🍓Your Ex🍓

242 35 7
                                    

Rambut indahnya terjuntai di ujung kasur, nyaris menyentuh lantai kayu tempat mereka menginap di Guntu. Kelopak putih itu setengah terpejam dan mulutnya sedikit terbuka, menggumamkan kenikmatan hakiki yang Naruto berikan. Akalnya tenggelam, yang ada di permukaan hanya wajah si pria yang sedang menggagahinya.

"Tidak... Pakai pengaman?"Rintihnya, ditengah pergumulan panas itu. Ia mencoba untuk tersadar. Gempuran dari Naruto tanpa henti mendorong, masuk dan keluar secara cepat.

Naruto memelankan laju dan berbisik,"Kita tidak butuh itu,"

Ditengah napasnya yang tersendat-sendat, Hinata menyahut,"Kamu tidak ... menginginkan seorang bayi," desahnya pilu. Tubuh dan wajahnya ikut bergerak, menengadah. Reaksi erotik ini masih berlangsung, belum mencapai klimaks.

Kelopak tanned itu juga setengah terpejam, nikmat ketika pusaka kebanggannnya dijepit erat oleh benda berdenyut itu sangat terasa dahsyat. Hingga pria ini berada di awang-awang kelezatan tiada tara,"I need it!"erangnya kuat, peluh membanjiri separuh wajah dan tubuh kekarnya yang telanjang. Sebentar lagi, ia akan sampai. Laju dorongan itu semakin cepat.

Dalam hitungan menit, jeritan-jeritan birahi menyapa udara, bola mata Hinata terbuka lebar ketika cairan hangat milik Naruto tersembur ke dalam rahimnya. Jantungnya berdebar-debar, antara senang dan tidak,"Untuk apa?"Hinata bertanya, wajahnya menunjukkan kesenduan.

Naruto masih betah berada di atas tubuh Hinata, menatap wajah kekasihnya yang kemerahan namun tersirat sebuah kesedihan,"Untuk menemani masa tua ibuku, Hinata. Dia menginginkan cucu dariku,"Naruto beralasan, membawa nama ibunya. Padahal, menurutnya memiliki anak adalah solusi terakhir untuk mengikat Hinata agar selalu bersamanya.

Pria ini menarik napas panjang dan mengembusnya perlahan-lahan. Ciuman dalam penuh perasaan, ia ambil dari bibir Hinata yang sedikit membengkak akibat ulahnya. Hinata membalas hal serupa juga, lengan-lengannya ikut terulur memeluk leher pria ini dan mengusap lembut tengkuknya.

*
*
*

Salah satu kegunaan Naruto mendesain pintu ruangan Hinata dengan kaca jernih, bukan kaca buram adalah agar bisa melihat siapapun yang keluar masuk dalam ruangannya, jika ia sedang tidak berada di tempat atau dinas luar. Dan Hinata menangkap maksud Naruto dengan baik. Tampaknya ia mulai menikmati sikap posesif pria itu, ia ingin semua hal terbuka pada Hinata. Sepasang alis gadis cantik ini sedikit menukik ketika menangkap sosok yang sangat asing sedang berjalan anggun memasuki ruang kerja Naruto. Yang sedikit mengherankan adalah keberadaan Rin di bagian resepsionis yang tergopoh-gopoh mengejar wanita itu. Firasat Hinata menyatakan ini bukanlah hal yang baik. Maka dari itu, Hinata keluar dari ruangannya sendiri dan melangkah menuju ke tempat Rin berada. Selain itu, ia juga bisa melihat situasi yang lain. Dengan langkah panjang dan ringan, wanita cantik dengan rambut berwarna ash brown ini mendorong pintu kaca dan masuk ke dalam ruangan Naruto tanpa permisi.

"Ada apa, Rin?"tanya Hinata, penasaran saat melihat Rin ngos-ngosan. Di sela-sela napasnya yang terputus-putus, Rin
menjawab,"Dia... Memaksa untuk masuk... Ke dalam.. Ruangan bos.. Katanya.. Dia.. Kekasihnya... "

Hinata terperangah sekejap, tapi berusaha untuk tetap tenang. Kemudian kembali merespon,"Ya sudah, kalau begitu. Biar aku yang hadapi ya, kamu kembali saja ke meja kamu,"Hinata memberi interupsi dan Rin mengangguk. Tanpa pikir panjang, ia segera balik badan. Tak lagi berlari tapi berjalan santai meninggalkan teras ruangan Naruto.

Hinata juga berjalan pelan menuju ke salah satu dinding kaca yang terhubung langsung pada bagian dalam ruang kerja Naruto. Dengan tangan bersedekap, ia masih menanti adegan apa yang akan dilakukan si wanita asing berwajah mirip model Miranda Kerr. Sekian detik ia menatap, tiba-tiba mulut Hinata nyaris menganga tatkala melihat dengan mata kepalanya sendiri, wanita ini menyingkap roknya dan membuka sesuatu yang menutupi area intimnya. Kemudian, menurunkannya perlahan-lahan dengan gerakan yang jelas sangat mengundang. Benda berbahan kain itu melintasi kedua pahanya hingga akhirnya teronggok di mata kaki. Hinata semakin mendekat dan bola matanya menelisik dari balik dinding kaca ruangan Naruto. Kelopak putihnya melebar. Oh, tidak. Berarti dia si pemilik panties berenda hitam bermotif bunga mawar. Tanpa tahu malu, si wanita tertawa cekikikan seraya membawa panties itu dan meletakkannya di atas meja kerja Naruto.

Marketing Division (End) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang