Bab 2

24 7 3
                                    

Sehari tanpa Eloise

Pagi ini ada yang berbeda, setelah yang terjadi kemarin Rendra memutuskan untuk tidak membeli kopi sendiri dan memutuskan untuk minum kopi yang dipesan asistennya.

Namun tidak ada kopi.

Dan tidak ada eloise.

Sebagai gantinya ada Agam yang berbadan tinggi dengan tubuh besar duduk di kursi pink yang dilengkapi dengan selimut putih  milik Eloise.

Rendra hampir mengumpat melihat pria kekar itu menulis dengan pulpen aksen bunga tumbuh yang sangat tidak cocok dengan dirinya.

"pemandangan apa ini? Bikin sakit mata" komentar Rendra.

Agam hanya menoleh singkat pada Rendra lalu kembali fokus ke pekerjaannya "nyokap lo pinjem Eloise, gue disuruh gantiin"

"dimana logikanya wakil direktur pelaksana nganti in kerjaan asisten direktur?"

"wakil gunanya membantu, atau apalah kata nyokap lo" Agam melempar tablet milik Eloise ke Rendra "tuh jadwal lo hari ini. Lihat sendiri"

"kopi gue mana?" tanya Rendra yang langsung di balas tatapan tidak percaya dari Agam.

"lu gak punya tangan, gak punya kaki? Atau malah gak punya mata? Gak lihat gue sibuk beli sendirilah bayi, manja bener. Kalo gue jadi Eloise udah resign dari pada ngurusin bayi gede macam lu..."

Omelan Agam masih berlanjut namun Rendra memilih putar balik dari pada mendengar omelan bawahannya itu "kemana lu? Gak kerja"

"beli kopi"

"nitip hoy!! Nitip satu"

...

Sama seperti kemarin, Rendra berakhir dengan mengantri di kafe shop. Melihat antrian yang cukup panjang Rendra jadi membayangkan asistennya harus mengantri tiap hari hanya untuk memberinya segelas kopi.

Setelah Eloise kembali Rendra harus mulai memperlakukannya dengan lebih baik.

"mau pesan apa kak?" ucap pagawai itu setelah tiba gilirannya. Rendra tidak tau apa dia pegawai yang sama dengan kemarin atau bukan, karena dia memiliki suara dan wajah lelah malas yang sama.

"mau pesan apa kak!" tanya pegawai itu sekali lagi, namun kali ini dengan suara lebih keras.

"kopi susu" jawab Rendr yang dibalas tatapan bingung dari pegawai kopi ini.

"disini gak ada kopi susu kak"

"maksunya cafe latte. Satu latte satu amerikano ya bayar pakai ini" ucap seseorang di belakangnya. Wanita dengan rambut pendek kemarin, Rendra lupa namanya siapa. Pasti akan memalukan jika Rendra kembali bertanya siapa namanya.

"hai. Kamu hutang 2 kopi aku" ucap si wanita berrambut pendek.

"saya bisa bayar sekarang"

Wanita itu menggeleng sambil menerima kopi pesanannya, kalau memberikan satu pada Rendra "lain kali aja. Bayar hutang kamu lain kali"

Rendra kembali berjalan ke ruang kerjanya, kali ini dengan satu gelas kopi ditangan. Perlahan Rendra meminumnya, merasakan kopi hutangan yang di dapatkan setelah bersusah payah mengantri. Sebagai informasi saja, Rendra tidak pernah mengantri seumur hidupnya, karena semua orang meletakkannya pada jalur prioritas vvip.

"gak enak" rendra mendenyit merasakan kopi ini. Tidak sama dengan yang biasa dia minum, mungkin harusnya Rendra bertanya lebih detail pada Eloise setelah wanita itu kembali dari mamanya.

Yang sepertinya akan lama karena Agam masih di meja Eloise dengan dokumen yang bertambah, kali ini dia menggunakan selimut putih milik eloise dibahunya.

"kopi gue mana?" tanya Agam

"gak enak"
Agam tersenyum sinis "gimana rasanya kopi hasil jerih payah sendiri? Susah sih bayik kaya lu kalo ditinggal Eloise suka ngerepotin"

Rendra mengabaikan teman yang harusnya juga bawahannya itu. Berlalu ke ruangannya sambil tak lupa merebut selimut putih milik eloise yang masih bertengger di bahu temannya.

"ya yaaa. Ambil aja, kelonin tuh selelimut sampe yang punya balik"

Lantai 13Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang