dimana cerita ini dimulai

Lantai 13 dari gedung barat.

Gedung terbesar di kota ini, dengan tingkat kesibukan paling padat di tiap harinya.

Diantara ratusan orang yang bekerja di gedung ini tiap harinya. Di Lantai 13 lah semua keputusan diambil.

Hanya ada dua orang di lantai itu.

Seorang wanita dengan kacamata besar  menutupi setengah wajahnya, rambutnya yang 2 hari lalu tertata sempurna kini hanya diikat seadanya dengan pulpen mahal milik bosnya yang entah dari mana dia temukan.

Dan satu orang lagi adalah si bos.
Yang juga terjebak diantara dokumen dan komputer. Tampilannya tak jauh beda, mereka telah mengalami krisis sejak 2 hari lalu.

"gue tau kalian lagi sibuk. Tapi lihat!  Kalian udah mirip gembel, kalo kalian keluar dari gedung ini kalian bakal dikira tukang parkir"
Pria itu, Agam, menatap teman sekaligus bosnya yang ambisius lalu beralih ke wanita didepannya dengan prihatin.

"ren lu balik deh, kalo bosnya gak pulang asisten lu gak bisa pulang. Krisisnya udah selesai kan? Kasian Eloise"

Wanita yang disebut itu hanya mengangkat sudut bibirnya, tanpa ekspresi apapun. Membuat Agam makin bergidik ngeri, membayangkan bagaimana anak baru yang terlihat polos dan yang kecantikannya cukup menggemparkan gedung barat itu berubah hanya dalam waktu satu tahun setelah dipindahkan menjadi asisten bos kecil.

"el? Lagi ngapain?" Tanya Agam secara halus pada Eloise yang dengan agresif sedang mengetik di laptopnya.
"cari loker!" jawab eloise ketus.

Rupanya jawaban itu tidak hanya di dengar Agam, karena tak lama Rendra si bos kecil berdecak kesal lalu berdiri dari tempat duduknya.

"eits mau kemana?"

"pulang" jawab Rendra tak kalah ketus.

Sebelum keluar dari ruangan Rendra mengeluarkan satu kartu dari dompetnya meletakkannya didepan Eloise.

"pulang naik taksi"
Tanpa menatap balik bosnya, Eloise mengambil kartu itu lalu mulai merapikan dokumen di meja
..