Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SENYUMAN MALAM
Hati yang rapuh rasa yang hina bergetar kencang dada ini seakan ingin melambung tinggi tubuh yang nian membeku entah apa rasa ini akan bersemayam selamanya api itu redam seketika karena luwap es membanjirinya hingga tak terbendung lagi dingin dan dingin hari demi hari Impian yang kian menghilang bersama harapan hanya sebatas senyuman malam mengapa kau datang mengejutkan penikmatmu kagum dengan pesonamu mengapa pula kau membuat luka yang kian mendalam terkoyak, hari demi hari telah dilewati cinta kekal abadi mekar kembali
#
Cerita
Dunyo Peteng!
Kaligrafiku selesai di sore hari sebelum magrib. Cover hitam dan di lengkapi 'Allahuakbar' berwarna silver dan emas menggunakan spidol snowman. Kemudian, untuk mempercantiknya aku tambahkan bekas 2 gulungan walpaper tembok untuk di bagian atas bawah agar terkesan seperti gulungan kaligrafi aestetik, dan aku tempelkan di tembok kamar ku dengan nuansa lilac itu; tepat di atas kepala di sisi samping kanan ku. Selanjutnya, aku mulai mewarnai bunga-bunga ku yang masih sisa dengan sped warna yang baru saja aku beli di pagi hari.
Bunga-bunga kering itu semakin cantik dan kemudian aku bungkus buket semampu ku; Kepercayan diri ku aku share foto-foto bungaku di IG, agar kelak jika ada yang pesan aku bisa buatkan namun nihil. Padahal bunga itu cukup cantik dan lebih rapih dari pada percobaan yang sebelumnya.
"Ya, sudahlah belum rejeki."
Iri rasanya melihat orang lain yang telah sukses di usia muda namun tidak dengan ku yang tidak memiliki kelebihan dan privilege.
Malam itu aku di depan rumah sampai larut tengah malam di jam 00:00 sesekali aku menengok ke bagian pekarangan belakang rumah ku yang gelap gulita tepat di samping kandang kambing Ayah ku. ''Wuuss...'' angin berhembus ke arah ku, bulu kuduk pun ikut berdiri. Untungnya waktu itu pekerjaan ku telah selai dan aku juga sudah selesai beberes.
"Opo iku?"
Terlihat dua cahaya di kegelapan malam tepat di belakang rumah ku yang notabenenya adalah 'alas'.
"Mata!"
Seketika kelupan asap keluar, " oooh. Obong-obong to. Tak pikir tadi apa lo ya," ungkapku pada saudara ku.
Akupun lanjut tidur dan di sinilah mulai terjadi hal-hal di luar nalar.
Awal mulanya, aku tetap berada di rumah ku. Mata yang ku yakini tengah terpejam melihat; aku sedang berjalan ke lur rumah menuju taman depan rumah mbah putri. Aku ingat sekali di rumah tidak menanam bunga mawar. ''Mawar...?'' aku melihat mawar setangkai di pohonya yang cuman sepohon tumbuh satu tangkai mawar itu saja dan dia adalah mawar putih.