Bab 1

31 9 1
                                    

Bos kecil yang kurang motivasi

Rendra berjalan memasuki gedung yang menjadi tempat kerjanya. Sama seperti kalian pikirkan dia merupakan calon pewaris di perusahaan ini.

Ayahnya mewarisi perusahaan ini dari kakeknya, sementara kakeknya juga mewarisi perusahan dari orang tuanya. Dengan kata lain semua keluarganya yang hidup tidak pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi sangat miskin hingga hanya punya 1 mobil untuk dipakai seluruh keluarga.

Bedanya dia dan ayahnya sekarang. Rendra belum mewarisi perusahaan multinational ini, tapi ayahnya yang memang tidak punya bakat dan ketrampilan dalam bisnis berakhir dengan menyerahkan keputusan pada management lalu pergi memancing di kapal persiar yang berlayar mengitari dunia.

Keputusan bijak, buat apa memaksakan diri? Toh tanpa harus turun tangan langsung isi rekeningnya tidak akan pernah habis.

Sebagai ganti dan jaminan pertangungjawaban Ayahnya menempatkan Rendra di sini. Jangan kira Rendra sama dengan ayahnya, karena buah memang jatuh tak jauh dari pohonnya tapi buah juga bisa tertendang  berguling2 di bukit lalu terbawa arus sungai.

Rendra memang pintar dan genius dalam mengambil keputusan, namun dia tidak punya ketrampilan bersosialisasi dan tidak punya kemauan untuk melakukan apapun.

Dengan kata lain kalau dia terlahir di  keluarga kaya biasa dia akan jadi beban, kalau dia terlahir di keluarga miskin dia akan jadi penggangguran yang juga beban.

Seperti pagi ini Rendra yang mengantuk merasa membutuhkan kopi, namun setelah mengantri cukup lama dia malah terdiam saat sampai pada gilirannya memesan.

Alasannya simple

Rendra lupa kopi seperti apa yang biasa dia minum, biasanya asistennya yang handal memesan kopi untuknya.
"sorry saya juga buru-buru" ucap seseorang di belakangnya. Rendra menoleh dengan singkat, seorang perempuan dengan rambut pendek dibelakangnya.

"oke saya pesan....." Rendra kembali terdiam, dia memperhatikan lagi menu yang tertulis di tembok membacanya dari  awal.

Pegawai kedai kopi dengan topi coklat lucu ini menarik nafas dengan cepat lalu mengeluarkannya dengan sangat perlahan. Sudah puluhan kali dia merasa perlu mempertimbangkan kembali jalur karirnya, dan pelanggan ini membuatnya yakin hanya dalam waktu 10 menit.

Dibelakang antrian semakin panjang, mereka semua pegawai kantor yang hanya ingin segelas kopi sebelum bekerja.
"americano 2 bayar pakai ini" ucap perempuan di belakangnya sembari mengulurkan kartunya yang langsung diambil dengan rasa syukur oleh pegawai kopi shop.

"Rendra kan? Garendra ketua osis SMA Matahari. Gue Jena hai lama gak ketemu" ucap perempuan yang belakangan dia ketahui bernama Jena.

Rendra membalas uluran tangan Jena dengan bingung. Tak lama kopi yang dia pesan datang dan Jena memberikan satu kopinya pada Rendra "ini traktiran dari gue, sekaligus ucapan hallo. Kita mungkin bakal ketemu lagi"

Setelah mengatakan itu Jena pergi mendahuluinya.

Orang-orang menatapnya saat Rendra mesuk ke dalam kantornya. Beberapa tersenyum menyapa, beberapa langsung merapikan pakaiannya. Aneh sekeli, pasti sulit melakukan itu tiap hari karena Rendra juga masuk tiap hari.

Rendra memperhatikan kopinya, mencoba menyesap cairan gelap itu.

"gak enak" komentar Rendra yang langsung membuang kopinya ketempat sampah.

Di lantai 13 Rendra menemukan asistennya yang tengah duduk di kursinya yang dipenuhi barang berbagai warna, sangat kontras dengan ruangannya.

Melihat bosnya memasuki rungan Eloise langsung ikut berdiri dengan segelas kopi dan tablet di masing masing tangannya.

Rendra mengulurkan tangannya dan dengan terampil Eloise langsung memberikan kopinya pada si bos kecil.

"Eloise, ini apa?" tanya Rendra sebelum memasuki rungannya yang hanya terpisah dinding kaca dari ruangan Eloise.

"cafe latte pak" jawab Eloise dengan singkat.

Tak puas Rendra kembali bertanya "yang biasa saya minum apa?"

"cafe latte pak"

Rendra mengangguk dengan paham "bener, ini yang biasa saya minum. Jadi ini apa?"

"cafe latt.... Kopi susu khas itali pak" Eloise sudah biasa menjawab pertanyaan aneh dari bosnya.

"oooo kopi susu"

"bisa saya mulai bacakan jadwal bapak hari ini?"
Rendra tetap diam dan mulai duduk dengan kepala  bersandar ke mejanya.

"pagi jam 10 ada rapat dengan bagian produksi, setelah itu ada janji  temu dengan Mr. Cho dilanjut dengan lunch break. Lalu setelah itu bapak punya waktu bebas hingga jam pulang, yang saya sarankan untuk memeriksa hasil rapat dengan bagian produksi"

"hmmm Italy" ucap Rendra dengan randomnya. Membuat eloise meragukan telingannya "maaf pak?"

"saya ingin makan makanan Italy, lunch break dengan Mr. Cho apa bisa dilakukan di Italy?"

Orang gila ini mulai lagi

Eloise tetap tersenyum "untuk itu mungkin sulit dilakukan, karena Mr.Cho memiliki waktu yang terbatas. Kalau bapak tidak keberatan bagaimana kalau tempat pertemuannya di Restoran makanan Italy, bukan di Italy"

"oke" jawab Rendra dengan mudahnya. Membuat Eloise curiga kalau bos kecilnya memang hanya ingin melihatnya kesal.

Eloise sudah bekerja dengan bos nya ini sejak satu tahun lalu. Satu tahun yang dia sesali.

Selama setahun Eloise sudah banyak menerima berbagai pujian atas prestasinya dalam mendampingi bos nya ini. Banyak yang bilang kalau dia ada partner kerja paling sempurna yang dimiliki bosnya ini.

Karena Eloise selalu bisa memback up kekurangan Rendra dan menjadikannya kekuatan yang bisa dia pakai, mengatur semua jadwal dan strategi. Bahkan ibu dari bosnya sendiri berkata kalau eloise lah yang bisa membuat Rendra yang tidak memiliki motivasi dalam hal apapun jadi terlihat sedikit lebih bersemangat, masih lembek seperti kerupuk basah namun setidaknya mendingan.

Namun tak banyak yang orang tau. Kalau bukan hanya bosnya yang kurang motivasi, karena sejujurnya Eloise juga tidak punya motivasi. Yang kalau boleh jujur eloise menunggu saat yang tepat untuk jadi pengangguran.

Yang sepertinya tak akan lama lagi.
Eloise harap begitu.

Lantai 13Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang